Pekanbaru, (antarariau.com) - Pelatih PSPS Pekanbaru, Riau, Afrizal Tanjung mengakui tim asuhannya sulit untuk menghindari degradasi kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2012/2013 karena materi pemain yang pas-pasan dan tanpa dukungan pendanaan.
"Banyak faktor menghindari dari degradasi diantaranya menyangkut pendanaan, ini yang menjadi masalah yang kami hadapi saat ini," kata Afrizal Tanjung dihubungi dari Pekanbaru, Jumat.
Menurut dia bahwa pemain sangat membutuhkan uang untuk menghidupi keluarga, namun gaji mereka belum dibayar secara utuh oleh manajemen.
Afrizal sedang berada di Papua Barat menunggu jadwal pertandingan ISL 2012/2013 putaran kedua menghadapi Persiram Raja Ampat, Minggu (26/5).
Demikian pula PSPS mengalami tiga kali kekalahan beruntun yakni dua kali di kandang sendiri di Pekanbaru saat bertemu Persiba Balikpapan dengan skor 1-3 dan berhadapan dengan Barito Putra skor 1-2 serta lawan Persidafon.
Bahkan tim berjuluk Askar Bertuah" itu hanya membawa 16 pemain dan akhirnya terkapar ketika berjumpa Persidafon, Rabu (22/5) dengan skor akhir 1-3.
PSPS hanya mampu mendulang sebanyak 14 poin dari 20 kali bertanding, dengan rincian tiga kali menang, lima kali imbang dan 12 kali tumbang.
Menurut dia, tim hanya mengandalkan satu pemain asing Camara Namory asal Mali (Afrika) dan pemain pilar lini belakang Bobby Satria, setelah sebelumnya Ambrizal hengkang ke Persegres, Gresik.
Selebihnya PSPS hanya mengandalkan pemain muda asuhan Philip Hansen Maramis, bekas pelatih Riau untuk PON XVIII/2012.
Namun pada putaran pertama ISL, PSPS mendapatkan suntikan dana segar dari Bupati Kampar, Jeffry Noer sekitar Rp900 juta, tapi belakangan ini dana tersebut dihentikan dengan berbagai alasan.
Salah satu alasan yakni manajemen PSPS tidak terbuka menyangkut pendanaan dan tim selalu kalah bertanding baik di kandang sendiri maupun tandang.
PSPS Pekanbaru, katanya, tetap optimistis karena telah membina sejumlah pemain muda lokal untuk dapat berlaga di tingkat Nasional.