Bangkinang Kota (ANTARA) - Desa Koto Mesjid Kecamatan 13 Koto Kampar, Provinsi Riau, terkenal dengan budidaya ikan patin. Bahkan, setiap rumah di desa itu minimal memiliki satu kolam.
"Saat ini ada 126 hektare potensi budidaya ikan patin dan perkembangannya semakin luas, masyarakat yang memiliki kolam ikan, kian banyak" kata Kepala Dinas Perikanan Kampar Zulfahmi melalui Kepala Bidang Budidaya Ikan Adri Dwison, Jumat.
Total potensi yang ada di sana sebanyak 200 hektar, sisa 74 hektar lagi untuk pengembangan budidaya ikan patin.
Dari 126 hektar yang ada saat ini, dalam sebulan di desa itu bisa menghasilkan 300 ton ikan. Untuk memenuhi kebutuhan bibit eksisting 2.5 juta sampai 3 juta ekor per bulan.
Dari 300 ton itu, sekitar 80 persen atau 240 ton adalah ikan untuk salai yang diproduksi menjadi ikan salai menjadi 72 ton/bulan atau 30 persen. Selebihnya 60 ton ikan basah (konsumsi).
Bila dijual ukuran untuk ikan salai Rp14 ribu per kilo dan Rp15 ribu per kilo untuk ikan konsumsi dan harga ikan salai Rp80 ribu per kilo.
Jika ditotal jumlah produksi ikan disana dalam sebulan 60 ton x Rp15.000 menjadi Rp900 juta dan untuk ikan salai 72 ton x Rp80 ribu menjadi Rp5.760 miliar. Totalnya menjadi Rp6,660 miliar.
"Begitulah besaran uang yang beredar di desa itu, maka tak heran motto Desa KotoMesjid 'Tiada rumah tanpa kolam'," kata Adri.
Ada 200 hektare potensi budidaya ikan patin di Kampar
Maka tak heran motto desa koto mesjid Tiada rumah tanpa kolam,