(antarariau.com) - Institut Pertanian Bogor menggagas sebuah
"Sekolah Peternak Rakyat" yang ditujukan bagi ketersediaan bibit
maupun daging sapi di Indonesia dalam jangka panjang.
"Jadi, 'Sekolah Peternak Rakyat' (SPR) itu adalah untuk tujuan
jangka panjang, bukan untuk kepentingan swasembada daging oleh
pemerintah pada 2014," kata Guru Besar Pemuliaan dan Genetika
Ternak Fakultas Peternakan IPB Prof Muladno, penggagas SPR di
Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Dalam diskusi dengan wartawan di Kampus IPB Baranangsiang, ia
menjelaskan bahwa latar belakang menggagas SPR itu dilandasi oleh
kondisi usaha peternakan sapi lokal di Indonesia, yang disebutnya sebagai
"Sejak zaman (Kerajaan) Majapahit sampai detik ini, peternak tidak
memperoleh keuntungan layak".
Ia menyebut bahwa belasan juta populasi sapi potong yang kini
selalu disampaikan pemerintah dalam kondisi tidak diurus dengan
baik alias dalam kondisi liar.
"Makanya kita gagas gerakan 'menyekolahkan' sapi-sapi liar itu
melalui gerakan SPR untuk memperbaiki kualitas maupun menambah
kuantitasnya," katanya.
Dikemukakannya bahwa saat ini populasi sapi potong lokal di Tanah
Air lebih kurang 14,8 juta ekor.
Sapi itu tersebar di seluruh Indonesia dengan kepadatan tertinggi
di Pulau Jawa, di mana lebih dari 99 persen dimiliki oleh 6,2
juta peternak berskala kecil, yakni 1-3 ekor per peternak.
Sedangkan kurang dari satu persen dimiliki pengusaha besar dengan
skala kepemilikan ribuan ekor/pengusaha.
Skema manajer
Menurut Muladno, konsep dasar dari SPR itu adalah dengan skema
menempatkan "manajer" atau CEO.
Ia memberi contoh, jika dalam satu kabupaten ada 1.000 ekor sapi
induk, maka ada seorang manajer yang akan mengelola SPR
dimaksud.
"Dan manajer itu diharapkan bukan dari peternak, namun kalangan
independen dengan kemampuan terkait bidang peternakan," katanya
dan menambahkan jika dari peternak bisa terjadi konflik
kepentingan.
Karena konsep dasarnya adalah "sekolah", kata dia, maka akan ada
struktur layaknya lembaga pendidikan, karena sifat dari SPR
adalah untuk pembangunan sektor peternakan dalam jangka panjang.
Ditegaskan bahwa keberhasilan program itu akan mengurangi jumlah
"manajer" dari 6,2 juta menjadi semakin sedikit
"Tetapi jumlah peternak boleh tambah," katanya.
Menurut dia, pasar hewan harus beralih fungsi karena manajer
peternak akan berhubungan langsung dengan mitra-konsumen.
Sedangkan harga sapi dapat bersaing dengan keuntungan peternak
semakin besar karena tidak ada perantara dalam tata-niaga
perdagangan sapi.
Dengan demikian, peternak makin cerdas, ternak makin sehat, dan
produksi daging makin banyak, demikian Muladno.