Senja itu, Senin (4/3), gumpalan awan putih tampak menghiasi langit tepat di atas bangunan kokoh berbentuk lingkaran pada Kompleks Universitas Riau di Pekanbaru. Namun, besi-besi penyangga stadion sepakbola seharga Rp900 miliar itu tampak mulai mengalami kerapuhan.
Di sekeliling bangunan menawan itu, tampak beberapa pohon tertanam tidak tumbuh dengan sempurna, bahkan layu 'disengat'' panasnya matahari. Dedaunan pepohonan itu bahkan mulai mengering, rontok hingga mengkumuhkan halaman stadion yang sempat difungsikan untuk acara pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVIII 2012.
Sungguh memprihatinkan, beberapa sisi bangunan terliha telaht terkelupas, tiang bendera bercat putih yang mengelilingi stadion itu beberapa diantaranya bahkan dibiarkan roboh.
Susunan paving blok juga tampak berantakan, beberapa terlepas hingga membuat halaman menjadi tak sedap dipandang. Dibagian barat, tampak percikan kaca pecah masih berserakan, termasuk di beberapa pos penjagaan pintu masuk, sebagian besi dari bangunan yang terlihat berkarat.
Rerumputan liar bahkan tumbuh tinggi arena sepakbola itu, pohon yang tidak lagi hijau melainkan kering tanpa daun, juga beberapa tebing ikut longsor tergerus air yang mengalir.
Sekilas adalah kondisi memprihatinkan Stadion Utama Riau yang kini semakin tak terawat. Beberapa lampu yang terpasang pada tiap tiang di halaman seluas lebih dari tujuh hektare itu pun tidak lagi menyala.
Kini bangunan itu telah berubah menjadi taman rekreasi. Saat sore hari menjelang malam terlihat ratusan remaja mengunjungi Stadion Utama kebanggaan masyarakat Riau ini.
Beberapa dari remaja pengunjung itu terlihat sangat antusias untuk bersenda gurau, bahkan sekelompok lainnya, berusaha untuk mencari jalan sendiri agar bisa masuk ke kawasan dalam stadion itu meskipun beberapa akses jalur sudah ditutup.
Keramaian pengunjung membuat beberapa penjaja makanan terlihat meramaikan pinggir jalan utama akses menuju bangunan melingkar itu. Bahkan tidak hanya itu, para penyedia aneka permainan hiburan anak-anak dan remaja menjadikan stadion ini sebagai tempat bersantai dan ruang sosial bagi hiburan keluarga dan remaja.
Dibalik itu, sampah-sampah sisa barang dagangan dan bungkusan para pengunjung kian berserakan. Menambah 'kegalauan' bangunan yang sempat masuk nominasi sebagai stadion terbaik di dunia ini.
Alasan sampah-sampah itu berserakan, adalah tidak tersediannya tempat sampah di sepanjang jalan.
Tak Ada Biaya
Stadion Utama Riau yang akan difungsikan sebagai lokasi pembukaan event olahraga internasional negara-negara Islam sedunia (ISG) ini ternyata tidak memiliki dana perawatan. Itulah sebabnya, kondisi lapangan serta prasarana penunjang lainnya kini tampak amburadul.
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Rita Subowo yang datang untuk meninjau stadion itupun mengaku terkejut melihat rumput di lapangan tersebut tidak terawat. Kondisi rumput sudah tinggi serta ditumbuhi ilalang.
Begitu juga bagian atas stadion masih terlihat bekas spanduk PON yang sudah hancur termakan panas dan hujan. Jika dilihat ke arah atas, kondisi stadion seakan sudah menunjukkan kelapukan.
Begitu juga kondisi tempat duduk yang berdebu. Hal yang sama juga terlihat di ruangan VIP dengan kursi model lipat. Namun kondisi kursi tidak dilipat dan sudah kelihatan pudar akibat tidak dirawat.
Melihat kondisi stadion yang tak terawat, Rita kemudian memanggil pihak Pemprov Riau untuk bertanya mengapa kondisi rumput dibiarkan meninggi tanpa ada perawatan.
Dari pertanyaan ini, akhirnya diketahui, Pemprov Riau memang tidak menganggarkan biaya perawatan untuk stadion serta prasarana penunjuang lainya. Ini terkait masalah revisi perda PON Riau yang terindikasi korupsi.
"Kami belum bisa menganggarkan biaya perawatan stadion ini, karena memang belum ada serah terima ke kita. Jadi memang tidak terawat seluruhnya," kata Syamsurizal selaku mantan Ketua Harian Panitia Besar PON ke XVIII 2012.
Carut Marut
Kondisi carut marut bangunan Stadion Utama itu tidak hanya terjadi pada fisiknya. Namun juga pada pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan proyek mega miliar itu.
Bahkan utang Pemerintah Provinsi Riau dengan kontraktor selaku rekanan pengerjaan proyek Stadion Utama itu masih mencapai Rp145 miliar.
"Masih sekitar Rp145 miliar lagi hutang Pemerintah Provinsi Riau untuk proyek Stadion Utama," kata Nugroho Agung Sunyoto selaku petinggi PT Pembangunan Perumahan (PP).
Nugroho mengaku pihaknya telah berupaya sabar dengan memberikan waktu panjang untuk Pemerintah Provinsi Riau melunasi hutang itu.
Mulai dari penyelenggaraan Piala Asia U-22 hingga pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVIII 2012, demikian Nugroho, itu merupakan bentuk toleransi pihaknya.
Namun untuk kali ini, kata dia, pihaknya mengaku telah habis batas kesabaran dan tidak akan adalagi toleransi seperti yang sempat diberikan untuk Pemerintah Provinsi Riau.
"Kalau sampai akhir Maret 2013 nanti belum juga dibayarkan, maka Stadion Utama itu masih menjadi milik kami," katanya.
Pihaknya mengaku tidak akan mengizinkan penyelenggaraan event olahraga internasional untuk negara-negara islam (ISG) dilaksanakan di stadion itu.
"Tidak akan kami izinkan pembukaan ISG dilakukan di Stadion Utama kalau hutangnya belum beres. Kami akan gembok," katanya.
Pihak Pemerintah Provinsi Riau yang diwakili oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau Emrizal Pakis sebelumnya menyatakan pihaknya akan segera melunasi hutang proyek itu.
"Kami optimis pembukaan ISG akan dilaksanakan di Stadion Utama Riau," demikian Emrizal. ***Oleh : Joko Prasetyo****