Pasar Cik Puan yang malang

id pasar cik, puan yang malang

Pasar Cik Puan yang malang

Puluhan pemulung pada Senin (19/12) pagi terlihat ramai mengerumun di puing-puing bangunan kios Pasar Cik Puan di Kota Pekanbaru, Riau, yang telah hangus terbakar, bahkan telah rata dengan tanah.

Para pengumpul barang bekas ini berusaha mencari "secuil demi secuil" barang yang mungkin masih laku untuk dijual ke penadah.

Berbekalkan keranjang rotan dan karung plastik, para pekerja bebas yang terdiri atas laki-laki dan perempuan dewasa hingga anak-anak itu terus berupaya mengorek tumpukan demi tumpukan sampah dan abu sisa "keberingasan si jago merah".

Meski hujan mengguyur "Kota Bertuah", mereka tetap bersemangat. Mencoba untuk terus "menyapu" sejumlah barang-barang bekas yang harganya hanya "secuil" rupiah.

"Kami sudah mulai di sini sejak hari Minggu (18/12)," kata Hana (45), seorang pemulung yang berada diantara puluhan pemulung lainnya di Pasar Cik Puan.

Wanita ini tampak serius dalam berebut barang bekas di "komplek" pasar tradisional yang sebelumnya mengalami musibah kebakaran. Bahkan kepalanya tak sedikit pun menoleh ke sejumlah wartawan yang menanyainya kala itu.

"Namanya cari makan," katanya lagi sambil mengambil barang-barang bekas yang ada dilintasannya.

Hana mengaku mencari sisa barang bekas di pasar tradisional itu bersama dua orang anaknya yang masih berusia delapan dan 12 tahun.

"Saya mencari karah (sebutan barang bekas bagi pemulung Pekanbaru) sama anak-anak. Ya... biar hasilnya juga lebih banyak," ujarnya.

Kebakaran

Selain puluhan pemulung, sejumlah pedagang Pasar Cik Puan yang menjadi korban kebakaran juga tampak di lokasi puing-puing sisa bangunan naas itu.

Para korban tampak meratapi perih sisa reruntuhan bangunan yang hangus akibat peristiwa kebakaran yang terjadi pada Sabtu (17/12) malam. Mereka terduduk kaku sambil merenungi nasib di tempian emper jalan setapak pada himpitan kios yang tersisa.

Sementara sebagian lagi, terus berusaha mencari barang berharga yang mungkin masih tersisa atau terselip dalam tumpukan puing bangunan yang telah hangus dilalap api.

"Parah, habis mau gimana lagi," kata Ridwan (27), seorang pria yang mengaku pemilik salah satu kios yang terbakar.

Pria yang mengaku baru berumah tangga kurang dari tiga bulan ini menuturkan, kerugian yang dialaminya atas peristiwa naas itu mencapai puluhan juta rupiah.

"Kalau ditanya rugian, saya nggak bisa merinciknya. Tapi perkiraan lebih Rp20 juta," urainya.

Korban kebakaran lainnya di lokasi yang sama, Juned (29) mengatakan, akibat kebakaran itu, dirinya bersama seorang saudara kandungnya merasa amat trauma.

"Kemungkinan, setelah kejadian ini, kami tidak lagi berjualan di Pasar Cik Puang. Sementara waktu pulang kampung dulu," katanya.

Kerugian

Kebakaran di Pasar Cik Puan yang terletak di Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru, pada Sabtu (17/12) malam sebelumnya dikabarkan telah menghanguskan sedikitnya 400 kios dengan beragam macam barang dagangan.

Akibat peristiwa itu, pedagang juga menelan kerugian yang lumayan dahsyat, bahkan totalnya di perkirakan mencapai lebih dari Rp10 miliar.

Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kota Pekanbaru, Agusman Sikumbang mengatakan, sementara untuk total kerugian bangunan fisik kiosnya saja, diperkirakan berkisar Rp1,7 miliar.

"Total kerugian jika dimasukan dengan seluruh bangunan atau kios beserta barang-barang dagangannya yang terbakar, kira-kira mencapai sekitar Rp15 miliar," ujarnya.

Selain kerugian barang-barang dagangan dan kios yang hangus terbakar, menurut dia, para pedagang saat ini juga telah menelan kerugian lainnya, yakni pemasukan yang nol karena mereka tidak lagi dapat berjualan seperti biasanya.

"Sebenarnya, mereka tidak bisa lagi berjualan ini yang merupakan kerugian besar. Dimana rata-rata pedagang merupakan pria atau wanita yang telah berkeluarga dan memiliki tanggungan anak," tuturnya.

Yang Kelima

Ketua APSSI ini kembali menguraikan, kasus kebakaran yang melanda Pasar Cik Puan pada akhir pekan lalu bukan lah yang pertama kalinya.

"Kebakaran kali ini merupakan kebakaran yang kelima kalinya dalam kurun waktu 10 tahun terkhir. Tercatat sejak 2001 hingga 2011 ini," urainya.

Rata-rata penyebab terbakarnya pasar tradisional itu, menurut Agusman, dominan disebabkan hubungan arus pendek listrik.

"Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang yang kerap menghubungkan berbagai kontak arus ke dalam satu colokan yang sama pada waktu pasar belum terbakar," tuturnya.

Ditanya kemungkinan adanya unsur kesengajaan dalam peristiwa tersebut, Agusman mengaku hal itu bisa-bisa saja terjadi, namun potensinya sangat kecil.

"Potensi ini bisa besar kalau ada kepentingan dari pihak-pihak tertentu. Seperti yang sebelumnya, yakni adanya desakan dari pemerintah atau swasta," katanya.

"Namun sekarang 'kan tidak lagi, pemerintah sudah berupaya membangun kios-kios permanen untuk para pedagang," katanya.

Pascakebakaran hebat ini, Agusman berharap pemerintah setempat dapat kembali mengizinkan para pedagang untuk dapat berjualan kembali pada kios-kios mereka di lokasi semula.

"Harapan kami, pedagang dapat kembali berjualan di tempatnya semula. Pemerintah juga diminta agar memberikan bantuan dalam bentuk material ataupun materi untuk pembangunan fisik kios yang telah terbakar ini," tuturnya.

Gubernur Riau HM Rusli Zainal telah meminta Pemerintah Kota Pekanbaru segera menyediakan kios permanen dalam sebuah komplek pasar modern untuk para pedagang Pasar Cik Puan yang menjadi korban kebakaran.

"Gubernur Riau secara tegas meminta Wali Kota Pekanbaru untuk segera memabangun tempat yang layak bagi pedagang yang menjadi korban kebakaran. Salah satunya yakni kios permanen," kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau Chairul Rizki MS di Pekanbaru.