Tapung, (antarariau.com) - Pengrajin songket di Desa Pagaruyung, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar mulai bangkit dengan mengembangkan kreasi songket dan meningkatkan produksi mereka hingga menjadikan daerah itu sebagai pusat songket di Kampar.
Di Desa Pagaruyung sendiri ada empat pengrajin, yakni Jumiati (37), Kamisa (42), Ruliya (41) dan Nurani (28), kesemuanya telah memiliki ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang didapat dari hasil upah tenun setelah sebelumnya bekerja dengan salah seorang pengrajin yang sudah mahir yakni Roro.
Ketua TP PKK Kecamatan Tapung Ricana Hambali menyampaikan, setelah mendapatkan ilmu tenun yang cukup mahir, para penenun mulai berani membuka sendiri usaha tenun songket, namun saat ini terkendala dalam hal pemasaran.
“Kendala bagi penenun ini adalah pemasaran dan mereka masih menerima order dari tangan lain, bukan langsung pelanggan yang datang ketempat usaha mereka, “ ujarnya.
Zaitun, pengrajin dari Dekranasda ini turut memberikan motivasi agar para penenun ini bersemangat meneruskan pekerjaan sebagai penenun songket hingga dapat membawa nama baik Kabupaten Kampar.
Ia menyampaikan bahwa, motif pertama adalah candi muara takus yang merupakan ide cemerlang dari Ketua TP PKK Kabupaten Kampar, Hj Eva Yuliana. "Bahkan saya sendiri sudah membuat contoh kaim tenun songket bermotif candi muara takus seperti yang diinginkan oleh ibu Eva," ujarnya.
Jumiati yang ditunjuk sebagai Ketua Kelompok menyampaikan, bahwa mereka telah memulai usaha tenun ini secara mandiri sejak 2010. Di Desa Pagaruyung ini yang masih aktif dan memiliki mesin sendiri sebanyak 15 orang, sebelumnya berjumlah 20 penenun, “ terangnya.
Sebelumnya pada 2006, mereka masih belajar dan menerima upah per lembarnya Rp200 ribu, namun sekarang sudah bisa mendapatkan penghasilan Rp1 juta perpekan.
Ia mengaku mengawali belajar menenun dengan Bu Hera dan Pak Karso dari Dekranasda Provinsi Riau, mereka membuka gudang sendiri di desa Pagaruyung namun perkembangan selanjutnya Karso sudah tidak lagi menjalankan usaha tersebut, dilanjutkan lagi oleh Ibu Hera dan sekarang ibu Roro.
Modal usaha ini cukup tinggi, untuk sepasang pakaian Mama Papa membutuhkan modal Rp710 ribu, dijual Rp 1 juta, modalnya untuk benang emas Rp160 ribu, lusi (benang utama) Rp100 ribu, benang pakan Rp100 ribu, dan upah Rp350 ribu untuk sepasang kain.
Berita Lainnya
Komunitas ingin tenun dan songket bisa dikukuhkan sebagai warisan budaya
09 August 2023 16:15 WIB
Wan Syamsinar, Mengangkat Marwah Negeri lewat Tenun Songket Riau
14 May 2018 16:35 WIB
Tenun Songket Riau Dipamerkan di Festival Industri Kreatif Sabtu nanti
15 December 2016 17:50 WIB
Pengrajin Songket Inhil Terkendala Alat Tenun, Saat ini Masih Manual
11 February 2016 17:12 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB