Yelly Zamaya Aset Chevron Untuk Pendidikan

id yelly zamaya, aset chevron, untuk pendidikan

Pekanbaru, (antarariau.com) - Yelly Zamaya (26), pantas disebut sebagai aset berharga untuk dunia pendidikan karena gadis yang tidak lama lagi bakal mengakhiri masa lajangnya ini merupakan salah satu alumni penerima Darmasiswa Chevron Riau (DCR) yang sukses.

"Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan DCR," kata wanita berjilbab ini sambil tersenyum menampangkan wajah ayu-nya. Kala itu, Sabtu (2/1/2013), Yelly didampingi Yougiwijaya, pria berkacamata calon suaminya.

Sepintas, Yelly Zamaya tampak biasa-biasa saja. Wajahnya tetap cantik meski tanpa dandanan berlebih seperti kebanyakan wanita dewasa masa kini. Bersolek bukan kebiasaan dara manis ini.

Busana yang dikenakannya pun terkesan sederhana. Padahal, ketika itu ia bakal diminta untuk berpose di depan kamera wartawan yang telah menanti janji untuk mengorbitkan gadis sederhana ini.

Sekilas memang demikian, Yelly tidak tampak seperti wanita karier pada umumnya. Namun dibalik sosoknya yang sederhana, wanita ini memiliki segudang prestasi khususnya di dunia pendidikan.

Baginya, pendidikan adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. "Pendidikan yang menuntun setiap langkah kesuksesan seseorang. Tanpa pendidikan, maka tertutup satu ruang besar untuk seseorang itu meraih kesuksesan," demikian ungkapan bijak sang Yelly.

Perempuan santun ini telah meraup 'se-gudang' prestasi sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ketika belia tat'kala mengenakan seragam sekolah 'merah putih', Yelly selalu menjadi juara dengan kerap mendapatkan ranking lima besar.

"Saat sekolah di SD Negeri 006 Rengat (Kabupaten Indragiri Hulu, Riau), sering ranking satu, atau ranking dua. Hanya pernah sekali mendapatkan ranking empat. Yang jelas tidak pernah keluar dari lima besar," kata anak pertama dari empat bersaudara ini.

Jenjang prestasi Yelly memang sempat mengalami 'pengenduran' ketika ia menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. "Namun masih tetap berada di sepuluh besar," katanya.

Kegagalan menjadi yang terbaik di bangku SMP bukan berarti mematahkan semangat anak dari pasangan suami isteri Maryono dan Napsiah ini. Yelly tetap teguh untuk menganut frasa 'pantang menyerah'.

Gairah perjuangan untuk mempersembahkan yang terbaik bagi kedua orang tuanya itu kian memacu Yelly untuk terus berjuang. Alhasil, ketika barada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, perempuan tegar ini kembali mengulang prestasinya dengan ranking berada dilima besar.

Yelly tidak hanya cerdas, namun pandai dalam mencari peluang untuk jenjang pendidikan formal yang tengah dia jelajahi. Kebanggan kedua orang tua diakuinya kian 'menggelora' ketika perempuan bermata agak sipit ini berhasil meraih Darmasiswa Chevron Riau atau yang dikenal DCR.

DCR merupakan darmasiswa yang diperuntukkan bagi pelajar berprestasi tingkat SMA di seluruh penjuru Riau untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi ternama. Dengan bantuan jaminan pendidikan yang diprogramkan perusahaan Chevron, Yelly akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjuangan meraih prestasi di bangku kuliah.

"Bermodalkan DCR itu, saya melanjutkan kuliah di Universitas Riau. Jurusan yang saya ambil ketika itu Ilmu Ekonomi Program Study Ekonomi Pembangunan," tuturnya.

Darmasiswa yang diberikan Chevron saat itu seketika 'merangsang' Yelly untuk terus 'berlari' mengejar impian. Selesai mendapatkan gelar Strata I (SI) sekitar empat tahun lalu, anak seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan III B ini kemudian bertekad melanjutkan jenjang pendidikannya untuk meraih gelar yang lebih tinggi.

Ketika itu, Yelly memutuskan untuk mengambil gelar Strata II (SII) di Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Universitas Brawijaya Malang. Hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun, gadis yang tidak begitu hobi dengan olahraga ini berhasil menyelesaikan program pascasarjananya dengan baik.

Menjadi Dosen

Bermodalkan ilmu pendidikan yang memadai, Yelly pun memutuskan untuk mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. Tawaran menjadi seorang dosen bantu di Universitas Riau (UR) pun diterimanya dengan senang hati.

Pertengahan 2012, Yelly melangkahkan kakinya untuk membagi segudang ilmu yang diraihnya ke berbagai kalangan mahasiswa Riau dimana dirinya dilahirkan. Hal ini menjadi bukti konsistensi sang Yelly.

Separuh langkah Yelly agaknya telah menjadi satu panutan bagi ragam kalangan untuk meraih kesuksesan hidup. Ya..., memang pendidikan adalah faktor pendukung yang dominan untuk meraih mimpi-mimpi anak bangsa.

Yelly memang manusia biasa. Rasa dan perasaannya juga sama dengan sifat manusia pada umumnya, tidak pernah puas atas apa yang telah diraih. Namun rasa ketidak puasan Yelly kerap diarahkan pada impian-impian yang positif.

"Saya bercita-cita untuk mengambil gelar Strata III (Doktor)," demikian Yelly yang tak pernah puas. Namun impiannya itu untuk sementara waktu ditunda, karena wanita karier ini ingin terlebih dahulu menikmati gelar masternya menjadi seorang dosen di universitas ternama di Riau.

Tentang keinginan karier, Yelly mengaku konsisten untuk tetap fokus mengejar di UR, berusaha juga untuk menjadi PNS atau dosen tetap di universitas itu.

Sebuah hal yang lumrah, jasa pengajar sekelas Yelly memang layaknya mendapatkan apresiasi yang berimbang dari pemerintah. Terlebih, keinginannya pun begitu mulia ; "memberikan ilmu-ilmu sama mahasiswa dan masyarakat adalah impian tetap saya," demikian sang Yelly.

Yelly Menikah

Bagi sang Yelly, perjuangan hidup tidaklah lengkap tanpa sang pujaan hati. Layaknya manusia normal, perempuan ini juga berkeinginan untuk mengakhiri masa lajangnya untuk membina sebuah rumah tangga yang sakinah.

Niat untuk melangsungkan perkawinan secara sah, diakui telah direncanakannya sejak lama dengan seorang pria pujaan hati.

Pilihan karier dan pilihan untuk pasangan hidup, bagi Yelly hampir tidak jauh berbeda. Keduanya harus didukung dengan rasa dan perasaan yang ikhlas. Agaknya benar, sebuah pekerjaan yang dilakukan secara terpaksa, biasanya memang bakal menuai hasil yang tak optimal. Makanya, Yelly pun percaya dengan cintanya terhadap Yougiwijaya.

Berpacaran selama lebih tujuh tahun sejak dibangku kuliah, membuat keduanya merasa cocok hingga memutuskan untuk menikah ditanggal 15 Februari 2013. Harapan sang Yelly pun tidak muluk-muluk. Rumah tangga yang rukun dan langgeng menjadi impiannya saat merangkai jalinan kasih sehidup semati.

Yelly Zamaya, aganya telah menjadi aset berharga bagi bangsa ini. Hasil buah tanggan PT Chevron Pasific Indonesia melalui program darmasiswa yang tentunya lekat dengan misi pemerintah dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia yang andal.

Seperti ungkapan orang bijak, manusia yang cerdas, merupakan modal utama untuk membangun negeri. Yelly sudah cukup mapan untuk bersumbangsih membangun negeri disektor pendidikan. Dimana pendidikan, merupakan ujung tombak untuk menciptakan manusia-manusia secerdas Yelly.