Tembilahan (ANTARA) - Bicara soal pandemi COVID-19 memang tidak ada habisnya. Berlarut dalam keterpurukan yang disebabakan oleh berbagai dampak kesulitan COVID-19 bukanlah sebuah solusi. Meski berada di tengah kesusahan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A Tembilahan terus berinovasi, salah satunya dalam hal meningkatkan kesejahteraan petugas Lapas dengan menghasilkan income yang diperoleh melalui pembangunan "Lapaste".
Kasus COVID-19 di Indonesia yang belum usai menjadi motivasi bagi Lapas Tembilahan membangun "Lapaste". Sebuah warung kuliner yang menyajikan berbagai macam aneka makanan.
“Ya berawal dari adanya rumah dinas yang kondisinya rusak parah di tengah lokasi yang strategis jadi ya sudah kita manfaatkan saja. Tentunya dengan mengikuti prosedur,” ucap Kepala Lapas Klas II A Tembilahan, Julianto Budhi Prasetyono kepada ANTARA, Rabu.
Dikatakan Julianto, pemanfaatan rumah dinas Lapas yang disulap menjadi warung kuliner sudah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan mulai dari penerbitan izin hingga pembayaran PNBP.
Usaha warung kuliner Lapaste dikelola oleh pihak koperasi milik Lapas Tembilahan yakni Koperasi Pengayom Pegawai Lembaga Lapas Tembilahan untuk memenuhi semua kebutuhan.
Julianto menilai, lokasi rumah dinas yang strategis menjadi peluang jangka panjang yang menurutnya perlu dimanfaatkan. Terlebih banyaknya isu tentang petugas Lapas yang ditemukan melanggar aturan main dan tata tertib di dalam Lapas salah satunya terlibat peredaran gelap narkotika dengan tujuan mendapat keuntungan pribadi.
“Sebenarnya kesejahteraan petugas dari segi gaji dan lain sebagainya sudah cukup memadai, tapi nyatanya realita di lapangan masih banyak petugas yang ditemukan melanggar aturan main seperti terlibat narkoba dan lain sebagainya dengan tujuan mendapatkan uang,” tutur Julianto.
Dengan dihadirkannya Lapaste, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian tentu akan mempengaruhi kualitas diri dan kesejahteraan petugas Lapas.
“Yang jelas intinya niatnya positif karena lahan itu lahan yang tidak termanfaatkan kemudian lokasinya pun strategis dan kondisi rumah dinas pun rusak parah,kita manfaatkan untuk kesejahteraan anggota,” ucap Julianto.
Julianto menjelaskan, Lapaste punya pangsa pasar sendiri melalui chef yang memang sudah berpengalaman di bidangnya.
“Sudah ada pasar sendiri, jadi kita gak perlu promo semua pada datang. Saling membantu lah. Saya pun melihat dari sisi kemanusiaan dia yang tidak punya lahan untuk usaha tapi punya tanggungjawab untuk keluarga,” jelasnya.
Lapaste dihadirkan dengan sajian menu yang beraneka. Olahan sea food sebagai menu utama sudah pasti digemari masyarakat kota Tembilahan, tidak heran jika omzet per hari bisa lebih dari Rp2 juta.
“Sementara ini kurang lebih bisa sampe di atas dua juta per harikarena memang chef nya punya pangsa pasar sendiri,” ucapnya.
Selain menyajikan olahan sea food sebagai menu utama, terdapat pula menu lainnya seperti ayam valentine, mie ayam black pepper, rawon setan, dan lain-lain sebagai menu tambahan.
Selain Lapste, ada juga Cafe Wadai (wadah dapat informasi) yang berada di dalam Lapas dan Cafe sel yang sedang diupayakan pembangunannya oleh Lapas Klas II A Tembilahan.
Inovasi di tengah pandemi, Lapas Tembilahan bangun "Lapaste"
Terdapat pula menu lainnya seperti ayam valentine, mie ayam black pepper, rawon setan, dan lain-lain sebagai menu tambahan,