PBB kemukakan terdapat tiga tantangan kebijakan untuk jaga stabilitas ekonomi

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,PBB

PBB kemukakan terdapat tiga tantangan kebijakan untuk jaga stabilitas ekonomi

Tangkapan layar Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN ESCAP) untuk wilayah Asia Pasifik Armida Alisjahbana dalam Pembukaan Kongres ISEI XXI secara daring di Jakarta, Selasa (31/8/2021). (ANTARA/Sanya Dinda.)

Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN ESCAP) untuk wilayah Asia Pasifik Armida Alisjahbana mengatakan terdapat tiga tantangan kebijakan untuk menjaga stabilitas perekonomian.

"Yang pertama, makin melebarnya ketimpangan yang mengancam kohesi sosial dan stabilitas,” kata Armida dalam Pembukaan Kongres ISEI XXI secara daring di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Sri Mulyani sebut Pemerintah dan DPR sepakat naikkan batas bawah pertumbuhan ekonomi

Selanjutnya, terdapat disrupsi struktural karena adanya transformasi pasca pandemi COVID-19. Kemudian, digitalisasi yang berkembang di tengah pandemi COVID-19 juga akan berdampak terhadap kesempatan ekonomi dan formasi sumber daya manusia ke depan.

"Permasalahannya, terdapat perbedaan antara perkembangan digitalisasi antara negara maju dengan Indonesia, dimana di Indonesia akses kepada teknologi digital masih senjang sehingga belajar dan bekerja jarak jauh masih kurang efektif,” ucapnya.

Karena itu, ke depan Indonesia tidak hanya harus memulihkan perekonomian agar stabil dan berkelanjutan dalam jangka panjang, tetapi juga membuat model perekonomian yang resilien, inklusif, dan berkelanjutan.

Baca juga: Sandiaga Uno sebut pandemi jadi peluang perbaiki pariwisata dan ekonomi kreatif

Untuk ini, menurut Armida, di tengah COVID-19 pemerintah sebetulnya telah belajar bahwa perekonomian Indonesia perlu diperkuat dalam menghadapi goncangan. Selain penyebaran virus, perekonomian juga perlu diperkuat dalam menghadapi goncangan non ekonomi lainnya, seperti bencana alam dan perubahan iklim.

"Pemulihan pertumbuhan ekonomi tidak akan menjadikan perekonomian kita stabil dan berkelanjutan dalam jangka panjang, jadi yang harus kita tuju bagaimana model ekonomi yang resilien, inklusif, dan berkelanjutan,” ucapnya.

Menurutnya, negara-negara di Asia Pasifik sebetulnya telah mengarah ke arah yang tepat dengan memprioritaskan perbaikan kesehatan publik dan pemulihan ekonomi ke arah yang lebih baik. Negara-negara di Asia Tenggara juga telah berkehendak untuk bekerja sama dalam mengatasi COVID-19.

Baca juga: Peta jalan ekonomi hijau harus diarahkan guna cegah eksploitasi investor asing