Menyulap Sumber Bencana Jadi Perhiasan Berharga

id menyulap sumber, bencana jadi, perhiasan berharga

Pekanbaru, (antarariau) - Siapa yang tidak jengkel dengan keberadaan sampah, terlebih jika barang kumuh itu berserakan di wilayah permukiman dan kawasan perkotaan.

Keberadaan sampah yang berserakan sepanjang waktu bahkan menyita dan "memeras" pikiran pemerintah untuk bagaimana cara mengatasinya. Karena, yang namanya sampah terlebih sisa produk pangan berbahan dasar plastik terbukti menjadi penyebab terjadinya banjir dan sumber bencana lainnya di tiap kota-kota maju.

Jakarta misalnya yang merupakan Ibu Kota Negara. Banjir nyaris terjadi setiap tahun di musim hujan. Penyebabnya bisa beragam, salah satunya dan yang paling utama yakni akibat tersumbatnya aliran drainase dan sungai oleh sampah-sampah yang dibuang sembarangan.

Karena telah menjadi bencana rutin tahunan, banjir bahkan menjadi misi politis yang selalu menjadi moto kampanye bagi kebanyakan calon kepala daerah di kota metropolitan itu.

Yang paling hangat yakni adu misi dan visi terkait penanganan masalah benjana banjir yang dilakukan oleh dua calon Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Jokowi.

Saat kampanye, calon "incumbent" Fauzi Bowi memiliki moto kampanye yakni "Membangun Jakarta untuk Semua". Terjemahannya adalah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau "good governance" yang salah satunya adalah mengatasi masalah banjir seperti yang kerap terjadi di pinggiran Kali Ciliwung.

Menurut Fauzi, Ciliwung memang tetap merupakan kendala utama dan menjadi prioritas dalam pembangunan masa depan guna bebas banjir.

"Saya belum bicara resettlement yang di pinggir-pinggir kali. Ciliwung tetap menjadi masalah karena merupakan kali yang paling besar, meskipun jauh dibanding Chao Phraya. Untuk mengatasi banjir, di sana akan dibuatkan sodetan ke arah KBT. Kapasitasnya masih mampu menampung air Sungai Ciliwung," katanya kepada media di Jakarta.

Begitu juga dengan calon Gubernur DKI Jokowi yang hadir dengan membawa janji untuk mengatasi masalah banjir yang kerap melanda Ibu Kota Negara.

Dalam kampanyenya di berbagai media, Jokowi mengungkapkan misinya itu yakni dengan cara melakukan pembangunan embung/folder untuk menangkap dan menampung air hujan di setiap kecamatan dan di setiap kelurahan.

Jika jadi gubernur DKI, Jokowi melalui Pemda DKI dalam kampanye politiknya dia berjanji kemasyarakat akan membeli daerah tangkapan air seperti situ atau waduk di hulu sungai agar debit air yang masuk ke Jakarta bisa dikendalikan. Selain itu akan dijalin kerja sama dengan daerah penyangga Jakarta untuk membuat sebuah otoritas yang mengatur dan mengelola sungai-sungai yang bermuara di Jakarta.

Tekat membebaskan Jakarta dari bencana banjir memang tertuangkan dalam kampanye dua calon Gubernur Jakarta itu. Namun tidak ada solusi dasar seperti mengatasi sampah yang berserakan di berbagai kawasan. Satu hal, menurut pakar lingkungan dari Universitas Riau Tengku Ariful Amri, bahwa penyebab utama banjir adalah kelalaian manusia dalam pengelolaan sampah.

"Perhiasan" Berharga

Beranjak dari Ibu Kota Negara menuju "Provinsi Kaya Minyak" Riau yang saat ini tengah menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional XVIII/2012.

Sampah aneka rupa dan ukuran memang kian menyemak di mana-mana khususnya di tiap lokasi arena pertandingan cabang olahraga PON Riau. Kondisi tersebut selalu tampak sejak dimulainya multievent olahraga nasional pada 9 September.

Penumpukan dan berseraknya sampah itu, disebabkan kepadatan pengunjung yang hendak menyaksikan pertandingan atau ragam perlombaan yang dilaksanakan di tiap arena.

Sampah memang sempat menjadi "momok" karena berpotensi menyebabkan bencana banjir di Ibu Kota Riau, Pekanbaru.

Namun sampah-sampah yang berserakan itu kini bukan menjadi masalah yang berat bagi pemerintah setempat. Selain memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) berdaya tampung luas, "Kota Bertuah" Pekanbaru yang merupakan Ibu Kota Riau juga memiliki sekelompok perajin tradisional yang unik. Mereka mengelola sampah penyebab bencana menjadi ragam "perhiasan" yang begitu berharga dan memiliki nilai materi lumayan.

Seperti yang dilakukan para perajin sampah pada Bank Sampah "Dalang Collection" Pekanbaru yang dikelola oleh ibu rumah tangga Soffia Seffen.

Soffia bersama puluhan ibu rumah tangga lainnya menyulap sampah menjadi ragam "perhiasan" yang menawan.

Bahkan dari sampah, dirinya mampu menciptakan ragam produk unggulan seperti baju, topi, sandal, alas meja, dan barang keseharian lainnya.

Soffia mengaku sangat beruntung dengan peningkatan jumlah sampah selama PON Riau. "Distribusi sampah masyarakat ke Bank Sampah meningkat sangat signifikan hingga empat ton dalam sebulan ini. Jelas, pengelolaan sampah atau daur ulang juga turut meningkat drastis," katanya.

Ia menjelaskan tingginya distribusi sampah itu menunjukkan bahwa memang ada peningkatan sampah di "Kota Bertuah" saat pelaksanaan PON XVIII di Riau, khususnya Pekanbaru.

Bayangkan saja, kata Soffia, dalam sehari ada puluhan bahkan ratusan kilogram sampah yang masuk ke Bank Sampah "Dalang Collection".

Penyelenggaraan PON di Riau, kata dia, memang sangat dimanfaatkan oleh sebagian kalangan masyarakat di Pekanbaru untuk menyetor sampah-sampah untuk di daur ulang menjadi ragam aksesoris PON yang saat ini telah siap untuk di pasarkan di pasar yang disediakan.

"Harapan saya, agar masyarakat dapat turut serta untuk mengelola sampah dengan mendirikan bank-bank sampah lainnya," kata dia.

Menurut dia, sampah merupakan barang atau sesuatu yang masih bisa dimanfaatkan bahkan dikomersialkan. Dengan kesadaran ini, maka tidak menutup kemungkinan bank-bank sampah akan tumbuh dengan sendirinya di Pekanbaru.

Ke depan, kata Soffia, bank sampah akan berkembang menjadi industri rumahan yang menjanjikan karena mampu untuk dikomersialkan bahkan dipasarkan hingga luar negeri.

"Terutama dalam iven nasional ini, diharapkan masyarakat akan sadar pentingnya pengelolaan sampah untuk menghindari berbagai bencana alam seperti banjir yang memang kebanyakan disebabkan tersumbatnya aliran drainase menuju sungai oleh sampah-sampah industri dan rumahtangga," kata Soffia.

Data Badan Lingkungan Hidup Pekanbaru menyebutkan saat ini "Kota Bertuah" memiliki 11 cabang bank sampah yang tersebar di setiap kecamatan. Hal itu sesuai dengan program dan kebijakan nasional melalui Kementerian Lingkungan Hidup.

Dengan demikian, sampah yang selama ini manjadi sumber bencana dan "momok" bagi kehidupan manusia, bisa disulap menjadi "perhiasan" bernilai jual.