Brak... brak, seorang pria tegap memukul meja dan berteriak, "dilarang merokok di areal ini".
"Kalau mau tetap merokok, silahkan di luar sana, tapi jangan di sini. Di sini areal bebas asap rokok," teriaknya membentak sejumlah orang yang berada tidak jauh dari posisi duduk seorang petugas keamanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8) sore.
"Ia bapak, kami keluar," jawab seseorang diantara perokok yang dengan santainya tetap menghisap batangan rokok di bibirnya yang hitam kelam.
Pria perokok itu tetap memuaskan nafsunya untuk tetap merokok di areal RSUD Arifin Achmad yang jelas-jelas melarang pengunjung untuk merokok di lingkungan itu.
Celoteh tentang rokok pun dimulai.
"Dilarang merokok saja kok susah. Gimana mau maju," kata pria petugas keamanan RSUD Arifin Achmad bernama lengkap Syahlan S, sesuai dengan tanda pengenal yang melekat di jubah kerjanya itu.
Ia tak lantas diam setelah mendapat perlakuan sejumlah pengunjung yang kurang menyenangkan itu.
Dia terus berceloteh dihadapan sejumlah pengunjung lainnya yang duduk-duduk di teras halaman ruang Cendrawasi II Rumah Sakit milik pemerintah daerah itu.
Dengan nada gelagak jengkel, pria ini terus "menjerit", mengungkap sebanyak-banyakan pernyataan mendongkol.
"Gimana bangsa ini mau maju kalau masyarakatnya susah diatur. Selalu saja seenaknya melanggar aturan," katanya dengan nada lantang.
Seorang pengunjung yang berada tak jauh dari tubuh sang "scurity" itu tiba-tiba menjawab, "mungkin harus dilarang dengan bahasa inggris baru mereka (para perokok) mengerti".
Sambil tersenyum pria anti rokok itu pun mengeluarkan pernyataan tegas, "serba susah, dibilang pelan, tak didengar, dikerasin disangkanya kejam".
"Padahal sejak di pintu masuk rumah sakit ini jelas-jelas sudah ada tulisan tentang larangan merokok. Belum lagi di setiap pintu masuk ruang perawatan. Harusnya dengan demikian pengujung sudah faham untuk tidak merokok," katanya lagi.
Wajah Syahlan tampak semakin bringas. Dia berjalan mondar-mandir di lokasi tempatnya bertugas menjaga ketertiban dan keamanan RSUD Arifin Achmad.
Syahlan seakan panik, tak mampu menahan gejolak emosionalnya yang dirasa semakin meninggi. Namun berulang ia berusaha untuk tenang dengan duduk di kursi yang semula ia duduki.
Matanya begitu tajam melirik sejumlah pengunjung rumah sakit yang tiada henti menghisap sebatang demi sebatang rokok yang dikepitkan di jemari para perokok.
Bentakan sang "scurity" seakan tak membuat para perokok itu jerah. Kalangan itu terus membakar sumbu rokok dengan begitu menikmatinya, tanpa harus berfikir untuk berhenti sejenak.
Tidak hanya kalangan pria dewasa, Sabtu (25/8) siang itu, sejumlah pengunjung yang merupakan kalangan wanita dewasa juga begitu menikmati kepulan asap yang dihasilkan oleh rokok.
Rumah sakit yang seharusnya menjadi lokasi perawatan demi kesehatan jasmani dan raga, justru menjadi "momok" bagi kalangan perokok pasif.
Larangan merokok di areal itu tak menjadi rintangan bagi para perokok untuk "menebar" penyakit bagi mereka yang anti terhadap zat yang mampu menggerogoti kesehatan itu.
Alhasil, lingkungan rumah bagi para penderita ragam penyakit itu pun tak lagi terasa nyaman. Paramedis mulai dari perawat, hingga dokter bahkan petugas keamanan seakan tak lagi mampu untuk memberikan larangan merokok bagi para pecandu rokok.
Hanya Semboyan
Merokok dapat, menyebabkan kenker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin.
Peringatan itu tertulis besar-besar di papan reklame rokok di jalan-jalan protokol, iklan rokok di media, dan bahkan di kemasan rokok.
Namun seakan hanya menjadi semboyan saja. Hal itu karena sampai saat ini jumlah perokok di Indonesia terus saja bertambah dan cendrung mengalami peningkatan yang signifikan.
Sedihnya, beragam merek dan jenis rokok terus "mewabah" di pasar dalam negeri dari Sabang sampai Marouke, pedesaan hingga perkotaan tidak kecuali di Ibukota Riau, Pekanbaru.
Hal ini cukup menjadi bukti bahwa peringatan yang tertulis besar-besar itu sama sekali tidak mengancam bahkan mungkin menjadi semacam "semboyan", atau kalimat peneguh untuk tetap merokok.
Bahkan terpantau, sejauh ini kebiasaan masyarakat berbagai kalangan rela berkorban demi rokok dan menepihkan semua ancaman yang diakibatkan oleh rokok.
Mulai dari pelajar sekolah dasar, sekolah menengah pertama, SMA bahkan perguruan tinggi, menunjukan kebiasan merokok yang makin hari makin terpatri di Dumai.
Kalangan bocah dan remaja di Pekanbaru bahkan memiliki komunitas pehobi merokok. Kebiasaan kalangan ini sering terlihat di sejumlah lorong dan gang-gang sempit bahkan angkutan umum dalam kota.
Tidak sedikit pula, kalangan perokok anak-anak dan remaja menghisap rokok secara bergantian. Apabila kurang puas, bocah-bocah itu biasanya mencari puntungan rokok yang berserak di jalanan.
Tiap puntungan rokok yang masih menyisakan tembakau, maka para perokok dini ini akan membakar ulang dan menghisapnya hingga kadar tembakau pada puntungan tersebut benar-benar tak tersisa.
Pemandangan ini selalu terlihat setiap harinya di tempat yang sama walau terkadang geng bocah perokok itu kerap berlainan wajah.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa merokok bukanlah hal yang aneh di ibukota provinsi "kaya minyak" itu. Merokok seolah telah menjadi tren kawula muda di Kota Bertuah Pekanbaru, mulai dari komunitas pekerja kecil hingga eksekutif, kalangan miskin hingga kaya raya, rata-rata memiki kebiasaan sama.
Penyebab Kematian
Untuk diketahui, sejauh ini para peneliti menempatkan tembakau pada peringkat utama penyebab kematian bagi manusia.
Tembakau menyebabkan satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian setiap tahunnya.
Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika kebiasaan konsumsi rokok terus berlanjut dan justru semakin mengalami peningkatan yang signifikan.
Padahal kematian itu sebenarnya dapat dicegah dengan mudah, salah satunya tidak merokok atau menghindari asap rokok.
Catatan tim medis Indonesia menyebutkan bahwa rokok dapat menyebabkan 10 efek buruk untuk bagi penghisapnya. Yang pertama merokok akan mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk mencapai suatu keadaan ereksi. Karena hal tersebut, rokok dapat berakibat impotensi.
Kedua, merokok dapat mengurangi aliran oksigen dan zat gizi yang diperlukan sel kulit pemakainya dengan jalan menyempitkan pembuluh darah di sekitar wajah sehingga akan menyebabkan percepatan keriput pada wajah.
Selanjutnya, rokok juga menyebabkan gigi berbercak dan nafas bau. Partikel dari rokok sigaret dapat memberi bercak kuning hingga cokelat pada gigi pecandunya, dan ini juga akan memerangkap bakteri penghasil bau di mulut. Kelainan gusi dan gigi tanggal juga lebih sering terjadi pada perokok berat.
Rokok juga dapat menyebabkan tubuh penggunanya dan ruang yang berada di sekitarnya menjadi bau. Rokok sigaret memiliki bau yang tidak menyenangkan dan menempel pada segala sesuatu, dari kulit dan rambut sampai pakaian dan barang-barang di sekitar penikmat rokok.
Rokok lambat laun akan menyebabkan kerapuhan pada tulang pinggul pecandunya, terutama pecandu wanita yang sudah lanjut usia.
Bahkan rokok juga dikabarkan mengandung zat yang mampu menyebabkan peningkatan mood. Zat inilah yang biasanya kandungannya berkurang saat seseorang menderita depresi. Itulah juga penyebabnya mengapa orang yang sedang stres atau depresi cenderung mencari "pelarian" ke rokok.
Satu hal yang tak kalah penting, rokok juga dapat memicu kelemahan perekonomian setiap keluarga perokok. Rokok juga terbukti mampu memicu keributan antara perokok dan para manusian anti rokok.
Jadi... masihkah anda merokok. Atau meninggalkannya demi kehidupan yang lebih sehat, mulai jasmani, rohani, hingga sehat sisi perekonomian.