Satelit Singapura Deteksi 507 'hotspot'-Sumatra

id satelit singapura, deteksi 507 hotspot-sumatra

Satelit Singapura Deteksi 507 'hotspot'-Sumatra

Pekanbaru, (AntaraRiau) - Satelit "National Oceanic and Atmospheric Administration" (NOAA) 18 milik Singapura sepanjang April 2012 mendeteksi sedikitnya 507 titik panas (hotspot) yang tersebar di sejumlah wilayah Pulau Sumatra, Indonesia.

"Khusus untuk Provinsi Riau, satelit NOAA mendeteksi sedikitnya 169 titik panas yang tersebar di hampir seluruh wilayah kabupaten/kota," kata analis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Marzuki, di Pekanbaru, Jumat.

Menurutnya, jumlah titik panas pada April cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah titik panas yang terdeteksi di bulan Maret 2012.

Pada Maret 2012, demikian Marzuki, jumlah titik panas di wilayah Pulau Sumatra sempat mencapai 783 titik, sementara untuk wilayah Riau ada sebanyak 257 titik.

Marzuki merincikan, untuk "hotspot" pada April 2012 lalu, kemunculan paling banyak terdeteksi berlokasi di wilayah Kabupaten Pelalawan yakni mencapai 39 titik.

Kemudian yakni Kabupaten Indragiri Hilir ada sebanyak 27 titik dan Indragiri Hulu sebanyak 19 titik. Kemudian sisanya tersebar hampir merata di seluruh wilayah kabupaten/kota di Riau.

Menurutnya, kemunculan titik panas atau "hotspot" di sebagian besar wilayah Sumatra adalah bagian dari dampak adanya kebakaran dan pembakaran hutan atau lahan.

Hal itu, menurut dia, bis ajadi juga disulut dengan curah hujan yang relatif minim, namun tidak sesingkat pada Maret 2012 sebelumnya.

Begitu juga titik panas yang bermunculan untuk wilayah provinsi lainnya yang berada di Pulau Sumatra, menurut Marzuki, juga disulut dengan minimnya curah hujan.

"Sementara untuk prediksi tingkat kebakaran hutan atau lahan di bulan Mei 2012 ini, bisa jadi lebih meningkat mengingat semakin minimnya curah hujan akibat Sumatra, khususnya Riau mulai memasuki periode kedua pancaroba atau peralihan musim dari hujan ke musim kemarau," katanya.

Dengan kondisi yang demikian, kata dia, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap siaga, waspada kebakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.

"Selain itu, diharapkan juga tidak ada pembakaran lahan demi memperluas lahan perkebunan. Warga sebaiknya menggunakan cara pengembangan lahannya selain dari melakukan pembakaran," demikian Marzuki.