Pekanbaru (AntaraRiau) - Setelah berjuang melawan kanker paru-paru selama tiga minggu dalam perawatan di Paviliun Kencana RSCM, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih (57) akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (2/5) pukul 11.41 WIB.
Menkes dideteksi menderita kanker sejak bulan Oktober 2010, setahun setelah menjabat sebagai menteri untuk periode 2009-2014.
Selama 1,5 tahun terakhir, Endang Rahayu mulai menjalani perawatan untuk melawan penyakitnya itu, baik didalam atau diluar negeri hingga akhirnya tiga minggu yang lalu dia dilarikan ke RSCM karena merasa nyeri di tubuhnya.
Pengobatan yang selama ini telah dijalani oleh Menkes antara lain radiasi lokal dan bedah beku, tujuannya untuk mengobati kanker secara lokal serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Kondisi Menkes mengalami penurunan sejak dua hari yang lalu dan berada dalam kondisi kritis sejak Selasa (1/5) pagi yang langsung dimasukkan dalam perawatan ICU.
Namun kondisi kankernya yang telah menyebar ke bagian lain di tubuhnya membuat Endang Rahayu akhirnya wafat, meninggalkan seorang suami, Dr. Reanny Mamahit, SpOG, MM dan dua putra dan satu putrinya.
Putra pertama bernama Arinanda Wailan Mamahit, putra kedua bernama Awandha Raspati Mamahit, dan anak putri paling kecil bernama Rayinda Raumanen Mamahit.
Perjalanan Karir
Nama Endang Rahayu Sedyaningsih mulai dikenal luas sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkatnya menjadi Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II pada Oktober 2009 lalu.
Penunjukan menteri kelahiran Jakarta, 1 Februari 1955, oleh Presiden SBY itu cukup mengejutkan karena diumumkan di saat-saat terakhir. Sebelumnya, nama Endang tidak pernah disebut dalam daftar nama calon menteri yang diuji Presiden dan hingga hari-hari terakhir pengumuman susunan kabinet, sebagian besar orang mengira posisi yang sebelumnya ditempati Siti Fadilah Supari itu akan diisi istri mantan Menteri Kesehatan Farid Anfasa Moeloek, Nila Djuwita Moeloek.
Bahkan, Nila Moeloek sudah sempat menjalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD Jakarta bersama dengan para kandidat menteri yang lain.
Endang Rahayu yang menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan kemudian diangkat menjadi Menteri Kesehatan periode 2009-2014 dan mengatakan bahwa dia akan melakukan reformasi di sektor kesehatan setelah menjabat.
Endang memperoleh gelar sarjana pada tahun 1979 dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan melanjutkan spesialisasi Kesehatan Masyarakat di Harvard School of Public Health di Boston, Amerika Serikat tahun 1992.
Ia kemudian mengambil Program doktor, juga di Harvard dan lulus pada 1997.
Endang juga pernah berkarir di Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, dibidang penanganan penyakit menular dan memegang peran penting.
Dia menjabat sebagai penasihat teknis pada Departemen Penyebaran Penyakit dan Respons di Geneva, Swiss, tahun 1997-2006.
Endang Rahayu Sedyaningsih mengundurkan diri dari jabatan sebagai Menteri Kesehatan pada tanggal 29 April 2012 yang lalu, yang diungkapkannya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat Presiden menjenguknya di RSCM.
Presiden, setelah melihat kondisi kesehatan Endang kemudian menerima pengunduran dirinya dan menunjuk Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti untuk menjalankan tugas kementerian beserta pejabat-pejabat Kementerian Kesehatan lainnya.