Ilmuan Jepang Kagumi Gambut Riau

id ilmuan jepang, kagumi gambut riau

Ilmuan Jepang Kagumi Gambut Riau

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Ilmuan Jepang dari Hokkaido University mengatakan sangat terkesan melihat lahan gambut di Provinsi Riau yang bisa dikelola dengan manajemen cukup baik.

Prof. Ryusuke Hatano saat kunjungannya ke kawasan hutan tanaman industri PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Kabupaten Pelalawan, Riau, Senin (14/11), mengatakan teknologi tata kelola air dalam pengembangan hutan tanaman industri di daerah gambut itu berjalan cukup baik. Menurut dia, hal itu membuat gambut tidak kehilangan fungsinya untuk menangkap air dan karbon.

"Saya sangat terkesan dengan teknologi tata kelola air yang dimiliki perusahaan untuk mengembangkan HTI yang mengembangkan jenis tanaman akasia di lahan gambut," ujarnya.

Menurut dia, sangat langka terdapat area tanaman industri yang terjaga dengan tidak merusak area hutan gambut.

Hatano merupakan salah satu ilmuan dari enam negara yang sedang mempelajari dan meneliti pemanfaatan lahan gambut untuk kegiatan ekonomi di Provinsi Riau. Mereka tergabung dalam Internastional Field Science Summer School (IFES) 2011. Selain peneliti dari Jepang, terdapat juga ilmuan dari India, Indonesia, Mongolia, China, dan Malaysia.

"Yang paling berkesan bagi saya pada saat melihat bentangan kombinasi hutan tanaman akasia dan hutan alam dari helikopter. Kombinasi keduanya sangat membantu terjaganya pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan," kata Peneliti Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Christofora Hanny Wijaya.

Sementara itu, Direktur Utama RAPP Kusnan Rahmin mengatakan pihaknya menerapkan pengelolalaan hutan tanaman Mosaic (Mosaic plantation concept/MPC). Intinya adalah hutan tanaman dikelola dengan melakukan perencanaan spasial, penghutanan kembali, pengelolaan lingkungan, dan pemetaan yang mengutamakan hutan dengan nilai konservasi tinggi (High Conservation Values atau HCV).

"Untuk memenuhi komitmen tersebut, Kami menanam sekitar 500.000 bibit pohon per hari," ujar Kusnan.

Ia menjelaskan, konsep penerapan tata kelola air merupakan sistem pengelolaan tata air yang dikontrol secara bertingkat sedemikian rupa dalam beberapa zona air dan adanya area yang diperuntukkan sebagai "hydro-buffer", untuk memastikan dampak yang minimum terhadap areal yang dikonservasi, dan mengurangi seoptimal mungkin terjadinya emisi karbon.

"Kami patuh terhadap kebijakan pemerintah melalui penerapan fondasi bisnis yang pro-lingkungan, pro-pertumbuhan, pro-tenaga kerja, dan pro-pengentasan kemiskinan," ujarnya.