Gajah Liar Masuk Desa Di Rokan hilir

id gajah liar, masuk desa, di rokan hilir

Dumai, 10/5 (ANTARA) - Segerombolan gajah liar yang berjumlah sekitar enam ekor sejak Senin (9/5) hingga Selasa dilaporkan masuk Desa Bangko Sempurna, Kecamatan Bangkopusako, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, dengan merusak perkebunan kelapa sawit di sana.

"Selain merusak kebun, gajah-gajah itu juga sempat merusak satu buah sepeda motor milik warga. Kejadiannya, dua hari lalu, ketika seorang warga terpaksa kabur setelah melihat gajah melintas di jalan desa," kata seorang pemuka masyarakat di Bangkopusako, Suharman.

Saat seorang warga tersebut kabur, katanya, sepeda motor yang di tunggganggi ditinggalkan begitu saja dan gajah yang melihat hal itu pun menginjak-nginjak sepeda motor jenis Yamaha RX King itu.

"Itu pertanda kalau datuk (sebutah gajah liar di Rokan Hilir) sudah mulai marah. Bukan tidak mungkin, saat ini kebun dan motor, maka esok harinya justru rumah warga yang dirusaknya," kata Diana, istri Suharman.

Diana menerangkan, sampai saat ini gerombolan gajah liar itu masih bertahan di perkebunan warga dan merusak lebih banyak lagi tanaman palawija di sana.

"Akibatnya, kami jadi takut berkebun dan memilih untuk tetap di rumah karena datuk sudah mulai marah," katanya.

Secara terpisah, Camat Bangkopusako, Abdul Manan, menguraikan, kawanan gajah liar mulai muncul dan merusak kebun warga sejak dua pekan terakhir.

Gajah-gajah ini, kata Abdul, kerap muncul pada malam hari hingga dini hari. Kondisi itu membuat warga merasa was-was, mengingat pada jam-jam tersebut warga sedang terpulas nyenyak.

"Untuk berjaga-jaga agar gajah tidak sampai merusak pemukiman, maka warga berinisiatif untuk berjaga pada malam hari secara bergantian," katanya.

Kondisi itu sebaiknya dengan segera dituntaskan sebelum jatuh korban jiwa dari kedua belah pihak, baik gajah dan manusia.

"Sebelumnya, kita juga telah mengirimkan surat resmi kepada BKSDA untuk meminta mereka dapat menurunkan tim ahlinya agar dapat mengusir gajah liar dari areal perkebunan kelapa sawit milik masyarakat," jelasnya.

Namun, tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.

"Nggak tahu mengapa tim BKSDA tak turun-turun. Mungkin sebelum turun, pihak BKSDA perlu mempersiapkan dengan matang, dan kita sangat berharap kepada pihak BKSDA untuk segera menyelesaikan konflik ini," imbuhnya.