Pekanbaru, 30/9 (ANTARA) - Seekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditangkap tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyusul terjadinya konflik manusia versus harimau di kawasan penyangga Cagar Biosfer Bukit Batu, Bengkalis, Riau.
"Tim kita pada Kamis (30/9) petang sekitar pukul 19.00 WIB telah berhasil menangkap seekor harimau liar yang berkeliaran di pemukiman warga," ujar Kepala BKSDA Riau, Trisnu Danisworo, kepada ANTARA di Pekanbaru, Kamis malam.
Penangkapan hewan yang dilindungi itu dilakukan menyusul semakin memanas konflik manusia versus binatang buas dalam sepekan terakhir pascatewasnya seorang warga akibat diterkam harimau pada Senin, (20/9) dan seekor sapi penduduk pada Kamis, (30/9) pagi.
Trisnu mejelaskan, proses penangkapan dilakukan menggunakan jebakan krangkeng dengan umpan memanfaatkan sisa daging bangkai sapi yang tidak habis dilahap si raja hutan itu usai dimangsa pada pagi hari.
Jebakan itu sendiri dipasang di sekitar pemukiman warga di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis tim BKSDA Riau bersama Yayasan Pelestarian Harimau Sumatera (YPHS) yang beberapa hari terakhir mengincar hewan yang populasinya kian terus berkurang.
Para personel BKSDA Riau dan YPHS telah berada di pemukiman penduduk sehari setelah ditemukan Sugianto (35), seorang warga Dusun Air Raja, Desa Tanjung Leban menjadi mayat dengan kondisi bagian tubuh yang hilang akibat di mangsa harimau.
Tidak ada korban dalam penangkapan tersebut terutama di pihak manusia karena krangkeng yang berisi bangkai sapi yang digunakan sebagai alat penjebak langsung tertutup saat dimasuki harimau.
"Hewan itu kini masih berada di Desa Tanjung Leban, dan kita menemukan luka pada salah satu kakinya. Untuk saat ini kondisi bekas luka itu masih diperiksa sebelum kita kembalikan ke Cagar Biosfer Bukit Batu atau ke hutan konservasi harimau Sinepis," jelasnya.
Sepekan terakhir kondisi Desa Tanjung Leban mencekam dan warga tidak berani ke luar rumah, karena si raja hutan itu berkeliaran mencari makan menyusul rusaknya habitat kawasan peyangga Cagar Biosfer Bukit Batu akibat pembukaan lahan yang dilakukan perusahaan.
Organisasi konservasi World Wildlife Fund menyatakan, konflik manusia versus harimau terjadi di zona penyangga Cagar Biosfer Bukit Batu karena di konservasi itu merupakan konsesi PT Sakato Pratama Makmur, perusahaan pemasok bahan baku industri kertas Sinar Mas Forestry.
"Konflik terjadi akibat rusaknya habitat harimau menyusul terjadinya aktivitas pembukaan hutan yang diduga dilakukan pihak perusahaan, sehingga mempersempit ruang gerak binatang buas itu," ujar Humas WWF Riau, Syamsidar.