Gajah Paksa Warga Bengkalis Mengungsi

id gajah paksa, warga bengkalis mengungsi

Bengkalis, 15/3 (ANTARA) - Sedikitnya diperkirakan 45 ekor gerombolan gajah liar kembali mengamuk sehingga memaksa puluhan kepala keluarga yang tinggal pada dua desa di Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau mengungsi. Informasi yang dihimpun ANTARA di Kecamatan Mandau, Senin, menyebutkan, kawanan Gajah Sumatera itu masuk ke area pemukiman warga untuk mencari sumber makanan di Desa Kulim dan Desa Petani. Gajah-gajah itu mencari makanan pada kawasan sepanjang jalan Kilometer 9, Rukum Warga 7, Desa Kulim dan kawasan Kilometer 15, Jalan Rangau atau jalan lintas yang menghubungkan Duri, Bengkalis dan Kota Dumai. Menurut warga, dua perkampungan bertentangga pada kedua desa itu merupakan rute perlintasan kawanan gajah dan hewan yang dilindungi negara itu terlihat panik ketika penduduk setempat mencoba mengusir gajah agar menjauhi pemukiman warga. "Ketika diusir agar menjauhi pemukiman kami, kawanan gajah itu tidak mau meninggalkan kampung dan justru menyerang warga," kata Edi (38), warga Desa Petani yang turut menjadi korban. Riri (49), warga desa itu mengatakan, kawanan gajah itu sesekali juga mengelilingi perkampungan dengan jumlah lebih dari 45 ekor dan berpencar sehingga sulit untuk diusir. "Kami telah berusaha dengan banyak cara, tapi tetap saja gajah itu tidak mau pergi dan yang kami takutnya kalau gajah itu malah menyerang. Makanya sebagian warga memilih mengalah dan mengungsi ketempat aman," ujarnya. Kepala Desa Petani, Rianto, mengatakan, dalam tiga pekan terakhir ratusan warganya terus dibanyangi kecemasan karena kawanan gajah terkadang datang secara tiba-tiba. Selain merusak perkebunan milik warga, gajah liar itu juga terkadang menyerang bahkan sampai merusak rumah warga sehingga masyarakat sekitar terus meningkatkan kewaspadaan akan ancaman hewan bertubuh besar itu. Menurutnya, konflik manusia dan gajah di daerah itu akan terus terjadi karena kondisi hutan yang merupakan sumber makanan kawanan gajah itu kian menyempit akibat perluasan perkebunan serta pembalakan liar yang masih terjadi hingga kini. "Akibat dari sempitnya kawasan hutan, maka perkampungan menjadi sasaran gajah yang kelaparan mencari sumber makanan," jelasnya. Meski telah dilaporkan ke berbagai pihak terkait, namun hingga kini belum ada tindakan seperti dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) tingkat Provinsi Riau. "Kami mengkhawatirkan habitat gajah itu nantinya punah, karena konflik terus berkepanjangan dan intansi terkait tidak juga bertindak," katanya.