KLH: Operasional IBP Dumai Dihentikan Sementara

id klh operasional, ibp dumai, dihentikan sementara

KLH: Operasional IBP Dumai Dihentikan Sementara

Dumai, (Antarariau.com) - Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai, Riau, sejak pekan lalu menghentikan sementara operasional PT Inti Benua Perkasatama (IBP) guna kepentingan penyelidikan tangki timbun roboh.

Kepala KLH Dumai Bambang Suriyanto, Selasa mengatakan, tangki bermuatan minyak kernel kelapa sawit yang tumbang menyebabkan sungai dan parit di lingkungan berpotensi tercemar karena bercampur dengan minyak.

"Pemantauan petugas bercak minyak sudah meluber dan bercampur ke laut, sedangkan di parit dan sungai sekitar pabrik dilaporkan mencapai ketebalan 40 sentimeter, sehingga perlu dilakukan penyelidikan mendalam ," katanya.

Menurutnya, penghentian operasional perusahaan akan menunggu hasil kesimpulan resmi dari penyelidikan tim Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau yang turun ke Dumai, Selasa ini.

Namun, sebutnya, hasil uji sampel yang dilakukan KLH Dumai berkesimpulan sementara genangan minyak bercampur dengan air di parit dan sungai berpotensi mencemari lingkungan karena sudah mencapai ketebalan hingga 50 sentimeter.

"Melihat ketebalan minyak bercampur air kita menyimpulkan ini sudah kategori pencemaran lingkungan perairan, dan tim BLH sudah turun melakukan pengawasan dan mengambil uji sampel tumpahan minyak tersebut," kata dia.

Dia menyebutkan, pihak perusahaan hingga kini masih melakukan upaya pembersihan genangan minyak di sekitar perairan parit dan sungai, dan pemerintah menegaskan supaya terus dibersihkan tuntas.

Pemerintah, masih akan menunggu hasil resmi penyelidikan BLH untuk mengambil sikap dan kebijakan lebih lanjut atas kejadian tumbangnya tangki timbun diduga akibat lemahnya konstruksi tidak mampu menahan beban.

Pada Ahad (16/11) dinihari lalu, sebanyak enam tangki timbun PT IBP tumbang dan menyebabkan ribuan ton minyak kernel kelapa sawit tumpah meluberi parit, sungai hingga mencapai perairan laut.

Akibat luberan minyak menggenangi perairan, membuat warga setempat berusaha mengumpulkan bercak kernel ini dengan menggunakan wadah ember untuk selanjutnya dijual ke sejumlah pihak penampung atau perusahaan terkait.

Bahkan, aktivitas warga memunguti tumpahan minyak ini menyebabkan akses jalan setempat macet kendaraan hingga 7-8 kilometer karena jalur tersebut dipadati masyarakat.