Dumai, (Antarariau.com) - Enam tangki timbun minyak kelapa sawit PT Inti Benua Perkasatama di Kelurahan Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai, Riau, tumbang, dan ribuan ton minyaknya meluber ke parit sekitar.
Humas PT Inti Benua Perkasatama (IBP) Sarmin, Ahad, mengaku belum mengetahui kronologis tumbangnya tangki yang terjadi pada dini hari itu karena masih dalam penyelidikan aparat berwajib, termasuk potensi kerugian dan jumlah minyak yang meluber.
"Penyebab tangki tumbang masih dalam penyelidikan, namun untuk penanganan cepat kami melakukan upaya pembersihan tumpahan minyak yang menggenangi parit di lingkungan sekitar," kata Sarmin.
Berdasarkan informasi sementara, katanya, tangki itu tumbang bermula dari salah satu tangki penampungan air pecah dan menghantam tangki lainnya dengan kekuatan besar menghantam tangki lainnya, sehingga tidak mampu menahan laju air.
Pada kejadian itu, lanjut dia, tidak ada korban jiwa, dan pihaknya masih menunggu perkembangan penyelidikan lebih lanjut dari pihak berkompeten.
Sementara, Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai Bambang Suryanto menyatakan, awal kejadian itu karena perusahaan melakukan uji coba salah satu tangki yang baru siap dibangun dengan mengisi air dalam kapasitas penuh.
Tanpa diketahui penyebab pasti apakah konstruksi tidak mampu menahan beban, sehingga menyebabkan tangki yang diisi air tersebut tumbang dan mengenai tangki timbun lainnya.
"Kejadian ini sudah cepat kita tangani dengan menutup aliran sungai ke laut dan membatasi meluasnya tumpahan minyak melalui pemasangan oil bomb," sebutnya.
Menurut Bambang, minyak yang tumpah mencemari perairan sekitar berasal dari salah satu tangki berisi minyak mentah kelapa sawit di dalam tangki berukuran maksimal 3.000 ton, sedangkan tangki lainnya dilaporkan dalam keadaan kosong.
"Kita juga berusaha mengurangi minyak di perairan dengan cara menyedot ke dalam tangki menggunakan alat sedotan, dan saat ini petugas bersama aparat berwajib masih melakukan penyelidikan tumbangnya tangki ini," terangnya.
Pantauan di lapangan, minyak mentah kelapa sawit yang menggenangi parit sekitar membuat banyak warga setempat berusaha mengambil dengan cara manual menggunakan wadah ember dan lain sebagainya, untuk selanjutnya dijual kembali seharga Rp100 ribu-Rp150 ribu per jerigen.