DJKN Goes to Campus Hadir di Universitas Riau

id djkn goes, to campus, hadir di, universitas riau

DJKN Goes to Campus Hadir di Universitas Riau

Pekanbaru, (antarariau.com) – “Anda menyuruh kami untuk tidak membakar mobil dinas karena itu adalah aset negara, tapi kalau memang segala pelayanan pemerintah hanya berhenti di tahap ‘mengkaji’ saja apa lagi yang harus kami lakukan? Perlu kami bakar orangnya (birokratnya – red)?,” tanya Matius, seorang mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Riau (UR) dalam acara “DJKN

Goes to Campus” yang diselenggarakan oleh Kanwil DJKN Riau, Sumbar, dan Kepri (RSK) di Ruang Serbaguna Gedung Rektorat, Kampus UR, Pekanbaru (26/11/2013).

Walaupun melenceng dari tema acara yang adalah “Peran Strategis Pengelolaan Barang Milik Negara Terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”, namun pertanyaan Matius tesebut kurang lebih menggambarkan antusiasme 175 orang mahasiswa dan dosen yang memadati tempat penyelenggaraan.

Acara dibuka pada pukul 09.30 WIB oleh Pembantu Rektor II UR Yanuar dan langsung

dilanjutkan dengan pemberian materi oleh Kepala Kanwil DJKN RSK Lukman Effendi. Lukman mula-mula menjabarkan tugas dan fungsi DJKN, lalu dilanjutkan dengan menjelaskan tentang perbedaan antara kekayaan negara yang dimiliki dengan yang dikuasai.

Lukman mengatakan bahwa kekayaan negara yang dimiliki terdiri dari Barang Milik Negara (BMN), investasi negara, dan item-item dalam neraca pemerintah diluar investasi dan BMN. Sedangkan kekayaan negara yang dikuasai antara lain adalah muatan kapal tenggelam, aset bekas milik asing, harta

karun, dan sebagainya.

Lukman Effendi sebagai pemateri tunggal terus menjabarkan secara garis besar tentang apa saja sebenarnya yang dikerjakan oleh DJKN demi Bangsa Indonesia. Sesuai dengan tema acara, Lukman menjelaskan tentang kewajiban Pengguna Anggaran dan Kuasa Pengguna Anggaran untuk mengelola BMN/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab instansi yang dipimpinnya.

“Pada saat kita kesal kepada pihak kampus lalu kita merusak lift di gedung kampus, yang kita rusak adalah hasil uang orang tua kita yang membayar pajak untuk membeli lift itu,” pungkas Lukman yang mencoba mengaitkan penjabarannya dengan dunia mahasiswa.

Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang disambut dengan antusiasme luar biasa dari mahasiswa. Praktis hampir seluruh peserta mengangkat tangan untuk bertanya, namun karena keterbatasan waktu, panitia hanya mengakomodasi 8 orang penanya. Acara berlansung tanpa hambatan hingga selesai pukul 12.30 WIB. (rls)