Menikmati tiruan Raja Ampat di Kampar

id puncak kompe, raja ampat

Menikmati tiruan Raja Ampat di Kampar

Pemandangan dari Puncak Kompe, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. (ANTARA/Netty M)

Bangkinang (ANTARA) - Raja Ampat merupakan lokasi wisata yang sudah terkenal baik secara nasional maupun internasional meski letaknya jauh mendekati ujung Indonesia, yakni di Papua Barat. Kawasan Raja Ampat memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang unik dengan dipercantik air yang jernih sehingga menggoda wisatawan untuk mengunjunginya.

Bagi masyarakat di Pulau Sumatera, mungkin harus merogoh kantong lebih dalam untuk bisa menikmati indahnya Raja Ampat di Papua Barat tersebut.

Namun, sebagai pengobat hati, saat ini di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, telah ada destinasi menarik yang mirip kawasan Raja Ampat. Lokasi ini disebut sebagai Puncak Kompe yang berada di Desa Koto Mesjid. Dari atas puncak tersebut, pengunjung bisa menikmati gugusan pulau yang mirip di Raja Ampat. Pulau-pulau itu berada di danau sehingga dari Puncak Kompe terlihat beberapa pulau kecil menawan dengan air hijau kebiruan bagai tiruan Raja Ampat.

Puncak Kompe adalah tempat wisata hasil kreasi warga sekitar yang dimulai tahun 2017 silam. Sesuai dengan namanya, Puncak Kompe merupakan bukit yang di sekitarnya terdapat banyak pohon kempas (Koompassia malaccensis) yang batangnya tinggi dan ramping serta mempunyai daun bersirip. Warga sekitar menyebutnya Kompe.

Ini merupakan tempat wisata yang lahir dari semangat kebersamaan dan kerja keras hingga terwujudlah objek wisata yang indah dan menarik banyak pengunjung. Bahkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno pun sempat mengunjungi ke Puncak Kompe ini pada 12 September 2021.

Lokasi wisata yang terletak di jalur lintas Sumbar-Riau ini juga masuk ke dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dari 1.831 desa wisata yang ikut.

Banyaknya pohon di sekitar puncak menghadirkan suasana asri nan nyaman untuk bersantai sambil menenangkan pikiran. Beragam daratan yang menjorok ke tengah danau dapat dijangkau dengan menyusuri jalan menggunakan roda dua dari puncak. Di sana, tersedia lokasi berkemah bagi pengunjung untuk menikmati daratan yang dikelilingi air.

Selain itu, pengunjung juga dapat menyusuri pulau dengan perahu ataupun donat boat sambil menikmati semilir hembusan angin.

Pengelola dan Ketua Kelompok Sadar Wisata setempat, Mushelmi, menjelaskan pengelola Puncak Kompe telah bekerjasama dengan berbagai pihak di antaranya dengan bantuan PT PLN untuk membangun fasilitas memadai serta tempat-tempat swafoto menarik.

Dengan beragam spot yang ditawarkan, Puncak Kompe dapat dijadikan pilihan untuk berlibur di akhir pekan. Perjalanan darat hanya membutuhkan sekitar 90 menit dari Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau.

Untuk sementara ini, pengunjung dapat menuju ke lokasi dengan ketinggian puncak sekitar 60 meter dari jalan raya melalui jalan masuk yang lebar dan bisa dilalui kendaraan roda empat.

Mengenai pengelolaannya, Mushelmi menceritakan lahan Puncak Kompe merupakan milik perorangan lalu dikelola secara swadaya oleh warga setempat untuk dijadikan lokasi wisata. Untuk pengembangannya, diserahkan kepada Pokdarwis selaku pengelola Puncak Kompe dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar.

Pada awalnya, setelah melakukan kunjungan ke Ulu Kasok (lokasi wisata serupa yang tak jauh dari Puncak Kompe), tim pengelola melihat adanya potensi yang pantas dijadikan tempat wisata. Akhirnya, tim membuat sebuah kelompok yang terdiri dari 21 orang untuk mewujudkan misi menjadikan Puncak Kompe sebagai destinasi wisata. Itu terjadi pada tahun 2017.

Misi ini dimulai dengan membuka jalan menuju ke puncak yang memiliki jangkauan pemandangan luas ke danau yang sebenarnya adalah waduk tersebut. Saat itu, penggalangan dana dilakukan dengan iuran Rp100 ribu per orang sehingga terkumpullah dana Rp2,1 juta. Namun dana itu belum mencukupi untuk membayar sewa ekskavator selama dua hari yang sebesar Rp7,2 juta.

Mereka pun terpaksa berutang kepada pemilik ekskavator. Hal tersebut berlangsung sebelum lebaran haji tahun 2017. Kemudian pada Hari Raya Idul Adha jalan pun sudah dibuka meski berupa tanah keras. Pengunjung pun mulai berdatangan.

Setelah empat hari pembukaan, hutang menyewa ekskavator pun lunas dari dana yang diperoleh dari pengunjung. Kemudian pembukaan jalan bagian bawah juga mulai dilakukan, lagi-lagi dengan sistem hutang.

Mendengar gigihnya masyarakat membuat destinasi wisata baru, akhirnya pembangunan Puncak Kompe mendapat sponsor dari PT PLN dan PT Pertamina. Pada 2021, pembangunan Puncak Kompe mendapat bantuan dari CSR (Corporate Social Responsibility) PT PLN sebesar Rp90 juta. Dana itu untuk membuat pelataran permanen dan juga toilet empat pintu dan tempat salat yang ternyata menghabiskan anggaran Rp240 juta. Dengan berbagai cara, akhirnya pembangunan pelengkap wisata di Puncak Kompe bisa dinikmati.

Terdampak Pandemi COVID-19

Saat ini, ada tiga pekerja tetap di lokasi wisata Puncak Kompe dengan honor yang dibayar per minggu dan telah berlangsung selama lebih kurang dua tahun. Namun, saat ini pengelola agak kesulitan membayar honor pekerja karena pandemi COVID-19 yang turut mempengaruhi jumlah pengunjung.

"Uang yang masuk hanya sekitar Rp20-30 ribu pada hari-hari biasa selama pandemi yang berlangsung dua tahun ini," tutur Mushelmi.

Namun, setelah kedatangan Sandiaga S Uno pada September 2021 itu, jumlah pengunjung Puncak Kompe mulai merangkak naik. Diharapkan, lokasi ini terus ramai dan nyaman untuk destinasi wisata bagi warga Riau dan sekitarnya.

Menurut Sandiaga Uno saat berkunjung ke Desa Koto Mesjid, geliat wisata ini adalah simbol kebangkitan ekonomi nasional, dan COVID-19 membuka peluang mencintai destinasi wisata dalam negeri. "Untuk berwisata, tidak perlu ke luar negeri karena banyak tempat wisata yang menarik di dalam negeri," ujar Sandi.

Salah satunya dengan Puncak Kompe yang memberikan pemandangan alam seperti di Raja Ampat di Papua Barat. Uniknya, ini adalah hasil dari penenggelaman desa menjadi waduk untuk sumber air bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang. Bukit-bukit yang dulunya menjulang akhirnya menjadi gugusan pulau-pulau kecil yang menarik.

"Dengan hastag keRiausaja kalau kangen ke Raja Ampat, ke Riau saja," imbuh Sandi.

Sebelumnya Ketua Forum Peduli Pariwisata PLTA Koto Panjang dalam pemaparannya kepada Sandiaga Uno mengatakan, untuk menjadi desa wisata terbaik Desa Koto Mesjid sudah mempersiapkan sejumlah hal. Lokasi yang menjadi ikon yakni Koto Masjid dikenal sebagai Kampung Patin.

Desa wisata ini sudah menyediakan home stay yang digabung dengan rumah warga karena wisatawan akan mendapat pengalaman baru bisa bercengkerama, serta dianggap keluarga. "Jadi bisa menikmati kuliner tradisional, home stay sudah seperti hotel, ada 18 home stay di sini," ungkapnya.

Jadi, untuk menikmati Raja Ampat tak perlu jauh-jauh ke Papua. Cukup ke Kabupaten Kampar sambil menyantap gurihnya aneka olahan ikan patin segar, sesegar udara di Pucak Kompe.