Pria itu tersenyum manyun ketika sejumlah remaja putra dan putri mengerumun untuk mengajaknya berfoto bareng. "Iya, satu-satu atau sekaligus semuanya," katanya sambil menunjukkan gigi yang terselip pada bibirnya yang terbuka 'malu-malu', Sabtu (13/10) malam di Pekanbaru, Riau.
Katika itu, pria bernama tenar David Jakobs ini baru saja memenuhi undangan acara penutupan yang dihadiri langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Malarangeng serta Gubernur Riau HM Rusli Zainal.
Acara penutupan paralimpian malam itu, dilakukan secara sederhana di gedung olahraga badminton pada kompleks Gelanggang Remaja yang berlokasi di Jalan Sudirman, Pekanbaru.
Malam itu, langit Ibukota 'Bumi Lancang Kuning' tampak cerah dengan taburan bintang serta sinaran rembulan yang tertutup awan tipis.
David seakan menikmati suasana tersebut dengan berfoto bareng sejumlah penggemar yang rata-rata merupakan kalangan remaja putra dan putri.
"Tolong bang', tolong bang'," seorang wanita muda memohon untuk memotretnya yang tengah bersanding mesra dengan atlet andalan asal DKI Jakarta itu.
Situasi panorama yang menjadi ajang model dadakan itu sempat bertahan selama sekitar setengah jam, untuk kemudian David berlahan menjawab ragam pertanyaan seorang wartawan yang menantinya sejak lama.
Tidak heran, pria yang mengaku telah memiliki seorang isteri dan seorang buah hati ini baru saja mengakhiri laganya di cabang olahraga tenis meja pada pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV 2012 di Pekanbaru, Riau, dengan 'segudang' prestasi membanggakan.
Tidak tangung-tangung, David, pria berumur 35 tahun ini baru saja memborong lima medali emas sekaligus dari lima nomor yanag diikutinya pada cabang tenis meja.
David berhasil menyumbangkan emas pertamanya lewat kelas beregu putra pada partai pertandingan yang dilaksanakan di Hotel Ratu Mayang Garden, Pekanbaru.
Bersama David Jacobs, pada tim beregu putra tenis meja klasifikasi tuna daksa, juga ada Komet Akbar, Dadan, dan Febi. "Saya merasa cukup puas untuk Peparnas Riau. Kemenangan ini tidak lepas dari kerja keras dan doa," katanya.
Usai meraih emas pertamanya, ayah yang telah dianugerahi seorang buah hati ini juga kembali menuntaskan empat pertandingan di nomor lainnya dengan sempurna.Secara beruntun ia mendapatkan penghargaan sebagai pemain tertangguh, medali emas pun, berhasil dikumpulkan untuk kontingen Jakarta ketika itu.
Sudah Target
Menurut pria bernama lengkap Dian David Michael Yakob ini, peraihan medali emas sebelumnya telah menjadi target mutlak baginya, sesuai dengan amanah kontingen Jakarta.
"Sudah menjadi target yang tercapai dan hal ini sangat memuaskan bagi saya," kata pria berdarah Ambon yang lahir pada 21 Juni 1977 di Makassar ini.
David mengakui, pada Peparnas Riau yang dilaksanakan di Pekanbaru telah mendapat sejumlag tantangan dengan menghadapi sejumlah lawan-lawan berat dari berbagai wilayah provinsi se Tanah Air.
Namun berkat latihan dan kerja keras serta dukungan berbagai pihak, demikian David, pertandingan demi pertandingan dapat dituntaskan dengan sesuai harapan.
"Bagi saya, semua lawan adalah sama. Mereka kuat dan tangguh, untuk itu harus dihadapi dengan serius pula. Tentunya dengan strategi-strategi yang matang," katanya.
Peraihan lima medali emas di cabang tenis meja Peparnas Riau, juga sekaligus menempatkan posisi terbaik bagi atlet difabel ini.
David juga dinobatkan sebagai atlet terbaik yang tak terkalahkan versi Panitia Basar Peparnas XIV 2012 Riau.
Awal Karir
Menerawang awal karir atlet difabel ini tentunya menjadi alasan banyak kalangan untuk mampu mengikuti jejaknya yang tangguh.
David Jacobs menceritakan, awal karirnya dimulai sejak umurnya beranjak sepuluh tahun, dimana ia berlatih bersama dengan para atlet tenis meja yang memiliki fisik lengkap.
Kekurangan satu tangan (tangan kanan) tak membuat perjuangannya mengendur. Hal itu dibuktikan dengan tekad latihan yang dilakukannya secara serius.
Berbagai kejuaraan sekelas nasional maupun internasional tak luput dari target pencapaiannya. Berulang di umur belasan tahun, David mengukir prestasi dengan menjuarai berbagai turnamen regional.
"Yang paling saya ingat, kalau tidak salah di tahun 2003, saya berhasil menjadi juara Indonesia pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas). Di Kejurnas, saya turun di iven normal bukan difabel, meski sebenarnya kondisi saya difabel," katanya.
Atas peraihan prestasi membanggakan itu, David kemudian melaju ke kejuaraan internasional, tepatnya di tahun 2005, pada iven SEA Games.
"Waktu SEA Games, saya berhasil juara dua dan mendapatkan medali perak. Lawan berat ketika itu Thailand," katanya.
Sebelum melaju ke SEA Games, David mengakui di tahun 2004 sempat mengikuti terlebih dahulu iven Pekan Olahraga Nasional (PON) di Palembang Sumatra Selatan.
"Di PON Palembang saya juga berhasil menyumbangkan satu emas untuk Jakarta. Namun setelah kontrak saya habis di tim nasional dan Jakarta, saya kemudian diajak bergabung di National Paralympic Comittee (NPC). Saya lansung diajak untuk tampil di Paralympic London," katanya.
Tampil untuk pertama kali di ajang Paralympic Games London, pria berdarah Ambon ini mampu mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia.
Prestasi yang tentunya sangat membanggakan bagi pemilik nama lengkap Dian David Michael Yakob. "Saya sangat bangga, karena baru pertama kali tampil pada ajang setingkat Olimpiade, tapi sudah mampu mempersembahkan medali Perunggu bagi negara ini," ujarnya dengan nada pelan.
Usai menjadi juara ketiga di Paralympic Games, David diajak kembali oleh pihak Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) perwakilan Jakarta untuk turut berlama pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012, September lalu.
Bertanding dengan atlet normal, lagi-lagi tidak mematahkan semangat juang pria tangguh ini. David akhirnya kembali mampu menyumbangkan satu medali emas untuk kontingen Jakarta yang ketika itu berhasil menduduki pisisi pertama dan juara umum PON XVIII.
Seakan tak pernah letih, ia pun kembali dibujuk untuk turut ambil bagian di Peparnas XIV 2012 hingga akhirnya menyumbangkan lima medali emas sekaligus.
"Kedepan saya bercita-cita untuk dapat menjuara Paralympic Games Brasil. Tentunya, sebelumnya juga saya harus bisa menjuarai ASEAN Para Games (APG) tahun depan," katanya.
Rahasia Ketangguhan
David Jacobs menceritakan, bahwa kunci keberhasilannya adalah motivasi dan dorongan keluarga baik isteri dan anak serta orangtua yang tiada henti.
"Siapapun mereka, tanpa dukungan semangat keluarga atau orang-orang terdekat, tidak akan mampu mengukir prestasi seperti saya," katanya.
Selain dukungan keluarga, kunci kesuksean David juga tercipta berkar perjuangan yang keras, mulai berlatih secara gigih hingga komitmen untuk menjadi yang terbaik.
"Saya yakin, jika seseorang, termasuk difabel, jika memiliki keinginan yang kuat namun tetap konsisten serta berlatih keras, maka akan menuai hasil yang baik dan sempurna," katanya.
Lain dari itu, pria dengan paras sederhana ini juga mengharapkan pemrintah dapat menjadi jembatan yang baik untuk kaum atlet difabel mampu mengukir prestasi sempurna.
"Tahun-tahun sebelumnya, memang diskriminasi terhadap kami kalangan atlet difabel sangat terasa. Namun berlahan terus berkurang dengan banyak iven untuk kami," katanya.
Walau demikian, kata dia, diharapkan kedepannya pemerintah dapat lebih menyetarakan kalangan difabel dengan kalangan normal sehingga secara tidak langsung akan mendorong kalangan berkekurangan fisik untuk mampu bersaing mengharumkan nama bangsa. ***3*** (T.KR-FZR)