Ini dia... 'Nasi goreng campur' ala Peparnas Riau

id ini dia, nasi goreng, campur ala, peparnas riau

Ini dia... 'Nasi goreng campur' ala Peparnas Riau

Seorang koki memasak nasi goreng pada 'kuali' iven olahraga, pesanan kalangan yang luar biasa. Mencampurkan menu tersebut dengan 'bumbu-bumbu' sebelas cabang olahraga yang disajikan dalam wadah arena pertandingan yang sederhana.

Tak lupa, rasa 'pedas' untuk pemesan dengan kesedihan dan rasa 'manis' untuk pemesan dengan peraihan prestasi membanggakan. Sementara rasa 'asin' keharuan juga disajikan untuk para tamu undangan beserta khalayak umum yang berbalut salut.

'Nasi goreng' juga dicampur dengan ragam 'sayuran', kelumpuhan serta berbagai kekurangan fisik para atlet difabel yang berlaga di tiap cabang olahraga mulai disajikan.

Hasilnya, adalah sebuah kegaguman yang luar biasa. 'Nasi goreng campur' Peparnas Riau berhasil merebut perhatian berbagai insan manusia yang menikmatinya dengan keangkuhan serta kesombongan atas kekurangan yang sebenarnya 'mereka' miliki.

Begitu sulitnya menggambarkan rasa keindahan dan kebersamaan antara sesama pralimpian di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV 2012 di Pekanbaru, Riau, sehingga harus melibatkan nasi goreng 'Mang Dadang'.

'Mang Dadang' adalah seorang koki khusus penyaji nasi goreng yang kerap mangkal dengan lapak sederhananya di simpang Bukit Barisan, Pekanbaru, Riau.

Kenikmatan nasi goreng hasil dari racikan bumbu yang sempurna membuat menu tersebut selalu dinanti-nanti oleh berbagai kalangan yang menikmatinya siang dan malam.

Kesempurnaan rasa nasi goreng campur 'Mang Dadang', layaknya Peparnas XIV 2012 yang diselenggarakan di Ibukota Riau, Pekanbaru, sejak tanggal 8 hingga 13 Oktober.

Perhelatan olahraga kalangan difabel ini tidak hanya mengundang kekaguman yang begitu luar biasa, namun juga telah berhasil menyajikan pertandingan demi pertandingan yang membanggakan.

'Segudang' prestasi terukur, termasuk pemecahan rekor turut terjadi pada iven nasional ini, khususnya untuk cabang olahraga renang, angkat berat dan atletik.

Khusus renang, terdata ada sebanyak 72 rekor baru yang telah ditorehkan paralimpian, dimana kontingen Provinsi Papua keluar sebagai juara umum dengan perolehan medali emas terbanyak.

"Hingga seluruh pertandingan renang selesai dilaksanakan, totalnya ada 72 rekor baru yang berhasil dipecahkan di Perpanas," kata Technical Delegate Renang Peparnas XIV Dimin pada jumpa pers di Media Center Utama Peparnas, di Pekanbaru, Kamis (11/10).

Sebanyak 72 rekor renang Perpanas tercipta pada pertandingan yang digelar mulai 8 hingga 11 Oktober di Rumbai Sport Center, Pekanbaru. Rinciannya, 49 diantaranya merupakan rekor baru Peparnas yang paling banyak dari renang putra, yakni sebanyak 32 rekor.

Sedangkan, untuk rekor ASEAN Para Games (APG) berjumlah 23 rekor, dimana 16 diantaranya dihasilkan oleh paralimpian putra.

Belasan rekor baru baik nasional maupun yang melampaui Asia Tenggara juga tercipta dari cabang angkat berat yang digelar di Hotel Mayang Garden Pekanbaru, Riau, 8-10 Oktober.

Sementara untuk cabang atletik juga tercipta puluhan rekor baru baik sekelas nasional maupun Asia Tenggara. Pemecahan rekor untuk atletik terakhir kali dilakukan oleh atlet asal Riau, Ardi Yuda Saddam yang turun di nomor tolak peluru klasifikasi F20 putera tuna grahita.

Ardi berhasil memecahkan rekor nasional sebelumnya di Peparnas 2008 Kalimantan Timur yang dipegang atlet Jawa Barat, Nanang Subandi dengan tolakan sejauh 9,00 meter. Sementara Ardi mampu melakukan tolakan sejauh 9,75 meter.

Sederhana

Peparnas Riau, memang diracik dengan 'bumbu-bumbu' alakadarnya. Bahkan penyajiannya, dilakukan dengan begitu sederhana.

Seperti acara pembukaan yang dilakukan pada 7 Oktober lalu, jika Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 sebelumnya dilaksanakan di Stadion Utama Riau yang begitu megah, dengan kapasitas pengunjung lebih dari 40 ribu penonton, Peparnas XIV cukup dilaksanakan di Stadion Kaharuddin Nasution dengan kapasitas mini, atau kurang dari 20 ribu penonton.

Jika harus diperbandingkan lagi, PON yang sebelumnya dilaksanakan dengan dana lebih dari Rp1 triliun, Peparnas dilaksanakan dengan modal yang pas-pasan.

Jika PON dilaksanakan dengan begitu spektakuler, mulai dari pesta kembang api hingga menghadirkan sederetan artis penyanyi ternama nasional, Peparnas cukup dengan pertunjukan seni tari dan budaya lokal bertemakan "Di Bawah Matahari Tidak Ada Yang Sempurna".

Sebuah nasehat yang melekat untuk membangkitkan semangat olahraga nasional. Ketidaksempurnaan fisik paralimpian, bukan harus menjadi penghambat untuk mampu mengukir prestasi, bahkan menjadi inspirator sekaligus imajinasion yang tangguh.

Hal itu dibuktikan, walau hanya dengan 'bingkai' kesederhanaan pada acara pembukaan iven olahraga bagi kalangan ini, tidak lantas mengurangi antusiasme warga untuk menyaksikan sang inspirator.

Campur Haru

'Nasi goreng' Peparnas Riau mulai bercampur haru, ketika sang Ayu, gadis seksi asal Sumatra Utara meluapkan kegembiraan yang teramat luar biasa setelah berhasil menjuarai cabang angkat berat kelas 60 kilogram putri.

Gadis 21 tahun bernama lengkap Rahayu ini menerima pengalungan medali emas setelah memecahkan rekor nasional bahkan melampaui rekor Asia Tenggara pada iven Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV 2012 yang dilaksanakan di Hotel Mayang Garden, Pekanbaru, Riau, Rabu (10/10) malam.

Ketika itu, rasa haru 'mengepung' ruang arena pertandingan, tangisan kegembiraan turut mewarnai keberhasilan sang putri ayu bertubuh seksi ini. Meski ia sebenarnya bukanlah seorang gadis normal seperti umumnya, hingga harus terpaku pada sebuah kursi roda kesayangannya, Rahayu tetap terlihat begitu ayu.

Rasa haru juga menjadi cacatan bagi Si' Boy, dimana pria berumur 37 tahun ini berhasil menyumbangkan satu medali emas untuk daerah asalnya Sumatra Utara.

Bahkan pria bertubuh kekar ini baru saja berhasil menciptakan rekor baru tidak hanya nasional, namun juga rekor Asia Tenggara (ASEAN) di iven Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV 2012.

Anto Boy, atlet andalan Sumatra Utara ini berhasil memecahkan rekor Asia Tenggara kelas 82,5 kilogram pria pada iven Peparnas XIV 2012 di Pekanbaru, Riau, dari 181 menjadi 185 kg untuk angkatan terbaik sekaligus meraih medali emas.

"Sangat muda bagi saya. Namun prestasi ini tetap menjadi prestasi membanggakan dan menjadi catatan yang indah bagi saya," kata Boy usai pengalungan medali di Hotel Mayang Garden Pekanbaru, Riau, Kamis (11/10) siang.

Boy berhasil mengalahkan dua lawan beratnya, masing-masing Boby S dari Kalimantan Tengah dan Parinduangan asal Papua serta Baharuddin atlet Kalimantan Timur.

'Nasi goreng' campur Peparnas Riau, sebuah iven sang inspirator yang tak terlupakan. Penyajian yang sederhana, tidak harus mematahkan semangat juang sang juara paralimpian dalam mengukir prestasi membanggakan. ***3*** (T.KR-FZR)