'Buah Hati Ku'

id buah hati ku

'Buah Hati Ku'

"Sepenggal kisah 'narsis' untuk mu, tentang buah hati ku dan juga buah hati mu."

Perasaan ini sepertinya bercampur aduk, antara kegembiraan dan kecemasan tertampung dalam wadah fikiran yang satu.

Satu sisi, perasaan gembira membuat diri ini senantiasa tersenyum, meski tanpa ada alasan tertentu lainnya, selain rasa bahagia luar biasa dalam penantian lahirnya sang balita si darah daging.

Namun terkadang, bayangan menjadi seorang ayah membuat fikiran begitu pilu, resah dan gundah. "Oh... tidak lama lagi tanggungjawab ku akan bertambah besar."

Rasa ini membayangi setiap malam-malam peristirahatan. Terlebih calon putra yang terkandung dalam rahim sang isteri tercinta terus membesar dan kini telah memasuki masa sembilan bulan.

"Ah, ini adalah anugerah yang harus aku terima dan seluruh pria di muka bumi pasti akan menjadi seorang ayah. Kenapa pusing," begitu perasaan yang selalu terlintas dalam benak di waktu-waktu tertentu.

Tidak salah juga, 'toh' ternyata, pengungkapan dalam hati terkait hal-hal positif itu membuat beban fikiran serasa terus saja berkurang.

Saat ini yang paling sering terlintas, hanya luapan kegembiraan yang begitu luar biasa. 'Anda' pernah bermimpi menggapai bulan dan bintang ?, perasaan ini lebih besar dari hal itu, bahkan serasa raga ini telah menggapai langit ketujuh (bagi sang ayah).

Setiap malam yang larut, 'roh' para artis penyanyi ternama selalu merasuk raga ini, lagu-lagu manja itu terungkapkan begitu saja untuk sang buah hati yang masih dalam rahim ibunya.

Tidak lupa, sang ayah membisikkan ayat-ayat suci Al-Quran lewat dinding-dinding perut isteri jelita yang sejak kehamilannya, begitu tampak riang dan ceria.

"Ya, meski pada kenyataannya, aku sendiri pun tidak begitu pintar dalam melafaskan ayat-ayat suci."

Namun harapan seorang ayah adalah yang terbaik untuk anaknya. Karena keberhasilan si buah hati, juga sebenarnya merupakan keberhasilan orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Sangat mungkin, seluruh ayah di muka bumi ini, pasti berpendapat dan memiliki misi yang sama untuk buah hati darah dagingnya.

Namun sempat terlintas dalam fikiran, seperti apa si buah hati kelak ketika hadir di dalam kehidupan ini. Harapan sehat jasmani, tidak lupa lucu, imut dan menggemaskan.

Terlitas dalam benak pula, seperti apa tingkahnya ketika beranjak menjadi bocah. Harapan selalu riang, namun tidak begitu berlebihan. Bijak, namun tidak melawan perintah dan aturan rumah tangga, biar lasak, asal tidak meresahkan.

Sempat juga terlintas dalam fikiran, ketika beranjak remaja apakah tingkahnya seperti yang diharapkan. Menjadi anak yang soleh, pintar dalam jenjang pendidikan formal dan berprestasi dalam menyelami hobinya. Sungguh bahagia lah sang orang tua yang memiliki kriteria anak seperti sesempurna ini.

Sebaliknya, tak mampu dibayangkan kekecewaan orang tua terhadap anaknya yang ternyata, ketika remaja justru mendatangkan kekhawatiran dan keresahan luar biasa.

Hemm... melihat pemberitaan diberbagai media televisi tentang huru hara kawula muda kalangan pelajar, membuat hati kian miris.

Betapa sedih si orang tua, melihat anak-anaknya terbelenggu dalam pergaulan yang menyalah. Harapan menjadi 'si soleh', justru terperangkap dalam pergaulan bebas. Harapan pintar di jenjang pendidikan formal, malah asyik dengan tawuran antarpelajar.

Yang lebih menyedihkan, harapan meraih prestasi pada hobi positif, justru meraih 'prestasi' pada hobi-hobi 'si burung camar', terbang ke sana-sini tak tentu arah dan tujuan, hingga terperangkap pada jeratan hukum yang menyakitkan, memutus mimpi masa depan cerah si buah hati yang malang.

"Nauzu billahi min zalik..."