Kisah penyintas COVID-19 rela donor plasma konvalesen dua kali

id Donor konvalesen,donor darah, pmi pekanbaru

Kisah penyintas COVID-19 rela donor plasma konvalesen dua kali

Seorang penyintas COVID-19 mendonorkan plasma darah konvalesen di Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Pekanbaru. (ANTARA/FB Anggoro)

Pekanbaru (ANTARA) - Pria asal Kota Pekanbaru berusia 53 tahun ini merasa lega, karena bisa melakukan donor plasma konvalesen sebanyak dua kali di Palang Merah Indonesia (PMI) setempat sebelum ia divaksin COVID-19.

Ia mengaku tidak menyangka mampu menjadi pendonor, karena sehabis kena COVID-19 sekitar akhir Januari lalu, tubuhnya belum terlalu normal dan pulih. Bahkan ruam-ruam merah masih terus hinggap di seputar kulitnya. Namun setelah diperiksa atau skrining oleh PMI ia layak dan memenuhi syarat untuk donor. Lewat donor, ia merasa malah lebih baik, ada kebanggaan karena tidak semua penyintas bisa menyumbangkan plasma konvalesennya.

"Saya bersyukur karena bisa dipakai Tuhan hadir menjadi jalan, untuk menyelamatkan nyawa manusia yang sedang membutuhkan saat melawan maut COVID-19. Andai kemampuan imun saya bisa berpuluh kali saya rela terus mendonor, sayangnya hanya dua kali saja sebab tergantung kemunculan dan kecukupannya dalam tubuh," kata Prikles warga di Pekanbaru, Senin.

Donor bagi nenek usia 80

Donor pertama dilakukan bermula dari adanya pesan yang masuk ke gawai istrinya, yang berisikan permintaan pendonor plasma konvalesen bagi seorang nenek yang berusia sekitar 80 tahun dan sedang berada dalam ruang ICU.

Saat itu dia baru sembuh dari COVID-19 sekitar dua bulan, dan pria dengan anak satu tersebut memang tidak pernah terpikirkan akan donor, selain kurang memahami juga tidak pernah ada yang memberikan informasi detil.

Namun berkat dorongan sang istri, selain juga rasa iba mendengar wanita tua itu tak berdaya dan sudah mencari pendonor tidak juga dapat. Ia mencoba mengikuti skrining

pada acara donor darah massal, yang diselenggarakan oleh relawan COVID-19 di sebuah hotel Pekanbaru. Hasilnya luar biasa ternyata memenuhi syarat.

"Dari puluhan penyintas yang ikut screaning saat itu, hanya beberapa orang yang dinyatakan layak untuk melakukan donor konvalesen," kata salah satu dokter PMI Pekanbaru dr Rini.

Rini mengatakan, tidak semua penyintas memenuhi syarat untuk donor plasma konvalesen. Butuh proses pemeriksaan yang ketat. Apalagi untuk Pekanbaru sejauh ini baru bisa melayani penyintas laki-laki, sedangkan perempuan tidak sebab tergantung kemampuan alatnya.

"Kadang fisik sudah memadai namun bisa saja antibody yang dibutuhkan tidak lagi mencukupi untuk syarat pendonor," kata dia tanpa merinci angka medisnya.

Akhirnya pria kelahiran Sumatera Utara ini donor konvalesen untuk pertama kalinya, dua kantong setengah plasma diambil oleh PMI Pekanbaru. Plasma tersebut disumbangkan bagi seorang nenek yang berusia sekitar 80 tahun.

Seorang nenek yang sedang berjuang melawan penyakit Virus COVID-19, walau akhirnya setelah empat hari nyawa wanita tua itu tidak terselamatkan. Namun upaya keluarganya untuk tetap memperjuangkan kesembuhan orangtuanya pantang menyerah.

"Saya rela plasma konvalesen saya diambil demi orangtua tersebut, semoga ini membantunya sadar dari komanya," katanya.

Dikky Gunawan salah satu anak almarhum mengucapkan terimakasih, walau ibunya tidak bisa tertolong namun mereka puas sudah berusaha.

"Kami mendapatkan pendonor lewat teman, namun untuk prosedurnya tetap mengajukan lewat Rumah Sakit yang berhubungan langsung dengan PMI, dengan membayarkan biaya Rp4 juta akhirnya plasma konvalesen bisa ibu dapatkan," katanya.

Masih minim

Kepala PMI Kota Pekanbaru M Noer mengatakan saat ini permintaan akan donor plasma meningkat tajam. Hal ini dikarenakan semakin melonjaknya kasus COVID-19 Pekanbaru, yang menyebabkan banyak pasien yang mengalami kondisi parah. Namun disisi lain tidak diimbangi dengan stok plasma konvalesen.

Belakangan ini jumlah plasma konvalesen semakin dibutuhkan, maka kami mengimbau penyintas terbuka hatinya untuk mendonor.

"Dihimbau kepada saudaraku yamg sembuh dari COVID-19 berumur 18 sampai dengan 60 th untuk mau membagi antibodinya kepada mereka yang sedang terpapar COVID-19 melalu donor plasma konvalesen,"

kata M Noer.

Ia mengatakan syarat donor plasma konvalesen selain usia, berat badan juga minimal 55 kg (sebab, pengambilan darah konvensional dengan kantong 450 ml)

Pemeriksaan tanda vital yang normal yakni tekanan darah systole 90-160 mmHg, tekanan darah diastole 60-100 mmHg, denyut nadi sekitar 50 sampai 100 kali per menit, dan suhu tubuh kurang dari 37 derajat celsius.

Terdiagnosis COVID-19 sebelumnya dengan real time PCR. Sudah dinyatakan sembuh oleh rumah sakit, memiliki kadar Hemoglobin lebih dari 13.0 g/dL untuk pria dan lebih dari atau sama dengan 12.5 g/dL untuk wanita.

Tidak leukopenia, limfopenia, trombositopenia, neutrofil lymphocyte ratio (NLR) kurang dari atau sama dengan 3,13.

Konsentrasi protein darah total lebih dari 6 g/dL atau albumin darah normal lebih dari 3,5 d/dL.Hasil uji saring IMTL terhadap sifilis, hepatitis B dan C serta HIV dengan CLIA/Elisa non-reakif. Hasil uji saring terhadap hepatitis B dan C serta HIV dengan NAT non-reaktif. Hasil skrining terhadap antibodi golongan darah negatif. Hasil pemeriksaan Golongan Darah ABO dan rhesus dapat ditentukan, tidak memiliki riwayat transfusi sebelumnya dan bersedia untuk menjalani prosedur plasmaferesis.

Untuk donor wanita dipersyaratkan belum pernah hamil dan tidak memiliki antibodi anti-HLA/anti-HNA (namun tidak telalu direkomendasikan) dan bersedia tanda tangan Informed Content (ICT).

Prikles yang telah memenuhi syarat bahkan dalam 14 hari kemudian kembali melakukan donor . Ia dihubungi oleh PMI untuk mengecek lagi apa antibody tubuhnya masih ada dan ternyata cukup.

dr Reni mengisyaratkan seorang penyintas bisa donor berkali-kali selagi antibodynya masih ada dan dibuktikan dengan sreaning.

Ia mengatakan diambil ataupun tidak diambil plasma konvalesen dalam tubuh akan hilang seiring waktu, maka alangkah baiknya itu didonorkan bagi orang yang sedang membutuhkan.

"Sesuai standar biasanya donor bisa dilakukan setelah 14 hari donor sebelumnya," kata dr Reni.

COVID-19 meroket

Penambahan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Provinsi Riau masih terus mengalami kenaikan usai Idul Fitri, data mencatat hingga Senin (26/7/2021) rekor baru kembali terjadi dengan penambahan 1.137 kasus. Dengan demikian total kasus telah menyentuh angka 89.244 kasus sejak pandemi COVID-19 masuk Riau.

Kabar baiknya pada hari ini jumlah pasien yang sembuh mencapai 806 orang. Sedangkan kabar dukanya, kasus pasien yang meninggal dunia akibat COVID-19, di Riau juga ikut mengalami peningkatan.

"Dalam dua hari terakhir ini tercatat 69 orang meninggal dunia pada hari Ahad (25/7/2021) mencatatkan kasus meninggal 37 orang, dan Senin kemarin 32 orang, total 2.416 orang meninggal dunia. Jika dihitung perjamnya dalam satu hari, setiap satu jamnya lebih dari satu orang meninggal dunia akibat COVID-19," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir.

Mimi mengatakan, kasus kematian akibat COVID-19 di Riau ini rata-raya usia di atas 50 tahun. Ia mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak menganggap remeh setiap orang yang terkena Positif COVID-19. Jangan sampai menunggu gejala Covid berat, terutama yang isolasi mandiri dirumah.

"Kasus kematian akibat COVID-19 meningkat akibat banyak isoman yang sudah gejalanya berat baru dibawa ke Rumah Sakit, nah sekarang dengan kondisi sekarang ini tidak bisa lambat penanganannya," kata Mimi Yuliani Nazir.

"Sekarang ini ruang ICU ketersediaannya mulai penuh bagi pasien yang sudah lebih dulu dirawat. Jadi akibatnya kalau sudah isolasi mandiri di rumah dan sesak baru dibawa ke rumah sakit, ya penanganannya sudah lambat. ICU sepanjang dibutuhkan tidak bisa langsung bagi pasien yang baru masuk," ungkap Mimi.

Meningkatnya kasus positif COVID-19 di Riau ini, kata Mimi, juga setelah masuknya orang dari luar Provinsi Riau yang tidak menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selanjutnya berkumpul bersama keluarga yang menyebabkan penularan positif COVID-19. Termasuk dari pekerja yang dari luar kemudian masuk kerja di perusahaan, yang juga menularkan dengan karyawan yang ada di perusahan, sampai kepada masyarakat yang tidak patuh prokes, berkumpul ditempat keramaian.

Harusnya masyarakat disiplin pada 5 M memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mencegah mobilitas interaksi.

"Klaster keluarga masih banyak, campur juga dengan klaster perusahaan, penularan di bilang dari luar dilihat dulu kemana, apakah ke keluarga atau urusan dengan orang pekerja, intinya sekarang ini pelaksanaan prokesnya tak jalan. Itu sajalah intinya, kalau ada orang datang darimanapun kalau prokesnya dengan ketat tidak akan banyak, dan bisa diatasi dengan prokes," tukas Mimi.