AllahuAkbar.... Ramadhan pintu taubat bagimu koruptor

id allahuakbar ramadhan, pintu taubat, bagimu koruptor

AllahuAkbar.... Ramadhan pintu taubat bagimu koruptor

Perjalanan waktu terus mengarungi sisi ruang kehidupan manusia. Tanpa terasa, sekian Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam terus terlampaui.

Perputaran waktu yang begitu cepat, sekaligus menjadi bukti bahwa masa sudah kian berdekatan sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu Allaidi Wasallam (SAW)

Sebagian umat, mungkin telah melalui Ramadhan lebih 60 tahun, namun tidak sedikit mereka yang masih memulainya ketika beranjak dewasa.

Barbahagialah kamu wahai manusia, masih diberikan kesempatan untuk menikmati bulan suci hingga mencapai hari kemenangan yang tiada lain Idul Fitri.

Namun, perayaan hari kemenangan ini adalah bagi mereka yang menunaikan segala perintahnya dengan baik.

Menjadi sebuah pertanyaan, apakah hasil yang telah kita raih seutuhnya untuk kebaikan agama dan akhirat ?.

Atau sudahkan lintasan bulan suci Ramadhan yang lalu mempu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT ?.

Atau justru tingkah laku kita masih sama dengan masa-masa sebelumnya, dimana banyak bercak dosa yang tanpa disadari telah mengkumuhkan ruang menuju surganya !.

Memohon kepada sang pencipta, untuk mendapat ampunan serta rahmat dan hidayahnya adalah upaya yang harus dilakukan untuk ketentraman hidup dunia dan akhirat kelak.

Wahai segenap kaum muslimin, apakah kamu sadar atas apa yang kamu perbuat semasa hidup mu. Perkataan dan terlebih perbuatan adalah penentu masa akhir mu nanti.

Jadi, wahai segenap kaum muslimin, marilah kita merenungi firman Allah Subhanahu Wa Taala yang berkata "Wahai Orang-orang Yang Beriman, Diwajibkan Atas Kalian Berpuasa, Sebagaimana Diwajibkan Atas Orang-orang sebelum kalian. Mudah-mudahan Kalian Bertakwa (Kepada Allah)". Tal-Baqarah: 183).

Bertakwa kepada Allah menjadi tujuan utama dalam melaksanakan puasa di bulan suci Ramadhan. Yang artinya, kemenangan dan keberhasilan hanya untuk dan bagi mereka yang senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT.

Sangat ironi, jika bulan suci yang penuh rahmat dan ampunan ini tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi kaum muslim penguni ciptaannya (Allah SWT).

Ruang Koruptor

Untaian panjang kalimat diatas sekaligus menandakan bahwa masih ada ruang taubat bagi umat manusia yang berdosa. Tidak terkecuali, bagi mereka, yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat dan negeri ini, malah justru menjadi pengkhianat dengan menguras uang demi kepentingan dan kesenangan duniawi semata.

Mereka adalah para tikus-tikus berdasi yang selalu menggerogoti tumpukan makanan yang sebenarnya adalah milik rakyat di negeri ini.

Koruptor, begitu sapaan duniawi bagi tikus-tikus berdasi di negeri ini. Tiada ampun baginya, kecuali bertaubat nasuha dihadapan wang pencipta, Allah SWT.

Karenanya, negeri ini menjadi negeri yang munafik. Tidak hanya perekonomian rakyat yang semakin terpuruk ke dalam "lumpur" derita berkepanjangan, namun semua sisi kehidupan menjadi tak terkendali.

Kesenangan hanya dinikmati bagi mereka yang memiliki kelicikan dalam berpolitik. Dan hanya sesekali, janji-janji manis terluapkan, ketika kepentingan mulai mengurung ketamakan dalam belenggu kemunafikan. Namun realisasinya, "bohong".

Dia adalah para koruptor, yang merantai para kaum baik dilingkup kekuasaanya. Negeri ini menjadi gunda dan tak tahu arah tujuan selain menyikut, satu dan lainnya.

Seorang pemuka agama mengatakan, para pelaku korupsi yang menggerayang di kalangan pemerintahan sama hal dengan menghianati negeranya sendiri. Sementara pelaku korupsi di lingkup legislatif, sama halnya mengkhianati kepercaan rakyatnya sendiri.

Tiada hukuman yang setimpal di duniawi bagi mereka para pelaku korupsi. Begitu juga baginya sang pencipta alam semesta, koruptor hanya neraka baginya.

Peluang taubat tetap terbuka, bagi siapapun termasuk para koruptor negeri ini. Namun, tidak lantas, ruang pertaubatan itu menjadi keringanan atau kelonggaran yang dianggap enteng.

"Jikalau kematian telah lebih dulu merenggut, maka tiada ruang untuk mendapatkan surganya," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, Mahdini.

Mencapai Surga

Seorang anak bertanya kepada ibunya, "kapan ayah tidak bekerja dan selalu ada untuk ku ?"

"Setelah semuanya ada dan kamu tidak membutuhkan apapun kecuali kasih sayang," jawab sang bunda.

Sementara seorang isteri bertanya kepada suaminya, "kapan kita akan memiliki rumah dan tak harus menumpang sana-sini ?".

Sambil membelai rambutnya dalam satu ranjang sederhana itu, sang suami menjawab, "tidak ada rumah seindah rumah Allah SWT, yakni surga akhirat".