Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Sebagian warga miskin di Kota Pekanbaru, Riau, mulai enggan mengkonsumsi daging ayam lantaran harganya yang "melangit".
"Daripada makan ayam lebih baik makan tempe, harganya lebih murah dan hemat biaya," kata seorang warga ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Bukit Barisan, Pekanbaru, Marisa (48), Selasa.
Dia mengatakan jika sebelumnya harga daging ayam sekitar Rp14 ribu perkilogramnya, sejak beberapa hari ini mecapai lebih Rp22 ribu per kilogram.
"Pusing kepala mikirin mau makan ayam yang sekarang harganya 'selangit',"katanya.
Ibu dua anak yang tidak sengaja berhampiran dengan ANTARA ini juga mengesalkan melambungnya harga daging ayam potong tersebut.
"Bayangkan, biasa harganya hanya Rp14 ribu, atau paling mahal Rp16 ribu per kilogram (kg) sekarang kok' naik nggak tanggung-tanggung," ujarnya.
Wanita bersuamikan kuli bangunan ini menuturkan, mahalnya daging ayam juga memaksa dirinya untuk tidak lagi rutin mengkonsumsinya.
"Kalau biasa bisa makan ayam seminggu sekali, ya' karena mahal saya malas membelinya. Nanti kalau harganya sudah turun baru makan ayam lagi," katanya.
Pernyataan mengeluh juga diutarakan Melia (27). "Nggak ada 'hujan' nggak ada 'badai' daging ayam kok' naik begitu mahalnya," kata Ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Gajah Mungkur ini.
Melia mengharapkan pemerintah segera mengatasi masalah tersebut. Berharap secepatnya harga daging ayam dapat kembali normal seperti biasanya.
"Ya kalau bisa semahal-mahalnya daging ayam itu sekilonya Rp16 ribu. Jangan sampai lebih dari Rp20 ribu seperti sekarang ini," tuturnya.
Penelusuran ANTARA di sejumlah pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Pekanbaru menyebutkan, harga daging ayam potong bahkan sempat mengalami kenaikan hingga Rp24 ribu per kilogram.
Sejumlah pedagang yang berhasil ditemui mengaku kenaikan harga salah satu pangan 'istimewa' masyarakat kalangan menengah kebawah itu sudah terjadi sejak empat hari terakhir.