Sebatang Kara Menghadap Sang Khalik

id sebatang kara, menghadap sang khalik

Sebatang Kara Menghadap Sang Khalik

Basaman Hasibuan, pria 63 tahun ini hidup sebatang kara setelah ditinggalkan sang isteri tercinta sejak enam bulan silam.

Sehari-hari, laki-laki renta yang 'hobi' mengenakan pakaian kusut compang-camping ini bekerja serabutan. Kadang menjadi buruh bangunan dan terkadang juga menjadi tukang kebun bayaran.

Dengan sumber materi yang tidak jelas ini, Hasibuan kerap selalu kekurangan. Bahkan makan pun terkadang hanya sekali dalam sehari.

Umurnya yang sudah melampaui masa produktif layaknya manusia pada umumnya, membuat pria kurus ini tak lagi mampu mencurahkan tenaganya dengan optimal. Otot-ototnya sudah mulai kendur. Bahkan penglihatannya pun sudah mulai rabun.

Di rumah tumpangan milik seorang saudagar, di Jalan Gajah Mungkur, Kelurahan Tangkerang Timur, Pekanbaru, Riau, Hasibuan selalu menghabiskan waktu dengan berbaring di sebuah kasur, seakan menanti ajal, 'menjemput mimpi' untuk menemui sang isteri tercinta.

Di huniannya, pria renta ini selalu menghabiskan waktu dengan berbaring di sebuah tempat tidur yang 'pondasinya' sudah tampak reot.

Sakit-sakitan

Kebiasaanya itu bukan lah bersantai ria, melainkan kondisinya yang tidak lagi memungkinkan untuk dia aktif bekerja seperti biasanya.

"Sudah sejak dua bulan terakhir ini dia sakit-sakitan. Untuk makanannya, warga bergantian mengantarkannya," kata seorang tetangga pria malang itu, Primayanti (48), Sabtu (24/12).

Wanita yang akrab di sapa 'Mak Menik' ini menguraikan, sebagian besar warga yang berada atau tinggal di sekitar kediaman Hasibuan, sangat mengkhawatirkan kondisinya.

"Untuk itu, kami mencoba untuk menggalang dana. Uang hasil sumbangan ini, nantinya akan kami gunakan untuk membawa berobat Pak' Hasibuan," kata seorang warga tetangga lainnya, Farhan (43).

Pria beranak dua ini mengatakan, dalam seminggu, dirinya bersama isteri selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah Hasibuan.

"Setiap hari, kondisi kesehatannya selalu menurun. Dia yang tadinya masih bisa berbicara dengan lancar, sudah mulai gagap. Bahkan untuk makan pun dia harus disuapkan," katanya.

Dia mengatakan, saban hari, jika tidak ada warga yang datang untuk menjenguknya, maka dapat dipastikan pria malang itu tidak makan seharian.

"Hal ini karena dia hanya tinggal di rumah tumpangan itu sendirian. Selama 30 tahun menikah, dia nggak ada anak. Isterinya pun sudah meninggal sejak setengah tahun lalu," tuturnya.

Bergegas

Melihat kondisi memprihatinkan itu, Farhan, bersama sejumlah warga tetangga lainnya termasuk Primayanti mencoba berupaya menggalang dana. Setiap rumah tetangga Hasibuan yang berjarak maksimal 400 meter secara bergantian 'digedor' dan dimintai untuk sumbangan 'secuil rupiah'.

"Kegiatan ini sudah kami lakukan sejak beberapa hari lalu. Karena uang yang terkumpul belum begitu banyak, kami masih belum bisa membawa Pak' Hasibuan ke rumah sakit," ujar seorang tetangga lainnya, Julian (52).

Namun pada akhirnya, kata dia, beberapa warga yang merasa prihatin dengan kondisi kritis Hasibuan, akhirnya menemukan jalan keluar ketika mengetuk sebuah rumah bernomor 45 pada lingkungan yang sama.

"Rumah itu rupanya milik dokter. Baiknya, mereka menawarkan agar pak' Hasibuan segera saja di bawa ke rumah sakit. Segala biaya katanya dia yang menanggungnya," tuturnya.

Mendapat kabar baik itu, antara warga satu dengan warga lainnya kemudian saling berkoordinasi. Mulai mencari mobil dan berbagai kebutuhan lainnya untuk membawa seorang pria malang itu.

"Kami pun bersama-sama mendatangi rumah Pak' Hasibuan. Kasihan dia sudah terlalu lama terbaring di tempat tidur rumahnya karena sakit," katanya.

Julian menjelaskan, menurut pengakuan banyak warga tetangga, Hasibuan menderita penyakit komplikasi. "Macam-macam penyakitnya, mungkin penyakit tua," tuturnya.

Antusiasme warga untuk menolong sang pria malang, tidak merubah takdir yang telah ditetapkan. Sejumlah warga yang mencoba untuk mengurangi derita pria renta itu dikejutkan dengan kedatangan 'Malaikat pencabut nyawa' yang ternyata telah lebih dulu menyinggahi rumah Hasibuan.

Pria renta nan' malang ini telah menemui ajalnya untuk menghadap sang khalik sebatang kara.