Diantara Berita Ada "ANTARA"

id diantara berita, ada antara

Diantara Berita Ada "ANTARA"

Oleh : Royan Suyasepta

Tahun 1937 merupakan momentum bersejarah bagi perkembangan media massa di Indonesia. Pada masa ini sejumlah wartawan muda Indonesia ikut memberikan sumbangsihnya dalam merebut kemerdekaan Indonesia melalui keahlian khusus goresan tangannya memberikan gambaran sejelas-jelasnya tentang informasi tentang kemerdekaan Indonesia.

Adam Malik, Soemanang, Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, adalah orang-orang yang memiliki integritas dalam melaporkan kejadian–kejadian penting, seperti rapat politik, sidang volkraad serta kegiatan kebangsaan pada waktu itu. Karya berupa tulisan–tulisan itu ternyata dimuat pada surat kabar diluar jakarta, seperti Suara umum (Surabaya), Pewarta Deli (Medan) .

Dari tulisan - tulisan yang dimuat di media massa itu timbulah sebuah gagasan untuk mendirikan satu kantor berita. Pada tanggal 13 desember 1937 kelima orang ini sepakat untuk mendirikan satu kantor berita. Kemudian disepakatilah nama untuk kantor berita tesebut dengan sebutan ANTARA. Nama ANTARA disepakati dengan harapan, sesuai arti dan sifatnya, yaitu sebuah lembaga yang menjadi perantara pers dengan masyarakat dalam arti luas. Berdirinya kantor berita ANTARA dilatarbelakngi keadaan serta kepentingan pers Indonesia yang menginginkan adanya suatu badan perantara yang menghubungkan gambaran masyarakat dalam bentuknya yang luas dalam pers. (siaran pers dan dokumentasi ANTARA 15/7/ 1941).

Diawal berdirinya kantor berita ANTARA hanya menempati sebuah ruangan kantor kecil di Buitentijgerstraat (sekarang Jl.Pinangsia) No.30 Jakarta, dengan peralatan sederhana berupa beberapa mesin tik dan sebuah mesin stenstil.

ANTARA dan Berita Proklamasi

Pada saat berdirinya, ANTARA mulai menerbitkan buletin yang disebarkan keseluruh pelosok tanah air. Tujuannya tiada lain adalah untuk dikonsumsi oleh surat–surat kabar pada saat itu. Hampir semua surat kabar diluar jakarta, terutama pemilik dan penerbitnya orang Indonesia sendiri berlangganan buletin ANTARA.

Menjelang 17 Agustus 1945 Adam Malik bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Adam yang juga aktif dalam gerakan pemuda bawah tanah sudah mempunyai catatan isi naskah Proklamasi Kemerdekaaan yang akan dibacakan Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Begitu proklamasi dibacakan, ia segera menghubungi Panglu Lubis di kantor Domei (Antara), dan mendiktekan naskah proklamasi untuk disiarkan secepat mungkin, dengan segala cara, agar lolos dari pengawasan Jepang. Panglu berhasil menyiarkan berita proklamasi ke seluruh tanah air dan bahkan ke seluruh dunia. Jepang merasa kecolongan dan memerintahkan pencabutan berita itu. Tapi sudah tak ada artinya. (http://pwi.or.id: Ensiklopedi Pers Indonesia )

Sepanjang perjalanannya, kantor berita ANTARA sangat berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan di Negara ini. Tidak hanya itu saja, kantor berita yang dulunya didirikan oleh Adam Malik dan kawan – kawan ini juga telah membuktikan eksistensinya didunia pers sebagai badan perantara yang menghubungkan gambaran masyarakat dengan kondisi bangsa yang terjadi pada hari ini diunia pers dalam arti yang luas.

ANTARA dan Demokrasi

Berbicara mengenai demokrasi, para ilmuwan dan pakar politik selalu mengatakan ada empat pilar demokrasi, yaitu lembaga yudikatif, eksekutif, legislatif, dan media. Lembaga yudikatif lebih berfungsi sebagai lembaga kehakiman, eksekutif lebih ke pemerintahan, sementara legislatif sebagai lembaga yang membuat undang-undang sekaligus mengawasi kinerja pemerintah.

Selanjutnya, pilar keempat yang juga sangat penting adalah media. Kenapa media bisa dianggap sebagai pilar keempat demokrasi? Karena sering kali orang beranggapan bahwa media itu lebih netral dan bebas dari unsur kekuasaan negara, berbeda dengan tiga pilar sebelumnya yang semuanya berorientasi pada kekuasaan. Media tidak hanya sebagai sumber berita, tapi sekaligus merupakan pembawa dan penyambung suara rakyat. Media juga sering kali menjadi alat daya penekan bagi tiga pilar demokrasi sebelumnya.

Karena begitu pentingnya media bagi demokrasi, media harus benar-benar dijaga independensinya, baik dari sisi lembaganya maupun dari insan-insan pers di dalamnya. Kebebasan pers juga harus tetap dijaga dari adanya unsur intervensi dari lembaga kekuasaan dalam suatu negara.

74 tahun sudah ANTARA berdiri di Tanah Air ini. Kontribusinya menjadi jendela dunia bagi masyarakat. Bukan hanya itu saja, penyajian informasi yang matang juga sangat dirasakan bermanfaat bagi media massa. Di umurnya yang tidak tergolong muda lagi, tentunya ANTARA sudah merasakan hitam – putih nya daam menyajikan berita – berita serta informasi untuk dinikmati oleh seluruh masyarakat di berbagai pelosok penjuru negeri ini.

Di usia ANTARA yang sudah 74 tahun ini, kita berharap agar ANTARA mempertahankan indepedensi dalam menyajikan informasi serta lebih tegas dan lugas dalam mengkritisi kinerja serta kebijakan – kebijakan pemerintah yang tidak lagi pro kepada rakyat kecil. Kantor berita ANTARA mempunyai segudang informasi untuk disajikan dalam upayanya mencerdaskan masyarakat.

Bersempena 74 tahun bagi Antara, Jayalah Terus ANTARA, Jadilah “ANTARA” di antara yang terdepan, dalam menyajikan informasi untuk bangsa dan negara Indonesia.

Penulis adalah Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)

Kota Pekanbaru

dan Mahasiswa Manajemen Keuangan UIN SUSKA RIAU.