Bayi Gizi Buruk RSUD Pekanbaru Alami Kejang

id bayi gizi, buruk rsud, pekanbaru alami kejang

Pekanbaru, (ANTARAriau News) - Martin Junisar (1,3 tahun) bayi gizi buruk anak pasangan Tompam Hutauru (43) dan Lamria Tampu Bolon (40) warga Jalan Sepakat, Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau, yang di rawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru saat ini mengalami kejang.

"Sudah dua hari ini anak saya kejang-kejang. Entah apa penyebabnya," kata Lamria, ibu bayi malang itu saat di temui ANTARA di ruang rawat inap Merak Satu, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru, Sabtu (17/9).

Selain mengalami kejang, kata Lamria, anak keduanya itu juga mengalami pembengkakkan pada seluruh tubuhnya, bahkan sebagian terlihat seperti membiru.

"Kata dokter yang merawatnya, pembengkakkan tubuhnya itu karena kelebihan infus. Jadi sekarang dia (Martin Junisar-red) tidak lagi diinfus," ujarnya.

Sudah dua hari ini, kata dia, Martin hanya menggunakan alat pernafasan dan makan atau minum dengan masih menggunakan selang.

Ditanya mengenai hasil medis atau pemeriksaan seorang dokter yang menanganinya, Lamria mengaku belum mendapatkan kondisi pasti anaknya itu.

"Saya tidak berani menanyakan kondisi anak saya ini. Takut kalau nantinya ditanya justru mendapatkan kabar buruk. Karena sekarang saja dia sudah mengalami kejang," katanya.

Ayah Martin yang juga ditemui di kesempatan sama, Hutauru, mengatakan, sudah sejak satu minggu anaknya di rawat, dirinya tidak lagi bekerja dengan tenang sebagai buruh bangunan.

"Saya sudah seminggu tidak bekerja, semenjak anak saya ini di rawat di rumah sakit. Untuk makan saja kami kesulitan dan harus meminta tolong sama para tetangga dan keluarga yang tinggal di Pekanbaru," ujarnya.

Dokter Spesialis Anak yang menangani Martin Junisar, Dedi, mengatakan, saat ini kondisi klinis bayi penderita gizi buruk itu masih kritis dan harus menggunakan alat bantu pernafasan.

Martin meurut Dedi juga harus terus mendapat pengawasan dari tim medis yang menanganinya dan diharapkan dalam waktu dekat ini akan dilakukan terapi kesehatan guna perbaikan gizi dan lainnya.

Menurut dr Dedi, berat tubuh Martin yang hanya sekitar empat kilogram merupakan tanda bahwa gizi dalam tubuhnya masih butuh berbaikan sehingga sang anak harus di rawat secara intensif di rumah sakit.

"Selain kondisi kesehatan yang kritis, bayi gizi buruk yang kami tangani saat ini juga sangat rentan diare karena konsumsi makanan yang masih berupa cairan," ujarnya.

Kata dr Dedi, kondisi fisik Martin sangatlah lemah. Selain itu, sambung dia, tubuhnya juga terlihat sangat kurus hingga lekukan tulang-tulang yang terlihat jelas.

"Ototnya juga masih sangat lemah, sehingga membuat bayi laki-laki tersebut malas menggerakkan badan. Kemampuannya pun hanya bisa tidur lalu membalikkan badan untuk tengkurap atau berbaring," kata dia.