Jakarta (ANTARA) - Menyusul pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyalahkan sistem "warisan" penganggaran elektronik atau e-budgeting yang dijalankan pada pemerintahan era sebelumnya, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama menyatakan sistem tersebut justru untuk transparansi.
"Aku tidak mau berkomentar, sudah lupa, yang pasti karena e-budgeting semua orang tahu pengeluaran APBD DKI," kata Basuki (Ahok) dalam pesan singkatnya pada wartawan di Jakarta, Kamis.
Kendati demikian, Basuki mengatakan dirinya sudah lupa mengenai tata cara penganggaran dengan sistem e-budgeting yang dilaksanakan di era dia menjabat gubernur tersebut, terlebih beberapa waktu dirinya harus mendekam di Mako Brimob karena pasal penistaan agama.
"Yang pasti karena e-budgeting itu, semua orang yang mau tahu pengeluaran uang APBD DKI bisa dapatkan datanya, mulai dari pembelian pulpen, aibon, hingga UPS (uninterruptiblepower supply)," ucapnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyalahkan sistem e-budgeting atau penganggaran elektronik warisan dari pemerintahan sebelumnya yang menurutnya tidak pintar atau smart sehingga menghasilkan anggaran janggal.
"Kalau ini adalah smart system, dia bisa melakukan pengecekan, verifikasi, bisa menguji. Saat ini sistem digital, tapi masih mengandalkan manual untuk verifikasi, sehingga kalau mau ada kegiatan-kegiatan, akhirnya jadi begini ketika menyusun RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah)," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Rabu (30/10).
Baca juga: Bappeda DKI akui ada kebocoran dalam sistem e-budgeting anggaran 2020
Menurut Anies, jika pengecekannya adalah dengan sistem manual, pada akhirnya akan selalu berulang ditemukan masalah serupa.
"Kami perhatikan sistemnya harus diubah supaya begitu mengisi, hasil komponennya relevan," kata Anies.
Namun demikian, Basuki menyatakan dirinya tidak mau berkomentar soal hal tersebut, namun menurut Basuki sistem tersebut bisa berjalan baik, namun bergantung pada sumber daya manusia (SDM).
"Sistem itu berjalan baik jika yang input datanya tidak ada niat mark-up apalagi maling," ujarnya.
"Untuk mencegah korupsi, hanya ada satu kata, yaitu transparansi sistem yang ada," ucapnya.
Baca juga: Soal anggaran janggal di DKI Jakarta, ini kata Anies
Sebelumnya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyoroti beberapa anggaran yang janggal seperti lem Aibon senilai Rp82,8 miliar di Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat, anggaran pengadaan ballpoint sebesar Rp124 miliar di Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur, 7.313 unit komputer dengan harga Rp121 miliar di Dinas Pendidikan, serta beberapa unit server dan storage senilai Rp66 miliar di Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik.
DPRD DKI Jakarta dalam pembahasan KUA-PPAS 2020 juga mengomentari anggaran janggal lainnya yakni pembangunan jalur sepeda 69 kilometer Rp73 miliar, pengadaan cat senilai Rp61 miliar, anggaran antivirus Rp12 miliar, anggaran influencer promosi pariwisata sebesar Rp5 miliar.
Berita Lainnya
PDI Perjuangan masih cermati peluang Anies Baswedan dan Ahok di Pilkada 2024
07 May 2024 10:11 WIB
Dukung Ganjar, Ahok ajukan surat pengunduran diri sebagai Komut Pertamina
03 February 2024 6:47 WIB
Hingga Mei, PHR WK Rokan berhasil bor 145 sumur baru
13 May 2022 15:18 WIB
Pemprov DKI sudah berupaya tak melakukan penggusuran
04 March 2022 13:16 WIB
Ahok harap PHR berdampak baik ke kilang minyak Dumai
16 September 2021 15:15 WIB
Ahok apresiasi implementasi digitalisasi di Blok Rokan
15 September 2021 17:27 WIB
Ahok sambangi Riau, Andi Rachman lobi tambahan vaksin COVID-19
15 September 2021 12:14 WIB
Pertamina gelar upacara Kemerdekaan di Blok Rokan, ini komentar Ahok
17 August 2021 14:45 WIB