Pekanbaru, 4/8 (ANTARA) - Habitat gajah dan harimau di Riau terancam akibat rusaknya daerah aliran sungai (DAS) Siak, kata Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau, Trisunu Danis Woro, di Pekanbaru, Rabu.
"Untuk DAS Siak terdapat tiga kantong gajah yang besar seperti di Duri, Siak dan Kampar. Populasi gaji terbesar ada di Giam Siak Kecil, Siak yang mencapai 38 ekor," jelasnya.
Populasi gajah di Suaka Margasatwa Balai Raja mencapai 35 ekor dan di Kampar, tepatnya di daerah Pantai Cermin dan Tebing Tinggi terdapat 10 ekor.
Namun ia mengaku tidak memiliki data pasti populasi harimau di wilayah itu.
Populasi harimau tidak terlalu banyak dan menyebar di seluruh kawasan DAS Siak, lanjut dia.
"Sebagian besar wilayah DAS tersebut dikuasai oleh perusahaan yang memegang izin Hutan Tanaman Industri (HTI), Hak Pengelolaan Hutan (HPH) dan perkebunan," ujar dia.
Akibat rusaknya DAS Siak tersebut, lanjut dia, satwa yang dilindungi tersebut sering masuk ke pemukiman warga sehingga menyebabkan konflik antara manusia dengan gajah maupun harimau.
"Perlu adanya upaya penyelamatan kawasan tersebut seperti rehabilitasi. Jika Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Riau sudah disetujui, maka hal itu akan lebih gampang karena kita tahu mana kawasan konsesi ataupun konservasi," jelas dia.
Menurut dia, jika hal ini dibiarkan terus menerus, bukan tidak mungkin satwa yang dilindungi tersebut akan punah. Apalagi jika konflik dengan manusia terus terjadi.
Kondisi ini juga akan menyulitkan upaya merealisasikan program pemerintah untuk meningkatkan populasi satwa yang dilindungi hingga 3,5 persen setiap tahunnya.
"Upaya perlindungan terhadap satwa perlu dilakukan dengan penetapan RTRW secepatnya. Dikarenakan jika dilindungi akan membuat satwa tersebut bereproduksi dan meningkatkan populasi," imbuh dia.