WWF: Habitat Gajah Balai Raja Harus Direhabilitasi

id wwf habitat, gajah balai, raja harus direhabilitasi

Pekanbaru, 24/3 (ANTARA) - Organisasi konservasi satwa langka WWF meminta pemerintah pusat dan daerah melakukan tindakan nyata untuk merehabilitasi habitat gajah Sumatera di Suaka Marga Satwa Balai Raja, Kabupaten Bengkalis, untuk menyelesaikan konflik gajah-manusia di Riau.

"Kami terus mendorong pemerintah agar merehabilitasi habitat gajah liar di Balai Raja," kata Humas WWF Riau Syamsidar, di Pekanbaru, Kamis.

Kawasan Balai Raja semula pada 1990 mempunyai luasan sekitar 16 ribu hektare saat ditetapkan sebagai Suaka Marwa Satwa. Namun, saat ini hanya tersisa 120 hektare dan sebagian besar berupa hutan sekunder.

Perubahan kawasan itu secara masif terus terjadi untuk permukiman, instansi pemerintah dan perkebunan kelapa sawit. Akibatnya, konflik manusia dan gajah terus terjadi hingga jatuh korban dari kedua pihak.

Syamsidar meyakini rusaknya habitat Balai Raja juga mengakibatkan seekor induk gajah liar dan anaknya tertahan di dekat permukiman warga tertinggal dari kawanan sejak pekan lalu. Hingga kini kondisi gajah betina itu masih sangat lemah, dan menurut dugaan sementara dari tim WWF di lokasi, gajah tersebut diduga telah diracun.

"Tanpa ada rehabilitasi habitat gajah di Balai Raja, keberadaan gajah akan tetap terancam dan konflik dengan manusia terus terjadi," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Wilayah III Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Hutomo, mengatakan kondisi gajah mulai membaik karena terus diberi suplemen.

Menurut dia, gajah tersebut memang kerap berkeliaran di permukiman warga karena daerah itu sejak dulu ada lintasan satwa bongsor tersebut.

"Karena dihalau warga, gajah itu dehidrasi dan lemas," ujarnya.

Menurut dia, BBKSDA berupaya untuk memulihkan kondisi gajah liar itu dan selanjutnya akan dihalau menuju hutan.

"Setelah gajah sudah kuat kembali akan kami halau ke hutan sekunder agar mereka kembali ke kelompoknya," kata Hutomo.