Mempererat Kemitraan Komprehensif dengan Negeri Tirai Bambu

id mempererat kemitraan, komprehensif dengan, negeri tirai bambu

Mempererat Kemitraan Komprehensif dengan Negeri Tirai Bambu

Jakarta (Antarariau.com) - Presiden Republik Rakyat China (RRC) Xi Jinping, dalam ajang Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, Januari 2017, pernah menyatakan bahwa "tidak ada gunanya menyalahkan globalisasi ekonomi untuk permasalahan dunia".

Kepala Pemerintahan Negeri Tirai Bambu itu menyatakan bahwa berbagai pihak di beragam belahan dunia harus bisa memulai perjalanan yang tepat menuju globalisasi ekonomi dengan laju yang tepat.

Pemerintahan China, saat ini memang sedang menggeliatkan otot-otot perekonomian yang mereka miliki, yang dapat diindikasi dengan banyaknya barang ekspor yang berasal dari sana.

Dengan Indonesia sendiri, Dubes RRC Xiao Qian menyatakan pemerintah Republik Indonesia (RI) bersama-sama dengan pemerintah Republik Rakyat China (RRC) sepakat untuk meningkatkan kerja sama kemitraan komprehensif antara kedua negara.

Xiao Qian, dalam acara Seminar Lima Tahun Kerja Sama Strategis dan Komprehensif Indonesia-Tiongkok yang digelar di Jakarta, Selasa (27/11), menyatakan berterima kasih atas upaya dari kedua belah pihak, khususnya kepemimpinan yang kuat dari Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo.

Melalui kemitraan strategis komprehensif antara kedua negara dinilai telah menikmati pengembangan yang kokoh dan stabil.

Menurut dia, kerja sama tersebut juga telah melangkah ke dalam tahapan baru pertumbuhan yang cepat, yang terindikasi antara lain dari tingginya pertemuan bilateral antara kedua kepala negara.

Dubes RRC mengingatkan bahwa selama setahun terakhir, Presiden Xi Jinping telah mengunjungi Indonesia dua kali, dan Presiden Joko Widodo telah mengunjungi China lima kali.

Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa pemimpin kedua negara juga telah mengkonsolidasikan konsensus politik antara lain dalam "Belt and Road Initiative" pemerintah RRC dengan Poros Maritim Dunia yang merupakan visi pemerintah RI.

Pada Mei 2018 lalu, pejabat kedua negara juga telah secara resmi memulai kerja sama untuk membangun Koridor Ekonomi Komprehensif Regional, inisiatif dari Presiden Jokowi yang meliputi antara lain Sumatra Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali.

Antarwarga

Dubes RRC menyatakan hubungan antarwarga Republik Indonesia dengan China semakin meningkat sehingga hal tersebut sebagai perkembangan positif bagi kedua negara.

Ia melihat, misalnya selama lima tahun terakhir telah menuai banyak hasil dari pertukaran di dalam bidang turisme, pendidikan, media, 'think tank', kepemudaan, keagamaan, teknologi, hingga olahraga.

Selain itu, ujar dia, pada 2017, wisatawan asal China sekitar 2,06 juta kunjungan ke Indonesia, yaitu peningkatan hingga sekitar 275 persen dibandingkan dengan jangka waktu periode lima tahun yang lalu.

Sedangkan lebih dari 15.000 pelajar dan mahasiswa Indonesia saat ini belajar di China. Angka tersebut diperkirakan bakal terus meningkat pesat ke depannya.

Jumlah beasiswa yang dibiayai secara penuh oleh pemerintahan China bagi mahasiswa China meningkat dari 49 orang pada 2013, menjadi 215 pada 2018.

Dalam aspek penanaman modal, investasi asing secara langsung di Indonesia telah meningkat pesat dari sekitar 300 juta dolar AS menjadi 3,36 miliar dolar dalam lima tahun terakhir.

China juga tetap sebagai mitra perdagangan terbesar dan telah mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas produk Indonesia yang diimpor ke China, sembari mempromosikan perdagangan yang seimbang.

Ia mengingatkan pula bahwa kerja sama bilateral di dalam sektor infrastruktur terus semakin dalam, seperti dalam penbangunan Bendungan Jatigede, Jembatan Tayan, hingga LRT Palembang.

Dengan berbagai proyek utama itu diharapkan juga akan lebih berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Internasional-Regional

Dubes Xiao Qian juga menuturkan bahwa China dan Indonesia telah memperkuat kolaborasi dan koordinasi di dalam sejumlah persoalan internasional dan regional.

Contohnya, ujar dia, kedua negara berkoordinasi dengan baik untuk mendukung Negara Palestina, penanganan isu Rohingya, serta menjaga keamanan serta stabilitas di Laut China Selatan.

Sementara itu, Guru Besar Renmin University of China, Wang Men, menyatakan Indonesia memiliki peran yang sangat penting bagi China, terutama mengingat saat ini juga dapat disebut sebagai Abad Asia.

Dalam acara seminar tersebut, Wang Men menyatakan bahwa Presiden Jokowi pernah berkata bahwa China penting bagi Indonesia.

"Saya menyatakan, Indonesia juga sangat penting bagi China," paparnya.

Menurut dia, Indonesia pada saat ini sedang menuju menjadi kekuatan global.

Ia mengingatkan bahwa di antara negara-negara G20, negara China, India, dan Indonesia ketiganya adalah negara dengan pertumbuhan terpesat di dunia.

Namun, lanjutnya, media di Barat sepertinya masih jarang yang memberitakan mengenai Indonesia, padahal Indonesia seharusnya lebih sering muncul dalam pemberitaan.

Wang Men yang juga menjabat sebagai Dekan Eksekutif Institut Studi Finansial Chongyang memaparkan, Indonesia adalah negara dengan populasi sangat muda, lebih dari 50 persen warganya berusia 30 tahun ke bawah.

Sedangkan berbagai negara maju, lanjutnya, memiliki populasi yang rata-rata usianya terlalu tua bila dibandingkan dengan Indonesia.

Ia juga menuturkan, 60 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung kepada konsumsi domestik.

Untuk itu, ujar dia, Indonesia dan China perlu membangun kepercayaan bersama yang lebih strategis dalam rangka membangun perdamaian dan kesejahteraan di kawasan Pasifik.

Investasi

Masih di acara seminar yang sama, Presiden Kamar Dagang China di Indonesia, Gong Bencai, menyatakan ada sekitar 1.000 perusahaan China yang beraktivitas di Indonesia dan sekitar 50 persennya berinvestasi di Pulau Jawa.

Gong Bencai menuturkan, Indonesia menjadi salah satu destinasi utama bagi perusahaan China untuk berinvestasi.

Menurut dia, berdasarkan data yang ada, banyak perusahaan tersebut yang bergerak di bidang konstruksi, pertambangan, dan kelistrikan.

Ia berpendapat bahwa perusahaan China di Indonesia bermanfaat antara lain untuk meningkatkan tenaga kerja lokal, melakukan alih teknologi dan keahlian, menanamkan modal di industri bernilai tambah, hingga meningkatkan pertukaran budaya antara kedua negara.

Sedangkan untuk langkah selanjutnya, ujar dia, perusahaan-perusahaan China juga akan berusaha memenuhi kebutuhan yang diperlukan Indonesia, seperti di dalam bidang infrastruktur logistik, pembangkit tenaga listrik, serta aspek seperti air dan pangan.

Sementara itu, Dubes RI untuk RRC, Djauhari Oratmangun menyatakan, kemitraan strategis antara Indonesia dan China dapat diterjemahkan ke dalam bentuk persahabatan yang sangat erat.

Menurut Djauhari meski hubungan Indonesia dan China meningkat pesat, tetapi dinilai masih ada ruang untuk perbaikan, serta agar kemitraan strategis dapat diterjemankan menjadi statistik yang positif bagi Indonesia.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengajak investor dari Republik Rakyat China untuk memperbesar investasi mereka, karena saat ini telah banyak kemajuan dan kemudahan bagi pihak asing untuk berinvestasi.

Luhut mengingatkan bahwa peningkatan peringkat kemudahan berbisnis Indonesia telah membaik, begitu pula Indonesia juga berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.

Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia merupakan pasar dengan potensi yang sangat besar dan pemerintahan pada saat ini juga sedang berfokus kepada pengembangan infrastruktur yang progresif.

Selain fokus kepada infrastruktur, Menko Maritim juga memamerkan beragam hal antara lain program dana desa, pembangunan kawasan ekonomi khusus, dan peringkat investasi global RI yang membaik.

Berdasarkan data, investasi China (termasuk Hongkong) di Indonesia pada 2017 adalah sekitar 5,5 miliar dolar AS atau sekitar 17 persen dari keseluruhan investasi.

Menurut dia, pemerintah RI-China juga telah bekerja sama dengan erat terutama dalam tiga tahun terakhir, dan dia berharap berbagai proyek dan program kerja sama dapat terus ditingkatkan.

Menko Maritim menuturkan bahwa Indonesia dan China perlu mempromosikan kemitraan global dan regional yang lebih baik, karena kedua negara memiliki kapasitas untuk melakukan hal itu.

Senada dengan Menko Maritim, pendiri CSIS Jusuf Wanandi menyatakan penting bagi RI-China untuk memperkuat kerja sama di era yang dipenuhi ketidakpastian global.

Kemitraan Indonesia dengan China yang lebih luas diharapkan dapat memberikan manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua negara.