Odha Ternyata Bisa Miliki Keluarga dan Anak

id odha ternyata, bisa miliki, keluarga dan anak

Odha Ternyata Bisa Miliki Keluarga dan Anak



Oleh Frislidia dan Agidatul Izzah

Penyesalan terakhir bagi MD (27), penderita HIV di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau tentu tidak berbuah manis. Sejak Oktober 2016, dirinya dinyatakan positif terpapar penyakit yang menyerang kekebalan tubuh itu akibat pergaulan bebas.

Rasa malu dan kehilangan kepercayaan diri pada akhirnya membuat ia menarik diri dari kehidupan sosial serta bersembunyi dari status Orang Dengan HIV/AIDs (ODHA).

Mirisnya, bagi ODHA seperti MD terus menyembunyikan penyakitnya di hadapan keluarga. Benar-benar tidak ada yang tahu satu pun anggota keluarganya.

Namun, ia tetap berusaha kuat di depan keluarga serta minum obat secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi.

"Sebelumnya aku tidak pernah mendapatkan informasi tentang HIV ini dan setelah positif terjangkit aku baru tahu penyakit itu, namun ke depan aku akan tetap mencoba hidup dengan lebih baik lagi," katanya.

Selain harus rutin meminum obat lamivudine +zidovudine, dan nevirapine seumur hidup, dirinya juga harus melakukan rawat jalan di RSUD Arifin Achmad.

"Sekarang ini saya sudah bisa menerima apa yang Tuhan takdirkan untuk saya, saya mencoba ikhlas dan menjalani sisa hidup sekarang ini dengan melakukan yang terbaik untuk saya dan keluarga," katanya.

Ia mengakui keluarganya tidak mengetahui penyakit yang sedang diidapnya itu. Dia bersikap biasa saja di hadapan keluarga. Kini, ia ingin lebih mendekatkan diri lagi kepada Tuhan.

Mendampingi

Lancang Kuning Support Group merupakan salah satu LSM yang menyediakan jasa untuk mendampingi dan mendekatkan diri dengan ODHA, supaya mereka memiliki tempat untuk berbagi permasalahan.

"Kami memiliki lima pilar mutu hidup ODHA, yaitu percaya diri, mampu mengakses layanan perawatan dan pengobatan, memahami informasi HIV yang baik dan benar, HIV stop di sini dan kembali ke kehidupan sosial," kata relawan Lancang Kuning Support Group Rudi.

Lancang Kuning Support Group dibentuk atas dasar kepedulian terhadap nasib ODHA yang dominan kehilangan kepercayaan diri dan menarik diri dari lingkungan.

Hingga saat ini, LSM itu sudah mendampingi 2.000 ODHA. Lembaga itu beranggotakan sembilan orang yang terdiri atas lima orang pendamping. Mereka merupakan relawan dengan kepedulian yang keluar dari hati nurani mereka.

Sementara itu, psikolog dan konselor HIV/AIDs dari Rumah Sakit Arifin Achmad, Syariffah Fadillah, mengatakan penderita akan melakukan pengambilan obat sekali dalam sebulan.

Saat penderita melakukan pengambilan obat, akan diadakan akses layanan kesehatan, seperti konseling dengan psikolog.

"Karena ODHA harus diberikan motivasi. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya. Untuk itu penderita perlu diberi motivasi dan jangan menjaga jarak dengan ODHA, supaya mereka tidak menarik diri dari lingkungan," katanya.

Syarifah menjelaskan, ODHA sangat membutuhkan dukungan dari orang terdekat.

Ia mengingatkan kepada semua orang untuk tidak pernah berpikir menjauhi seseorang yang terjangkit penyakit tersebut, karena penyakit tersebut tidak akan ditularkan secara mudah.

"Sentuhan, berjabat tangan, pelukan dan ciuman bahkan tinggal serumah dengan penderita HIV positif tidak akan menularkan penyakit tersebut," kata dia.

Pasalnya, kata dia, penyakit itu hanya dapat ditularkan melalui cairan sperma, ovarium, darah, air susu ibu, sedangkan perantara penyakit itu adalah hubung seksual, tranfusi darah.

Selain itu, hubungan dari ibu ke anak melalui air susu ibu, dan narkoba.

"Untuk itu jangan pernah menjauhkan diri dari ODHA," katanya.

Penderita HIV/AIDS juga membutuhkan dukungan dan tempat untuk berbagi tentang keluh kesah dan perasaan yang dirasakan karena penyakit yang diderita tersebut.

Selain itu, saat proses pengobatan pun, mereka juga membutuhkan seorang pendamping, sedangkan di Pekanbaru antara lain Lancang Kuning Suport Group, Yayasan Utama, dan PKBI.

Memprihatinkan

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Pekanbaru, Gustiyanti, penderita HIV dan AIDS di daerah itu mencapai jumlah yang memprihatinkan.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, jumlah penderita periode 2000 hingga Juni 2018 sebanyak 2.913 orang.

Dari 2.913 penderita tersebut, terdapat 1.476 penderita HIV dan 1.437 penderita AIDs, sedangkan rentang usia penderita, yakni balita, remaja, dewasa, dan lansia.

Penderita dominan berada pada usia produktif 25-49 tahun, yakni sebanyak 1.041 HIV dan 986 AIDs.

Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi ditularkan melalui tiga jenis penyebaran, yaitu melalui produk jarum termasuk dengan narkoba, melalui ibu yang menyusui anaknya, dan hubungan seksual.

HIV/AIDS, kata Gustiyanti, salah satu penyakit yang ditakuti, karena apabila telah terjangkit virus Human Immunodeficiency Virus maka virus tersebut tidak dapat disembuhkan.

Namun, penderita bisa bertahan dengan minum obat secara teratur. Obat tersebut adalah AntiRetroviral (ARV).

Gejala seseorang terkena virus penyakit yang mematikan itu adalah sakit kepala secara tiba-tiba, kelelahan secara terus menerus, pembengkakan kelenjer ketah bening, sakit tenggorakan, munculnya ruam pada kulit, nyeri pada otot dan sendi, sering berkeringat pada malam hari, dan luka pada mulut.

Relawan Lancang Kuning Support Group Rudi mengimbau masyarakat agar jangan pernah menjauhi ODHA karena mereka membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Penyakit itu, tidak akan mudah tertular apabila menjalani pola hidup sehat.

"Mari bantu mereka untuk mengembalikan kepercayaan diri dan memberikan motivasi agar bisa terus bertahan hidup. Jangan jauhi orangnya, tapi jauhi penyakitnya," kata dia.

Rudi mengakui tidak mudah untuk mereka menerima kenyataan bahwa mereka terjangkit suatu penyakit yang berbahaya dan mereka harus melakukan pengobatan rutin serta harus minum obat seumur hidup.

Untuk itu, kata dia, orang lain harus bisa meringankan beban penderita dengan tidak menjauhi mereka

Sementara itu, seorang ODHA pun masih bisa menikah atau berkeluarga dengan pasangan yang tentunya mau menerima dirinya apa adanya.

Tentu saja, ODHA harus terbuka pada calon pasangannya itu bahwa status dirinya adalah ODHA.

Rudi mengatakan pasangan yang mengidap HIV/AIDs bisa memiliki keturunana tanpa harus takut anaknya akan tertular, tetapi harus mengikuti anjuran dokter, seperti ODHA harus meminum obat terus menerus sehingga memperoleh antibodi yang lebih dari angka 400.

"Ketika ODHA sudah memiliki antibodi di atas angka 400 itu, maka bisa programkan anak, juga harus didukung saat istri saat berada dalam masa subur," katanya.

Sang isteri pun saat menjalani proses melahirkan harus dengan cara operasi.

Diyakini 90 persen bayi baru lahir itu tidak akan terkena HIV, sedangkan ibu tidak dibolehkan menyusui bayinya.