Pekanbaru (Antarariau.com) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Riau mencanangkan gerakan penukaran uang lusuh yang sudah tidak layak edar dengan alat tukar transaksi layak beredar di wilayah setempat.
"Kami menyebutnya dengan istilah Gambus (Gerakan Bumi Melayu Bebas Uang Lusuh)," kata Kepala Bank Indonesia Riau Ismet Inono di Pekanbaru, Senin.
Ismet menyebutkan gerakan ini dimaksudkan supaya masyarakat Riau itu cinta kepada rupiah.
Selain itu, menurut Ismet Gambus juga bertujuan supaya masyarakat Riau memiliki uang yang layak untuk digunakan sebagai alat tukar dan bertransaksi dengan jumlah yang cukup dimasyarakat.
"Dengan harapan masyarakat dalam menggunakan rupiah tidak kesulitan," terangnya.
Terkait dimulainya Gambus ini, Kantor BI Riau membuka pos atau saung penukaran selama lima hari ke depan 18-22 Desember 2016.
Selama proses layanan penukaran ini, BI menggandeng 10 bank yang berbeda tiap harinya. Dengan jadwal buka tiap jam kerja.
"Kantor BI akan membuka saung penukaran uang lusuh di halaman kantor. Di sini masyarakat bisa menukarkan semua uang lusuhnya baik kertas maupun koin dengan uang layak edar," tegasnya.
BI juga menggandeng beberapa bank swasta untuk ikut membuka layanan penukar pada semua cabang dan kantor kasnya.
Tujuannya agar masyarakat lebih mudah mengakses dimanapun berada. Sehingga tujuan akhir, BI ingin menarik semua uang lusuh tak layak edar bisa tercapai tentunya dengan tingkat batas toleransi.
Ismet menerangkan tingkat uang lusuh di Riau tinggi, dan diperkirakan masih banyak beredar di masyarakat. Khususnya uang pecahan logam. Masyarakat masih kurang peduli dan mengabaikannya dengan melakukan pembiaran tidak menyetorkannya ke bank.
Tentunya dengan berbagai alasan mulai dari nominal yang kecil, sulitnya pelayanan, malu atau sungkan dan sebagainya.
"Selain juga Riau lebih banyak uang keluarnya (ouflow) ketimbang uang masuk (inflow) nya. Artinya banyak aktifitas ekonomi orang Riau tidak dilakukan di sini. Otomatis karena uang beredar terbatas sementara perputaran tinggi membuat tingkat kelusuhan uang tinggi," kata Ismet.
Namun, kata Ismet dengan dicanangkannya gerakan penukaran uang lusuh ini maka nilai rupiah sekecil apapun yang kini tidak lagi produktif digunakan sebagai alat tukar transaksi di masyarakat bisa ditarik dan ditukar dengan uang baru.
"Uang koin kalau tidak dipakai jangan dibuang tetapi tukarkan ke bank," katanya.
BI berharap dengan berbagai upaya dan gerakan secara serentak ini masyarakat bisa lebih dekat dengan uang rupiah dari mata uang lain.
Diakui ismet upaya ini juga sebagai sosialisasi akan diterbitkannya uang baru.
BI mengakui secara data pihaknya belum bisa mengukur seberapa besar nilai uang lusuh yang kini ada di masyarakat. Namun secara praktik itu hanya bisa ditolelir besaran kelusuhannya 10-20 persen.
"Namun uang lusuh itu tidak boleh dibiarkan mengendap di masyarakat," katanya.
Walau selama ini sudah ada upaya lewat kas keliling dan titipan. Namun perputaran uang yang ada di kalangan praktik ekonomi tradisional, perdagangan kecil seperti pasar uangnya berkutat di situ saja sehingga tingkat kelusuhannya tinggi.
"Ini yang mau kita gantikan dengan uang baru dan layak edar," katanya.
Ditanya jika ada bank di wilayah setempat yang menolak menukarkan uang lusuh masyarakat dengan berbagai alasan, BI meminta agar dilaporkan.
"Kalau sampai ada bank yang menolak, laporkan bank mana kami akan melakukan pembinaan," katanya.
Berita Lainnya
Punya Uang Yang Sudah Lusuh, Tukarkan Di Bank Indonesia
27 September 2016 22:56 WIB
Rp478,7 Miliar Uang Lusuh Dimusnahkan
08 July 2013 12:36 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB