Oleh Nella Marni
Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau mengatakan tiga keterlambatan atau 3T menjadi salah satu pemicu tingginya Angka Kematian Ibu di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan.
"Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan, di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan emergensi," ujar Kadis Dinkes Riau melalui Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, dr. Neng Kasmiati, di Pekanbaru, Rabu.
Selain itu dikatakannya, keterlambatan dalam memperoleh pelayanan persalinan di karenakan banyak diantara masyarakat yang memiliki banyak pertimbangan atau terlambat mengambil keputusan. Mereka masih berfikir untuk membawa siibu melahirkan ke puskesmas atau rumah sakit.
"Karena terlalu lama mengambil keputusan tersebut si ibu jadi terlambat mendapat pertolongan atau bantuan dari tenaga medis. Selain itu karena jauhnya akses menuju fasilitas kesehatan juga menjadi penyebab lamban peroleh pertolongan," ungkapnya.
Untuk itu Dinkes Riau pada tahun ini mencari terobosan dengan membuat program rumah tunggu kelahiran untuk daerah Indragiri Hulu, Indragiri Inhil dan Bengkalis.
"Tujuannya untuk mendekatkan masyarakat kepada fasilitas kesehatan untuk mencegah munculnya berbagai resiko tinggi saat melahirkan, yang sudah dimulai pada tahun ini," tuturnya.
Kemudian, selain dikarenakan 3T penyebab langsung Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2014 disebabkan juga akibat pendarahan sebanyak 28 persen, hipertensi dalam kehamilan 24 persen, infeksi 11 persen, abortus (aborsi) tidak aman sejumlah 5 persen, dan persalinan lama 5 persen.
Dikatakannya, Dinkes Riau juga sudah menjalankan program standar pelayanan Antenatal Care (ANC), yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada ibu hamil oleh tenaga medis dan pelayanan kesehatan atau dikenal dengan istilah 10T.
Baca juga: Komitmen Turunkan Angka Kematian Ibu, Ini Program Dinkes Riau
10T yang dimaksud tersebut diantaranya, Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), pemeriksaan tinggi fundus uteri (puncak rahim), tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
Selanjutnya, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Menurut dr. Neng dalam menekan AKI di Riau ini tidak hanya menjadi tanggungjawab dari pihak Dinkes saja. Tetapi dari semua lintas sektor ikut membantu agar penekanan bisa secara maksimal.
Dalam hal ini kerjasama dari Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (LPPKB), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Riau, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Berita Lainnya
Ini dugaan pemicu gempa Tuban di Laut Jawa
22 March 2024 19:19 WIB
BPS sebut harga tiket pesawat jadi salah satu pemicu deflasi Jakarta pada Januari
02 February 2024 16:21 WIB
Gaya hidup dan pola makan tak sehat jadi pemicu utama penyakit kanker
31 July 2021 16:18 WIB
Kesalahan saat isolasi mandiri bisa jadi pemicu muncul kluster keluarga
06 February 2021 12:08 WIB
Di Ambon, dua mahasiswa tersangka pemicu bentrokan terancam hukuman penjara 7 tahun
14 October 2020 9:39 WIB
Polisi sebut motif ekonomi jadi pemicu John Kei lakukan pengeroyokan
22 June 2020 16:01 WIB
Petugas evakuasi larang aktivitas pemicu ledakan di lokasi kebocoran gas
12 March 2020 14:30 WIB
Gratis ongkos kirim salah satu faktor pemicu terbesar orang belanja
06 December 2019 17:40 WIB