Ini Solusi CIFOR dan Universitas Riau dalam Rangka Pencegahan Karhutla

id ini, solusi cifor, dan universitas, riau dalam, rangka pencegahan karhutla

 Ini Solusi CIFOR dan Universitas Riau dalam Rangka Pencegahan Karhutla

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pentingnya kesatuan pandangan dan pemahaman solusi jangka panjang dalam mencegah terulangnya kebakaran hutan dan lahan seperti pada 2015, mendorong Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) dan mitra riset Pusat Studi Bencana LPPM Universitas Riau melakukan kerjasama. Kerjasama ini memfasilitasi kebutuhan informasi dan aksi terkait pencegahan kebakaran dan tata kelola hutan dan lahan.

CIFOR dan Universitas Riau melakukan kegiatan dialog dan pelatihan partisipatif pencegahan kebakaran hutan dan lahan, pada Senin, 1 Februari 2016 di Pekanbaru, Riau. Dialog dan pelatihan partisipatif ini bertujuan memperkuat aksi para pihak dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau.

"Menguatkan kesepahaman melalui komunikasi dan aksi nyata di tingkat tapak dan kebijakan merupakan upaya penting mengatasi masalah kabut asap. Badan Restorasi Gambut (BRG) yang baru dibentuk oleh Presiden Joko Widodo perlu didukung dalam implementasi restorasi gambut dan pencegahan kebakaran di tingkat tapak dan kebijakan lokal," kata Profesor Herry Purnomo, ilmuwan CIFOR dan guru besar IPB.

Kebakaran hutan dan lahan di seluruh Indonesia tahun 2015 menyebabkan 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar, dan melepaskan emisi karbondioksida yang setara dengan emisi Amerika Serikat dalam periode tersebut.

Pemerintah Indonesia, lewat BRG, berkomitmen mencegah terulangnya kebakaran dan merestorasi 2 juta hektar lahan gambut terdegradasi melalui berbagai upaya antara lain menyekat kanal-kanal yang dahulu dibuat untuk mengeringkan rawa gambut sebelum ditanami kelapa sawit dan akasia. Upaya BRG memerlukan dukungan dan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam mencegah kerusakan rawa gambut.

Partisipasi dan Aksi

Menurut Dr. Haris Gunawan dari Pusat Studi Bencana LPPM Universitas Riau, acara ini merupakan langkah awal Forum Negeri Bersih Jerebu (FORSIBU) untuk memperkuat komitmen pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau.

"Melalui FORSIBU, diharapkan para pihak memperbaiki pengelolaan rawa gambut melalui partisipasi aktif dari pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta, masyarakat lokal, lembaga swadaya masyarakat," katanya.

Beberapa aksi nyata di tingkat tapak dilakukan dengan penguatan kapasitas dan dukungan masyarakat peduli api (MPA) di setiap desa atau kampung, pembuatan sekat kanal berbasis masyarakat (community based canal blocking-CBCB), edukasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan melibatkan aparat kepolisian sektor serta sekolah-sekolah di lokasi-lokasi tingkat resiko tinggi.

PSB LPPM UR bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperluas upaya pembasahan negeri, pemulihan lahan dan hutan gambut terbakar dengan pendekatan terpadu model 3RE+, yaitu revitalisasi tata air, revegetasi jenis lokal dan rekayasa sosial. Menempatkan relawan-relawan duta desa negeri jerebu (ReDDSIBU) juga akan menjadi bagian terintegrasi penguatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

"Melalui FORSIBU dan ReDDSIBU, serta dengan memperluas aksi nyata melalui pendekatan terpadu model 3RE+, diharapkan para pihak memperbaiki tata kelola rawa gambut melalui partisipasi aktif pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta, masyarakat di tingkat tapak, lembaga swadaya masyarakat," katanya.

Penelitian Bersama untuk Edukasi dan Peningkatan Kapasitas

Herry Purnomo dan Haris Gunawan sepakat bahwa edukasi dan peningkatan kapasitas masyarakat adalah ujung tombak penanganan kebakaran hutan dan lahan di tingkat tapak.

Pelibatan 10 perwakilan masyarakat sebagai duta desa dalam sesi paralel pelatihan partisipatif, menurut Haris Gunawan merupakan investasi sosial dari FORSIBU yang ditujukan sebagai perluasan edukasi tentang pentingnya ekosistem rawa gambut dan penguatan modal sosial bagi penghidupan masyakarat di berbagai desa di Provinsi Riau.

CIFOR berkolaborasi dengan Pusat Studi Bencana LPPM Universitas Riau sedang melakukan riset ekonomi politik kebakaran hutan dan lahan yang meliputi analisis penyebab kebakaran hutan dan lahan dari hulu ke hilir, dampak bencana asap terhadap lingkungan, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan perubahan iklim serta penguatan kapasitas pencegahan kebakaran hutan dan lahan di tingkat tapak hingga kebijakan.

"Hasil riset tersebut akan kami distribusikan untuk penguatan aksi semua pihak," kata Herry seraya menerangkan hasil riset ini nantinya dapat digunakan oleh FORSIBU sebagai materi edukasi dan komunikasi.

Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, konservasi lingkungan dan kesetaraan melalui penelitian yang membantu membentuk kebijakan dan praktik kehutanan di negara berkembang. CIFOR adalah anggota Konsorsium CGIAR. Kantor pusat kami berada di Bogor, dengan kantor wilayah di Asia, Afrika dan Amerika Latin