Tembilahan, Riau, (Antarariau.com) - Sebanyak lima perusahaan yang bergerak dibidang komoditas kelapa dan turunannya telah berdiri dan menanamkan modal di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
"Kalau dilihat dari hasil produknya, maka saya boleh membanggakan. Karena tidak ada produk yang dihasilkan oleh lima perusahaan besar di Inhil yang memakai bahan baku kelapa dari daerah setempat," papar Bupati Inhil, Muhammad Wardan di Tembilahan, Riau, Senin.
Dia jelaskan, perusahaan yang pertama berdiri yakni PT Pulau Sambu yang berada di Desa Kuala Enok, Kecamatan Enok, Inhil memproduksi minyak kelapa dan pelet bungkil kelapa. PT Pulau Sambu di Sungai Guntung, Inhil memproduksi minyak kelapa, santan kelapa, air kelapa dalam kemasan dan kelapa parut kering.
Lalu PT Riau Sakti United Plantation di Pulau Burung, Inhil memiliki kebun sendiri seluas 7.679,2 hektare yang memproduksi minyak kelapa, santan kelapa, kelapa parut kering dan memperkerjakan karyawan lebih dari 6.000 orang.
"Ketiga grup perusahaan Pulau Sambu ini membutuhkan sekitar dua sampai tiga juta butir per hari. Kalau kita dengar air minum kelapa dalam kemasan "Hidrococo", itu sebenarnya di produksi oleh PT Pulau Sambu di Sungai Guntung, tapi mereka belum mencantumkan tulisan Inhil pada kemasan," terangnya.
Kemudian PT Kokonako di Pulau Palas, Inhil yang memproduksi minyak kelapa, kelapa parut kering, pelet bungkil kelapa dan PT Inhil Sarimas Kelapa di Sungai Gantang memproduksi minyak kelapa, santan kelapa, air kelapa dalam kemasan, tepung kelapa, karbon aktif tempurung kelapa, serat sabut kelapa serta pelet bungkil kelapa.
"Inhil Sarimas Kelapa ini karyawannya mecapai 3.000 orang dengan mesin terpasang membutuhkan kelapa sebanyak dua juta butir per hari, namun rata-rata baru mencapai 800 ribu sampai satu juta butir kelapa per hari," katanya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2014 menyebutkan, daerah tersebut memiliki 594.202 hektare yang berisi delapan komoditas hasil perkebunan. Dua diantaranya merupakan kelapa baik kelapa dalam 391.745 hektare atau 65,92 persen dan kelapa hibrida 37.365 hektare atau 6,28 persen.
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Inhil, Junaidi menyatakan para petani kelapa di daerah tersebut sedang menghadapi permasalahan yang serius yakin kebun kelapa milik masyarakat setempat dalam kondisi rusak parah dengan jumlah mencapai 100 hektare.
Dia mengatakan, diperkirakan pantai di Inhil yang telah rusak akibat intrusi air laut mencapai 1.500 kilometer dengan alat berat yang dikerahkan pemerintah daerah hanya berjumlah 5 unit eskavator dinilai belum mampu mengatasi masalah yang mendera petani kelapa.
"Alat berat hanya bisa menyelesaikan masalah dalam jangka waktu pendek. Sedangkan dalam jangka waktu panjang, diperlukan tanggul yang permanen kerusakan 100 hektare dari total 429.110 ha lahan kelapa yang 80 persen diantaranya milik petani," ucapnya. (Adv)