Pemprov Riau Dorong Pembangunan Pembangkit Listrik Biomassa

id pemprov riau, dorong pembangunan, pembangkit listrik biomassa

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mendorong pembangunan pembangkit listrik tenaga biomassa untuk mengatasi kekurangan pasokan tenaga listrik di daerah itu terutama pada saat beban puncak.

"Total kebutuhan tenaga listrik di daerah ini sekitar 592 MW, kapasitas pembangkit yang terpasang di Riau cuma 315 MW atau kurang 277 MW, sedangkan elektrifikasi baru 61 persen dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 14 persen per tahun," kata Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman di Pekanbaru, Kamis.

Menurut dia, dengan kondisi seperti itu, Pemprov Riau sangat mengharapkan pemerintah pusat yang telah merencanakan pembangunan pembangkit listrik baru sekitar 35.000 MW dapat segera merealisasikannya.

Selain itu, Pemprov Riau tetap akan memanfaatkan sumber-sumber yang bisa dijadikan untuk memproduksi tenaga listrik seperti energi terbarukan yang dihasilkan dari limbah pabrik kelapa sawit atau biomassa yang sudah pernah disampaikan ke Presiden Joko Widodo.

"Saat ini, jumlah pabrik kelapa sawit lebih dari 185 unit. Biomassa dari pabrik ini akan kita manfaatkan untuk memproduksi listrik, terutama memanfaatkan limbah cairnya," ucapnya.

Menurut dia, apa yang telah dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara V serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau pada tahun 2014 patut dicontoh.

"Misalnya ada 30 ton limbah cair pabrik kelapa sawit bisa memproduksi listrik satu MW. Kalau misalnya ada 100 pabrik kelapa sawit aktif, maka sudah 100 MW bisa dihasilkan. Kita bisa bantu untuk listrik penerangan bagi masyarakat di Riau," katanya.

Pada 2014, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat itu Susilo Siswoutomo meresmikan proyek percontohan pemanfaatan limbah cair sawit untuk pembangkit listrik perdesaan berkapasitas satu MW di Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu.

"Pembangkit biogas ini untuk mengalirkan listrik bagi 1.050 keluarga warga Desa Rantau Sakti, Rokan Hulu, yang hingga kini belum mendapat aliran listrik," kata Susilo alam sambutannya di lokasi pembangkit listrik perdesaan pertama yang menggunakan limbah cair sawit tersebut.

Ia menjelaskan kelebihan pembangkit berbasis limbah cair sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) antara lain pengoperasiannya lebih murah dibandingkan dengan pembangkit bahan bakar minyak (genset diesel atau PLTD).

Potensi penghematan pengalihan pembangkit diesel ke biogas dengan kapasitas satu MW rata-rata mencapai Rp1,6 miliar per bulan atau Rp19,25 miliar per tahun.

Selain itu, pemerintah sedang menyusun regulasi dan insentif melalui mekanisme "feed in tariff" agar harga listrik dari pembangkit energi baru dan terbarukan lebih kompetitif.

"Apalagi di Kabupaten Rokan Hulu saja terdapat 29 pabrik kelapa sawit," katanya.

Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Rida Mulyana mengungkapkan proyek percontohan pembangkit biogas di Rokan Hulu, Riau dibangun menggunakan dana APBN Kementerian ESDM dengan nilai kontrak sebesar Rp28 miliar.

Pembangkit listrik itu memanfaatkan gas metana yang dihasilkan oleh POME. Limbah diolah dalam suatu bak raksasa yang dinamakan "anaerobic baffled reactor" yang ditutup dengan membran sehingga gas metana yang dikeluarkan bisa terperangkap.

"Kemudian gas ini dialirkan untuk dimurnikan menjadi bahan bakar bagi mesin pembangkit listrik yang dapat menghasilkan listrik untuk kebutuhan masyarakat," ucapnya. (Advertorial)