Universitas Riau Diharapkan Pusat Studi Bencana Asap

id universitas riau, diharapkan pusat, studi bencana asap

Universitas Riau Diharapkan Pusat Studi Bencana Asap

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak Universitas Riau untuk membuka pusat studi bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan yang bisa dijadikan acuan dalam penanggulangan bencana tersebut di Provinsi Riau dan daerah lain di Indonesia.

"Tantangan bagi perguruan tinggi adalah membangun kapasitas dengan adanya pusat studi bencana di perguruan tinggi yang nantinya akan saling bersinergi, kolaborasi dan tidak tumpang tindih," kata Deputi Penanganan Darurat BNPB Tri Budiarto, pada kuliah terbuka di Universitas Riau (UR), di Pekanbaru, Senin.

Ia mengatakan, BNPB berharap ada 12 universitas di Indonesia yang bisa membuka pusat studi bencana. Contohnya, seperti UGM di Yogyakarta menjadi pusat studi bencana gunung api dan geospasial, ITB di Bandung dengan pusat studi gempa bumi dan tektonik aktif, dan Unsyiah di Aceh untuk pusat studi tsunami.

Ia berharap hasil riset pusat studi UR terkait bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan bisa menjadi acuan dalam pengambilan keputusan di tingkat pemerintah pusat dan daerah. Hasil riset tersebut juga perlu mendapat penghargaan dan perhatian dari pemerintah karena tantangan dari riset kebencanaan diakuinya masih ada dari internal kampus.

"Jangan sampai perguruan tinggi dan lembaga riset seperti menara gading. Asyik dengan sendirinya dan tidak menyentuh kebutuhan riil dalam penanganan bencana," ujarnya.

Selain itu, ia juga mengakui belum banyak hasil riset dijadikan acuan oleh pemerintah sebagai "stakeholders" dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.

"Seperti dikatakan oleh Kepala Pusat Studi Bencana UGM, bahwa rekomendasi riset sudah diberikan ilmuwan dan perguruan tinggi. Namun eksekusinya lemah sehingga bencana di mana-mana," ujarnya.

Ia berharap, pusat studi bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan di Universitas Riau bisa menghasilkan kajian ilmiah yang juga mengakomodir kearifan lokal (local wisdom) masyarakat setempat. "Penanggulangan bencana selayaknya berazaskan iptek dan menghargai budaya lokal," katanya.

Kearifan lokal dinilai penting dalam penanggulangan bencana karena masyarakat tradisional di seluruh dunia telah mengenal dan menggunakan cara-cara tradisional yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam mempersiapkan diri, melakukan upaya, bertindak dan merespon bencana alam, bahkan sebelum mereka mengenal sistem-sistem peringatan dini berbasis teknologi tinggi atau prosedur operasional standar dalam tanggap darurat.