Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sebanyak 150 perempuan nelayan dan nelayan antusias mengikuti pelatihan pengolahan mangrove yang diselenggarakan oleh KIARA bekerja sama dengan kelompok nelayan tani Indonesia (KNTI) Langkat di Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat.
"Kegiatan bertajuk menyelamatkan mangrove, keluarga nelayan tuai kesejahteraan, ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Bumi 2014," kata Rahimah, Koordinator Perempuan Nelayan Desa Perlis, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) dalam surat elektroniknya diterima Antara Riau, Selasa.
Menurut dia, selain pelatihan masyarakat nelayan juga akan menanam 15.000 bibit mangrove di Register 8/L Desa Lubuk Kertang pada Kamis (24/04).
Ia mengatakan, gotong-royong menyelamatkan hutan mangrove yang dilakukan oleh masyarakat nelayan dan perempuan nelayan tiga kecamatan, yakni Babalan, Sei Lepan dan Brandan Barat, di Langkat, Sumatera Utara, menguntungkan masyarakat.
"Penghasilan nelayan tradisional meningkat dari Rp500.000 per bulan menjadi Rp2.500.000 per bulan," katanya.
Ia menyebutkan, sebanyak 15.000 jiwa yang tersebar di 8 desa/kelurahan, yakni Perlis, Lubuk Kasih, Kelantan, Pangkalan Batu, Brandan Barat, Sei Bilah dan Teluk Meku, kini turut aktif merehabilitasi hutan mangrove yang sebelumnya dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Dari jumlah tersebut sebanyak 4.500 jiwa berprofesi sebagai nelayan. Lokasi hutan mangrove yang mereka selamatkan berada di Register 8/L Kecamatan Brandan Barat.
"Masyarakat pesisir tiga kecamatan di atas telah menyelamatkan kawasan ekosistem mangrove seluas 1.200 hektare yang sebelumnya dikonversi untuk perkebunan kelapa sawit oleh UD Harapan Sawita dan berhasil merehabilitasi sedikitnya 525 hektare," katanya.
Selain itu, lahan seluas 292 hektare di kawasan hutan mangrove telah dikembalikan fungsinya setelah sebelumnya dikonversi untuk perkebunan kelapa sawit oleh PT Pelita Nusantara Sejahtera sejak tahun 2009.
Ia menjelaskan, bahwa keberhasilan yang telah dicapai oleh masyarakat nelayan dan perempuan nelayan di atas bukan tanpa halangan. Perusahaan sawit terus berupaya untuk meluluhlantakkan inisiatif masyarakat tersebut.
"Oleh karena itu, selain melakukan rehabilitasi mangrove dan mendorong penegakan hukum, KIARA bersama KNTI memperkuat kapasitas masyarakat untuk mengolah mangrove menjadi aneka produk ekonomi, seperti makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik," katanya.