Peparnas Riau, 'di bawah matahari tidak ada yang sempurna'

id peparnas riau, di bawah, matahari tidak, ada yang sempurna

Peparnas Riau, 'di bawah matahari tidak ada yang sempurna'

Gemerlap lampu seakan menari, bergoyang sesuai dengan irama yang dilantunkan pada acara pembukaan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV 2012 di Stadion Kaharuddin Nasution, Rumbai, Pekanbaru, Riau, Minggu (7/10) malam.

Tarian tradisional mengawali acara yang dihadiri langsung oleh Wakil Presiden RI Boediono beserta Menteri Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Malarangeng serta Gubernur Riau HM Rusli Zainal.

Malam itu, langit terlihat cerah meski tanpa gemerlap bintang dan sinaran sempurna sang rembulan di angkasa raya. Puluhan orang kalangan remaja pria dan wanita berpakaian adat malayu asyik dengan peragaan seni tari tradisional khas, mengikuti dentuman gendang disertai tiupan seruling nan' aduhai.

Lenggak-lenggok bagai layang-layang yang mengudara dengan bingkai nyanyian yang merdu dari suara-suara melayu, sebuah adat yang menjunjung tinggi budaya, rasa kebersamaan dan agama.

Sementara di tengah hadiri, Wapres dan para Menteri beserta Gubernur Riau tampak tersenyum manis menyaksikan pertunjukan sederhana itu.

Sambutan tepuk tangan tak luput, turut menyemarakkan tari persembahan kawula muda asal "Bumi Melayu Lancang Kuning" yang terus berlenggang indah dengan membawa perlengkapan khas berhias lampu, terajut dalam bingkai menawan.

Tari persembahan yang dibawakan para seniman muda pada pembukaan Peparnas XIV 2012 kali ini mengankat tema "Di Bawah Matahari Tidak Ada Yang Sempurna".

Sebuah kalimat yang memiliki 'seribu' makna tentang kehidupan manusia, "manusia selalu saja merasa kekurangan dan selalu banyak kekurangan."

"Sementara mereka (manusia) yang sesungguhnya memiliki kekurangan, justru melekat kelebihan yang sempurna," ungkapan pepatah bijak.

"Di Bawah Matahari Tidak Ada Yang Sempurna", sebuah nasehat yang melekat untuk membangkitkan semangat olahraga nasional. Ketidaksempurnaan fisik paralimpian, bukan harus menjadi penghambat untuk mampu mengukir prestasi, bahkan menjadi inspirator sekaligus imajinasion yang tangguh.

Hal itu dibuktikan, walau hanya dengan 'bingkai' kesederhanaan pada acara pembukaan iven olahraga bagi kalangan ini, tidak lantas mengurangi antusiasme warga untuk menyaksikan sang inspirator.

Berbeda hal dengan pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 pada 11 September yang penuh dengan kemeriaan kembang api, bahkan mendatangkan sederetan artis dan penyanyi papan atas, namun antusiasme warga untuk menyaksikannya, dirasa masih cukup kalah.

Pembukaan iven paralimpian yang hanya menyajikan pertunjukan tari seni budaya serta penyanyi dan grup band lokal, bahkan hanya ada penyalaan kembang api "melempem", namun pengunjung tampak begitu antusias, memadati sejumlah kursi yang tersedia pada tribun stadion.

Suasana gegap-gempita bercampur haru mewarnai saat para atlet Peparnas yang ketika itu melintas mengelilingi lapangan sepak bola di dalam stadion.

Ribuan pengunjung yang memadati kursi tiap sudut tribun melambaikan tangan ke arah para atlet penyandang cacat ini sambil bersorak, "hidup Kalimantan Barat", ayo Papua, Jawa Barat, Sumbar, Bengkulu (dst-nya)."

Antusiasme pun begitu membludak ketika kontingen Riau mengambil bagian untuk berkeliling di lokasi yang sama, "hidup Riau, bangkit, ayo menang, kapan lagi."

Peparnas XIV 2012 di Riau diikuti oleh sebanyak 1.422 atlet dan 733 ofisial serta memperebutkan sebanyak 1.334 medali, terdiri dari 424 emas, 424 perak, dan 486 medali perunggu.

Iven paralimpian itu juga mempertandingkan sebanyak 11 cabang olahraga, terdiri dari angkat berat, boling, panahan, atletik, bulutangkis, catur, futsal, tenis lapangan kursi roda, renang, tenis meja serta bola voli duduk.

Nilai Kemanusiaan

Wakil Presiden Boediono lewat pidatonya di acara pembukaan acara itu menyatakan, Peparnas bukan hanya menyuguhkan pertandingan-pertandingan olahraga tapi juga memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi.

Menurut Boediono, ada tiga nilai yang ada di Peparnas kali ini, dimana yang pertama adalah penyelenggaraan yang menjunjung nilai persatuan dan kesatuan serta persaudaraan di antara paralimpian seluruh Indonesia.

Kemudian nilai perjuangan yang ada di dalam diri paralimpian dimana para atlet, dengan segala kekurangan fisik, tidak pernah menyerah dalam kehidupan.

Selanjutnya yakni terkandung juga nilai kejujuran, sportifitas, yang dianut dalam olahraga sehingga menjadi ajang pemersatu bangsa.

"Dari sejumlah nilai tersebut saya meras salut dengan perjuangan anda (paralimpian). Anda adalah orang-orang yang berhasil melewati kehidupan dengan perjuangan yang tinggi," katanya.

Boediono juga memuji Porvinsi Riau yang sebelumnya dipandang telah sukses pada menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII yang berakhir sejak 20 September 2012.

"Sangat diharapkan, kesuksesan PON dapat terulang pada Peparnas kali ini," katanya.

Boediono dalam pidatonya juga menyatakan apresiasi untuk keramahan masyarakat Riau. "Saya sangat mengapresiasi masyarakat Riau, khususnya Pekanbaru yang begitu ramah dalam menyambut paralimpian yang akan berlaga di Peparnas kali ini," kata Wapres.

Wapres Boediono juga mengharapkan keramahan warga Riau dapat dikenang oleh paralimpian luar daerah dan dapat menjadi percontohan bagi Peparnas berikutnya.

Ia mengatakan, Peparnas bukan sekedar ajang olahraga nasional, namun juga ajang untuk memperkokoh persaudaraan sesama warga negara Indonesia.

Peparnas menurut Wapres juga merupakan ajang penyemangat dan pemersatu bangsa yang harus mendapat perhatian dari berbagai pihak.

"Diharapkan, setelah pelaksanaan Peparnas di Riau ini, bangsa Indonesia dapat lebih maju dari berbagai bidang termasuk olahraga," katanya.

Semoga, "kesempurnaan masih ada di bawah matahari."

Merasa Bangga

Gubernur Riau Rusli Zainal juga dalam pidatonya di acara yang sama menyatakan bangga karena daerahnya dipercaya sebagai pelaksana dua event nasional, setelah bulan lalu menjadi pelaksana PON XVIII, kini diliran Peparnas XIV.

Selain itu, Rusli juga mengharapkan pada pelaksanaan Peparnas di wilayahnya, para atlet menjadi inspirator yang tangguh dengan mampu mengukir prestasi lebih dari yang sebelum-sebelumnya.

"Harapan saya, paralimpian dapat mengukir prestasi dengan memecahkan rekor nasional ataupun internasional," katanya.

Orang nomor satu di "Negeri (bukan negara) Kaya Minyak" ini juga mengharapkan, berbagai iven olahraga yang telah maupun yang akan diselenggarakan mendatang, dapat menjadi ajang promosi positif bagi Riau.

Kamudian, lanjutnya, iven-iven seperti ini juga dapat membangkitkan gairah perekonomian rakyat dan daerah yang tentunya harus jeli mengambil momen.

Riau menurut Rusli, kedepan diharapkan juga akan mampu memberikan yang terbaik bagi rakyat dan bangsa ini.

"Kebangkitan ekonomi juga menjadi fokus utama kami sebagai pemerintah dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Untuk itu pula, sangat diharapkan, Peparnas dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian di daerah ini," katanya.

Semoga "di bawah matahari masih ada yang sempurna."

Karakter Bangsa

Dikesempatan terpisah, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tono Suratman mengatakan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) yang diikuti oleh ribuan paralimpian merupakan ajang dalam membangun karakter bangsa.

"Untuk itu saya berharap pemerintah baik pusat maupun di daerah dapat memberikan apresiasi bagi kalangan ini untuk mampu mengukir prestasi yang membanggakan," katanya.

Ia menjelaskan, bidang olahraga merupakan sektor yang harus sangat diperhatikan termasuk pada Peparnas XIV 2012 di Riau.

"Hal ini sangatlah penting untuk pemersatu bangsa dan memberikan pada karakter anak bangsa. Seperti yang kita lihat dalam beberapa hari terakhir, tawuran remaja dimana-mana bahkan hingga menimbulkan korban jiwa," katanya.

Hal itu menurut dia terjadi karena beberapa faktor, salah satunya yakni minimnya sarana dan prasarana olahraga tempat mereka para kawula muda bercurahkan bakat dan kegiatan dalam keseharian.

Namun itu saja kata Tono juga sebenarnya tidak cukup, dan harus juga dilengkapi dengan upaya pemerintah dalam pengarahan kalangan remaja penerus bangsa bagaimana agar mau mencurahkan waktu luangnya untuk berolahraga.

"Jangan diberikan cela untuk mereka (pelajar/remaja) membuka jaringan dengan cara-cara yang negatif, pergaulan yang menyalah dan lainnya yang negatif," katanya.

Siasatnya, demikian Tono, yakni setiap daerah di berbagai provinsi yang ada di Indonesia juga harus menyiapkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk membangun sarana dan prasarana olahraga dengan optimal.

Hal tersebut menurut dia, sebaiknya juga dilakukan tidak hanya pada waktu pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) atau Peparnas, namun setiap tahunnya secara rutin dan terus menerus.

"Karena untuk membangun karakter bangsa melalui generasi penerus bangsa melalui bidang olahraga, harus dilakukan dengan upaya yang optimal. Termasuk dalam penganggaran setiap tahunnya," katanya.

Tidak hanya sarana dan prasarana olahraga umum, kata dia, namun juga setiap sekolah juga sebaiknya diwajibkan untuk memiliki sarana dan prasarana olahraga yang memadai.

"Jika hal demikian terlaksana, maka selain bangsa yang berkarakter, bangsa ini juga akan mampu menghasilkan para olahragawan yang andal. Siap berlaga di iven-iven tidak hanya nasional, namun juga internasional," katanya.

Namun tetap saja "di bawah matahari tidak ada yang sempurna". ***3*** (T.KR-FZR)