Seoul (ANTARA) - Militer Korea Selatan mencatat klaster penularan COVID-19 terbesar ketika lebih dari 80 persen awak kapal perang yang sedang bertugas di Teluk Aden positif terinfeksi virus corona.
Meski klaster itu tidak berkaitan dengan infeksi baru di dalam negeri --karena kapal itu telah meninggalkan Korsel untuk memulai misinya pada Februari-- penambahan 247 kasus telah menekan negara itu, yang mencatat penambahan 1.252 kasus pada Minggu.
Baca juga: Mantap, Korsel kirim konsentrator oksigen, ventilator ke Indonesia
Kepala Staf Gabungan pada Senin mengatakan bahwa hanya 50 dari 301 personel kapal perang itu yang menunjukkan hasil tes negatif saat wabah pertama kali dilaporkan pada 15 Juli.
Otoritas telah memulai operasi untuk memulangkan semua awak dan sebuah tim pengganti telah dikerahkan ke lokasi untuk membawa pulang kapal tersebut.
Korsel selama ini dianggap lebih baik daripada negara-negara maju lain dalam hal jumlah kasus dan kematian. Namun, angka yang tercatat pada Minggu menunjukkan bahwa negara itu telah mencatat lebih dari 1.100 kasus baru sehari selama hampir dua pekan ketika lonjakan kasus dipicu varian Delta yang sangat menular.
Baca juga: Red Velvet disinggung dalam lagunya, musisi asal Korsel Ravi minta maaf
Sejauh ini Korsel mencatat 179.203 kasus dan 2.058 kematian. Sekitar 31,4 persen dari 52 juta populasinya telah menerima sedikitnya satu dosis vaksin, sementara 12,7 persen lainnya telah divaksin secara penuh.
Berkat vaksinasi besar-besaran pada penduduk lansia dan yang rentan, lonjakan jumlah kasus belum diikuti dengan kenaikan signifikan pada jumlah kasus yang dirawat atau meninggal. Pada Minggu, tingkat kematian hanya 1,15 persen dan kasus yang dirawat berjumlah 185 orang.
Mengutip sumber militer, kantor berita Yonhap melaporkan tak satu pun awak kapal perang tersebut mengalami sakit parah, meski pun seorang awak telah memperlihatkan kondisi kesehatan yang memerlukan observasi lebih lanjut.
Kementerian pertahanan mengatakan belum ada satu pun awak di kapal itu yang telah divaksin COVID-19 karena mereka meninggalkan Korsel pada Februari, sebelum program vaksinasi dimulai bagi personel militer.
Baca juga: Amerika Serikat, Jepang dan Korsel atur pertemuan para menlu pada Mei
Sumber: Reuters