Jakarta (ANTARA) - Virus corona varian Delta atau B1617.2 bisa dihadapi secara efektif dengan merek vaksin COVID-19 yang akhir-akhir ini digunakan di Indonesia, kata vaksinolog dan spesialis penyakit dalam dr Dirga Sakti Rambe dalam webinar kesehatan, Kamis.
Program vaksinasi untuk umum berusia di atas 18 tahun menggunakan vaksin merek AstraZeneca, namun orang-orang yang sudah mendapat dosis pertama dengan merek lain pada April atau Mei akan diberikan vaksin merek sama ketika mendapatkan dosis kedua.
Baca juga: Stok vaksin COVID-19 menipis, Pekanbaru hanya layani penyuntikan II
"Ada tiga merek vaksin di Indonesia, merek yang akhir-akhir ini digunakan efektif terhadap varian Delta. Merek vaksin awal yang digunakan di Indonesia belum ada laporan (efektivitas terhadap varian Delta)," kata anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dia menegaskan, vaksin COVID-19 di Indonesia efektif dalam mencegah seseorang mengalami gejala-gejala sakit berat ketika terinfeksi virus, tapi bukan berarti mendapatkan vaksin berarti sudah kebal 100 persen dari penyakit. Semua orang yang sudah divaksin masih bisa terkena COVID-19 atau menularkan virus, namun karena sudah memiliki antibodi, penyakit yang dialami tidak berat.
"Beberapa mutasi menunjukkan vaksin jadi kurang efektif, tapi secara umum masih efektif. Tugas kita untuk mencegah virus bermutasi adalah menekan penularan, agar penularannya terhenti," kata dia.
Dirga mengingatkan, vaksinasi tidak boleh membuat orang-orang menjadi lengah. Protokol kesehatan dan prinsip 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak tetap harus dipatuhi.
"Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif, bukan berarti divaksin lalu bebas kumpul-kumpul," jelas dia.
Otoritas terkait masih menelusuri asal mula kemunculan varian Delta (B 1617.2) yang banyak ditemukan di daerah Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan, Jawa Timur, kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam keterangan resmi, Rabu (16/6).
Untuk memetakan persebaran virus ini, penelitian masih dilakukan melalui metode Whole Genome Sequencing (WGS) atau surveilans meski belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Varian baru dari suatu virus muncul karena upaya virus untuk bertahan hidup. Proses mutasinya akan berlangsung terus-menerus apabila potensi penularan tersedia.
Oleh karena itu, jika penularan masih terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat, maka peluang virus untuk bermutasi masih ada.
Agar tercipta kekebalan komunal di Indonesia, sebanyak 181,5 juta rakyat harus mendapatkan vaksin COVID-19 atau 70 persen dari total penduduk.
Baca juga: Kepala bantuan PBB kecam G7 yang gagal rencanakan untuk memvaksin dunia terhadap COVID-19
Baca juga: Polresta Pekanbaru gelar vaksin COVID-19 untuk 150 santri
Pewarta: Nanien Yuniar
Berita Lainnya
Menag akan batasi perjalanan dinas seluruh jajarannya
15 November 2024 17:12 WIB
PLN dorong mahasiswa perguruan tinggi di Riau berinovasi kembangkan teknologi kendaraan listrik
15 November 2024 16:49 WIB
Rasa autentik rempah khas Indonesia di Vientiane, Laos
15 November 2024 16:15 WIB
Presiden Prabowo sampaikan tekad Indonesia lakukan hilirisasi sumber daya
15 November 2024 15:25 WIB
Reses DPD RI ke Riau, harapkan BRK Syariah terus berkontribusi bagi masyarakat
15 November 2024 14:58 WIB
Erupsi Gunung Lewotobi, 29.323 penumpang di Soetta batal terbang
15 November 2024 14:42 WIB
PPN 12 persen, ekonom minta pemerintah agar buat kebijakan pro daya beli
15 November 2024 14:16 WIB
Dekranasda Riau gelar lomba motif tenun dan batik khas Riau, ini pesan Zuliana Rahman Hadi
15 November 2024 14:10 WIB