Animo Garuda Muda, dari makian hingga kerusuhan

id animo garuda, muda dari, makian hingga kerusuhan

Animo Garuda Muda, dari makian hingga kerusuhan

Gemuruh teriakan dari puluhan ribu manusia menggetarkan sebuah bangunan bertekstur bundar itu. Sebuah lagu kebangsaan "Indonesia Raya" menjadi tanda dimulainya laga pertandingan sepak bola di stadion megah kebanggan masyarakat dan Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Riau, Kamis (12/7) malam.

Pada tiap kursi yang berada diseluruh tribun stadion, tampah penuh meluap, dipadati lebih 35 ribu pendukung Timnas Garuda Muda.

Antusiasme para pecinta bola Tanah Air ini tampak "meluber" ketika pasukan merah putih berlaga diajang babak kualifikasi Piala Asia (AFC) U-22, berjuang untuk meraih kemenangan atas tim kuat "Negeri Sakura", Jepang.

Menit pertandingan menunjukan angka 00.01, bertanda pertandingan beru saja dimulai dan masih menyisahkan banyak luang waktu untuk merubah situasi dilapangan. Ragam teriakan terus mengalir seiring dengan nada-nada seirama mendukung pasukan Garuda Muda yang diharapkan tampil maksimal pada laga keempat babak kualifikasi Piala Asia Grup E.

Mulai dari lagu kebangsaan Indonesia Raya diawal pertandingan, hingga lagu berirama "Maju Ayo Maju" dan "Garuda di Dadaku" terus bergema diiringi dengan tiupan trompet dan drumband yang beralun seirama. Mengiringi perjuangan Garuda Muda yang ketika itu bermain dengan sangat agresif.

Waktu pertandingan memasuki menit ke 29.00, pertandingan masih imbang tanpa gol. Teriakan mendukung Andik Vermansah dan kawan-kawan di lapangan hijau terus bergemuruh. Hingga memsuki menit 30.00 waktu pertandingan, sebuah gol dari pemain Jepang bernomor punggung 9, Kubo, menggetarkan gawang Indonesia, sekaligus merubah skor manjadi 0-1 untuk kemenangan Jepang. Kondisi itu sempat membuat puluhan ribu suporter sempat terdiam sejenak.

Namun pertandingan belum berakhir. Ketika itu, semangat Garuda Muda dibawah asuhan Pelatih Aji Santoso dan Asisten Pelatih Widodo C Putro serta Liestiadi kian membara. Bermain habis-habisan dengan tenaga ekstra, berusaha mengimbangi permainan Timnas Muda Jepang yang juga kian ngotot.

Keinginan yang kuat, membuat pasukan muda ini terus berusaha menciptakan gol demi gol untuk mengejar ketertinggalan yang kala itu terpampang di median bahwa skor masih 0-1 untuk kemenangan "Negeri Sakura".

Seiring perjuangan ditengah arena pertandingan, lebih dari 35 ribu suporter untuk Garuda Muda tidak henti-henti memberikan dukungan, bersorak meriah menyemangati para pejuang lapangan hijau itu.

Terlebih ketika penguasaan si kulit bundar berada di kaki-kaki para pejuang muda Indonesia. Gemuruh dukungan seakan menggetarkan bangunan megah bertekstur minimalis akibat belum selesai seratus persen itu.

Makian

Namun teriakan mendukung berubah menjadi makian untuk sang wasit pertandingan, Than Hai (China), kala gol kedua pasukan Jepang yang dilatih Kawaguchi Naoki kembali bersarang di jaring gawang Indonesia Muda yang kala itu dijaga Muhammad Ridwan, pemain bernomor punggung 1.

Kata makian untuk wasit yang dianggap berpihak dan kurang menteliti tiap insiden yang terjadi di lapangan hijau.

Perkataan tidak sedap tersebut bahkan dilontarkan secara bersama juga diiringi dengan irama senada yang bergema diantara puluhan ribu penonton pertandingan itu.

Tertinggal dua gol dalam laga lanjutan kualifikasi Piala Asia U-22 itu, membuat suasana stadion kian memanas. Teriakan-teriakan sebuah makian untuk para pemain Jepang dan wasit pemimpin pertandingan terus saja didungungkan puluhan ribu suporter hingga 45 menit babak pertama usai.

Memasuki babak kedua setelah wasit Than Hai meluit tanda dimulainya pertandingan, laga dilapangan hijau pun turut kian memanas. Berbagai insiden pelanggaran sempat terjadi dan membuahkan kartu kuning untuk kedua tim.

Baru pada menit ke 56, terjadi pelanggaran di dalam kotak pinalti Jepang yang akhirnya membuahkan tendangan pinalti untuk Garuda Muda.

Syaful Indra Cahya selaku eksekutor, berhasil melepaskan tendangannya dengan baik hingga si kulit bundar bersarang dijaring sebelah kiri gawang Timnas Jepang.

Gol balasan Timnas Indonesia itu merubah skor sementara menjadi 1-2. Hal ini kemudian mampu merangsang para suporter kembali berteriak positif, mendukung Garuda Muda untuk terus mampu mengimbangi permainan "Negeri Sakura" yang ketika itu memang tampil gemilang.

Garuda Muda terus tertekan dengan pola permainan cepat yang diperagakan para pemain Jepang. Alhasil, gol ketiga sekaligus menambah jarak ketertinggal Indonesia atas Jepang kembali terjadi lewat kaki penyerang Kubo.

Gol ketiga Jepang tersebut menjadi pukulan berat bagi Garuda Muda yang terus mengalami pemerosotan agresifitas drastis. Pola permainan menjadi tidak menentu hingga pemain Jepang memanfaatkannya untuk menambah gol kembali lewat kaki Kubo di menit ke 90.

Luapan Emosi

Gol keempat Jepang, kembali menyulut emosi puluhan ribu suporter yang ketika itu tampak kian meluap. Teriakan-teriakan makian berubah menjelma jadi amukan yang luar biasa. Ratusan botol air mineral berterbangan dari arah suporter Garuda Muda mengarah ke tengah lapangan pertandingan.

Aparat kepolisian beserta pihak panitia seakan tidak mampu mengatasi luapan emosional pendukung Timnas Indonesia itu.

Amukan suporter itu tidak lantas menghentikan pertandingan di tengah lapangan hijau. Entah karena merasa terancam keselamatannya, atau bahkan kepanikan yang luar biasa oleh para Garuda Muda, Timnas Jepang justru melesapkan gol kelimanya lewat kaki Suzuki Ryuga.

Melihat kegagalan mutlak Timnas Garuda Muda, amarah puluhan ribu suporter kian saja membeludak. Lemparang botol-botol sisa air mineral terus saja terjadi hingga mengenai sesama penonton, bahkan petugas keamanan dan beberapa pemain.

Kekacauan ini sangat disayangkan oleh berbagai pihak. Khususnya tim tamu yang menganggap aksi lempar botol yang dilakukan para pendukung Indonesia adalah tindakan yang memalukan.

Kejadian ini bukanlah yeng pertama kali terjadi selama diselenggarakannya pertandingan babak kualifikasi Piala Asia (AFC) U-22. Sebelumnya, saat menghadapi tim kuat Australia, amukan suporter Garuda Muda juga sempat meluap. Antusiame yang kian besar berubah menjadi amukan ketika dilaga itu, Indonesia juga menelan kekalahan tipis, 0-1.

Tidak ada yang mau disalahkan atas kerusuhan ini. Setidaknya, semua pihak dapat berkaca, hal-hal kerusuhan seperti ini justru akan mencoreng mrtabat bangsa ini. Terlebih pentas pertandingan yang dilaksanakan merupakan ajang internasional.

Jangan samapai, amukan dan kekecewaan sesaat membuat martabat bangsa ini kian terperosok. Semua pihak, mulai dari penyelenggara, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) hingga aparat kepolisian dan masyarakat, sebaiknya mengintropeksi dan berkaca di "cermin" masa depan.

Meratapi, akan jadi apa bangsa ini jika setiap perhelatan nasional maupun internasional selalu saja diakhiri dengan kerusuhan.

Sepak Bola Tanah Air tidak hanya membutuhkan dukungan suporter saja, namun juga kerjasama semua pihak, khususnya pemerintah dan PSSI untuk menentukan arah masa depan yang positif.

Maju terus Garu Muda ku, kembangkan sayap mu untuk menjadi Garuda Dewasa yang sangar di lapangan hijau. Kesampingkan konflik yang ada dan berfikirlah untuk prestasi guna pemulihan citra bangsa ini.

***3***

(T.KR-FZR)