Siak (ANTARA) - Setiap tanggal 21 April selalu diperingati dengan Hari Kartini. Raden Ajeng Kartini adalah salah satu pahlawan nasional yang dikenal memiliki semangat, kuat untuk memperjuangkan emansipasi wanita.
Perjuangan RA Kartini itu juga terjadi di Siak yakni pada diri Tengku Agung Sultanah Latifah, sang permaisuri Sultan Syarif Kasim II. Tengku Agung berdasarkan catatan sejarah merupakan pendiri Latifah School.
"Kami berharap kaum perempuan di Kabupaten Siak mampu mencontoh sosok Kartini maupun Tengku Agung Syarifah Latifah," kata Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Siak, Rasidah Alfedri, Rabu.
Menurutnya, sosok permaisuri sultan sebagai pejuang pendidikan harus diteladani oleh generasi milenial saat ini.
Oleh karena itu kata dia, kaum hawa di Siak bisa meniru perjuangan dari Syarifah Latifah, agar sejajar dengan pria tapi tidak lantas melupakan kodratnya.
Dr Wilaela M.Ag, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Sultan Syarif Kasim II dalam bukunya berjudul: Potret Pendidikan Perempuan di Riau Sebelum Kemerdekaan Syarifah Latifah merasa terpanggil untuk mendirikan sekolah perempuan pertama di Siak bahkan Riau tersebut. Tak hanya untuk perempuan istana, yang dari kampung-kampung pun diajaknya untuk bersekolah.
Itu karena di Siak Pemerintah Hindia Belanda hanya mendirikan sekolah yang mengajarkan Bahasa Belanda, yaituHollandsch Inlandsche School (HIS) 2
atau sekolah Melayu berbahasa Belanda di Siak Sri Indrapura tahun 1915. Murid-muridnya tidak hanya berasal dari ibukota Kerajaan Siak, melainkan juga datang dari berbagai daerah
di wilayah kerajaan dan sangat sedikit yang perempuan.
Apalagi di HIS anak-anak bumiputera yang diterima umumnya dari golongan bangsawan, orang terkemuka, dan orang kaya. HIS Siak Sri Indrapura
mengecewakan Sultan Syarif Kasim II,
karena tidak dapat menampung sebagian besar anak di Siak dan Kurikulum tak ada agama dan nasionalisme.
Kemudian itulah sultan membuka
Madrasah Taufikiyah Al-Hasyimiah
(1917). Madrasah ini khusus diperuntukkan bagi murid laki-laki saja. Selanjutnya istrinya juga mendirikan Sultanah Latifah School berdasarkan catatan Controlleur Siak pada 1927 bangunannya sudah ada.
Baca juga: Melihat kiprah para "Kartini" di industri Migas