Jakarta (ANTARA) - Ketika tim putri Taboao da Serra kalah 29-0 dalam pertandingan liga bulan lalu, yang lebih buruk lagi sepertinya bisa menimpa klub kecil yang berbasis di luar kota Sao Paulo itu.
Kekalahan mengerikan itu menjadi berita utama di seluruh dunia, tapi ternyata itu bukan satu-satunya. Tim ini juga kalah dalam tiga pertandingan berikutnya dengan skor-skor 14-0, 10-0 dan 16-0 dan tersingkir dari kejuaraan negara bagian Sao Paulo pada babak penyisihan grup.
Baca juga: Penalti Takumi Minamino bawa tim nasional Jepang menang lawan Panama
Hasil ini memicu perdebatan lain tentang daya saing sepak bola putri Brasil. Bahkan sudah diperkirakan bakal ada reaksi balik yang tentu saja ejekan seksis.
Ketika kami kalah "mereka bilang sepertinya seluruh tim terkena COVID-19, tak usah repot-repot bermain, hal-hal semacam itulah, Anda tahu sendiri," kata kapten Lohane Ferreira.
Mereka "berbicara seolah-olah sepak bola hanya untuk laki-laki, bahwa perempuan mestinya tinggal di rumah saja mencuci piring, seperti budak pria. Sebagian besar pemain mendapatkan pesan semacam ini."
Hasil dan pesan-pesan itu mencerminkan tantangan yang dihadapi sepak bola putri di Brasil.
Bangsa Amerika Selatan ini terkenal sebagai rumah spiritual sepak bola; tempat kelahiran Pele, Ronaldo Nazario, dan Neymar; dan satu-satunya negara yang lima kali menjuarai Piala Dunia.
Tim putri mereka juga kompetitif di pentas dunia namun ketika pemain-pemain top seperti Marta, satu-satunya wanita yang enam kali memenangkan penghargaan Pemain Terbaik Dunia, dapat hidup nyaman di luar negeri, mayoritas pemain putri yang bermain di Brasil mengalami kesulitan.
Bahkan klub-klub senior dituduh tidak memberikan peralatan atau fasilitas yang sama dengan tim putranya dan gaji yang sama adalah mimpi besar.
Taboao hanya mengamankan satu lapangan latihan tiga hari sebelum liga tahun ini dimulai dan para pemainnya memikul hampir semua tanggung jawab dalam mempersiapkan, berlatih, dan bermain.
"Kami tak mendapatkan bantuan lain, bahkan sepatu," kata gelandang Alieni Baciega Roschel.
"Semua pemain harus membayar perlengkapannya sendiri. Mereka membayar dengan cara mereka sendiri agar bisa pergi berlatih. Masing-masing dari mereka menghabiskan antara 20 reais dan 30 reais (Rp52 ribu dan Rp79 ribu) sehari untuk transportasi, beberapa pemain butuh waktu dua atau bahkan tiga jam agar bisa pulang, beberapa lagi datang langsung sehabis pulang kerja."
Ketersingkiran mereka berarti tidak ada pertandingan kompetitif sampai paling tidak tahun depan dan membuat masa depan tim putri ini pun diragukan.
Taboao, seperti banyak klub di Brasil, menghadapi kesulitan keuangan dan memutuskan bahwa tahun depan akan memfokuskan semua sumber daya kepada tim putra.
Namun para pemain telah bersumpah untuk terus bermain. Mereka optimistis menatap masa depannya.
"Memasuki lapangan dan menyaksikan mereka (para pemain tim putri Brasil) sungguh mendebarkan, pengalaman terbaik yang pernah saya miliki," kata Ferreira tentang sejumlah lawannya yang lebih terkenal.
"Terlepas semua kesulitan ini, sepak bola adalah hal terbaik yang pernah saya lakukan dalam hidup saya. Saya bisa bercerita kepada anak cucu saya bahwa saya pernah bertanding melawan mereka," pungkas dia seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Prancis tanpa Mbappe ketika hadapi Portugal
Baca juga: Cavani dan Luis Suarez bantu Uruguay cukur Kolombia 3-0
Pewarta : Jafar M Sidik
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB