Edi Mewujudkan Lamunannya Dari Limbah

id edi mewujudkan, lamunannya dari limbah

Kampar, Riau, (ANTARARIAU News) - Kumpulan plastik bekas masih menumpuk di sudut rumah kontrakan Edi Bambang, di sebuah kawasan di Kota Bangkinang, ibukota Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Kamis (5/1).

Tetapi di bagian lain ruang tempat tinggal pemuda berusia 37 tahun ini, terhampar bunga-bunga berwarna-warni beragam bentuk. "Itu dulu semua rongsokan plastik bekas," tutur Edi, sembari menunjuk wujud asali bunga-bunga indah ini, yakni berupa tumpukan plastik bekas.

Peminat yang bertubi datang membeli secara eceran bahkan partai pun tiap hari ramai ke rumah Edi. Mereka 'berebut' mendapat karya kreatif mantan narapidana ini.

Harga satu pot bunga warna-warni itu dipatok mulai Rp500 ribu sampai Rp1.200.000. Yang memesan memang sudah banyak. Namun, dia belum fokus untuk menjualnya dalam skala besar.

Sesungguhnya, Edi Bambang, yang berdarah 'Pujakesuma' (istilah populer untuk 'putra jawa kelahiran sumatra', Red) asal Medan ini, baru empat bulan terkini berhasil mewujudkan lamunannya ini.

Yakni, 'mengubah' bentuk dan nilai limbah non organik, utamanya plastik bekas, menjadi sebuah karya indah bernilai ekonomi tinggi.

Namun, dari daya kreatifnya itu, Edi kini tak cuma mau untung sendiri. Dia pun mengumpulkan anak-anak panti asuhan dan pemuda pengangguran yang dinilainya mempunyai bakat mengembangkan daya kreatif.

Berawal dari Kehancuran

Edi Bambang yang mulai jadi buah bibir di Bangkinang, sesungguhnya tidak serta merta meraih keberhasilan.

"Ini berawal dari sebuah kehancuran keluarga. Saya lalu menghabiskan hari-hari dengan melamun, setelah istri meninggalkan saya dengan "daun mudanya" bersama empat orang anak kami", kata Edi Bambang memulai kisahnya menciptakan karya indah bunga-bunga plastik yang terbuat dari limbah non organik kepada ANTARA.

Ia berterus terang, mendapat inspirasi sehabis membelikan pakaian lebaran untuk perayaan Idul Fitri 2011 bagi anak-anaknya yang ditinggalkan ibunya itu.

"Saat itu, saya baru saja membelikan pakaian anak-anak saya untuk keperluan hari raya lebaran," tuturnya memulai cerita.

Lalu Edi melihat kantong plastik bekas bungkus pakaian anaknya yang berserakan di lantai.

"Kebetulan di rumah saya tidak ada sehelai bunga pun. Kemudian saya mencoba menggunting dan membentuk bunga dan daun-daun, lalu saya rangkai dan mengecatnya. Jadilah rangkaian bunga satu pot", tutur pria yang mengaku dirinya sudah acap kali keluar masuk penjara ini karena berbagai macam kasus ini.

Sampai pada pengakuan itu, Edi tampak terdiam sejenak. Lalu bertutur lagi, "Saya mantan napi (narapidana, Red). Sudah banyak kisah hidup saya yang kelam. Terakhir saya ditinggal istri saya yang menikah dengan 'daun muda'-nya. Anak-anak saya empat orang saat itu bersama saya. Itulah yang harus saya nafkahi".

Singkat ceritera, tekad untuk memberi kehidupan bagi keturunannya, bercampur dengan inspirasi yang lahir ketika mengelola limbah plastik tersebut, memicu motivasi Edi Bambang untuk berbuat lebih lagi.

"Motivasi saya ketika itu semakin besar, ketika banyak teman menilai, bahwa bunga-bunga plastik karya saya itu indah. Bahkan mulai ada yang mau membelinya itu. Padahal, awalnya bunga-bunga plastik itu saya hanya jadikan hiasan di kamar tidur, dan di ruang tamu rumah kontrakan saya," jelasnya.

Namun, karena banyak tetamu yang bilang bunga-bunga itu indah, cantik dan timbullah niatnya untuk beranjak ke arah langkah komersial.

"Akhirnya, karena termotivasi saya mencari akal untuk mengembangkan karya ini dengan mengajak pula beberapa pemuda yang 'nganggur, untuk sama-sama berkreasi. Saya melatih mereka, dan ternyata mereka bisa menghasilkan karya bunga-bunga plastik yang indah dan punya harga pula," tuturnya.

Berawal dari hanya memproduksi satuan, lalu belasan, kemudian kini sudah puluhan bisa dihasilkan setiap hari.

Untuk menopang usahanya ini, dia berpikir tidak bisa jika hanya sendiri. Jadilah pula dia menjelajahi setiap sudut kota, bahkan sampai ke terminal lintas Bangkinang. Tujuannya, ialah, mengajak para pemuda pengangguran agar termotivasi menciptakan karya bunga plastik yang menjadi sumber nafkah halal bagi mereka.

"Saya sudah ke mana-mana mengajak pemuda 'nganggur untuk saya ajak dan dilatih. Namun tidak ada atau jarang yang mau. Akhirnya saya berpikir untuk mengunjungi panti asuhan putra yang ada di belakang kantor KNPI Kampar. Alhamdulillah, saya mendapat tanggapan positif dari pengelolah panti," ungkapnya.

Lalu, jadilah sejumlah siswa yang tinggal di panti asuhan putra itu mau dilatih. Dan hingga sekarang sudah berjumlah 30 orang.

Dapat Perhatian Bupati

Di saat keramaian makin menyeruak itulah, akhirnya usahanya mendapat tanggapan pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kampar yang dengan spontan menyediakan tempat untuk ruang latihan serta praktek membuat bunga, di bawah bimbingan Edi.

Tak hanya sampai di situ, hiruk-pikuk aktivitas para pemuda kreatif itu terdengar dan mencuri perhatian Bupati Kampar, H Jefry Noer bersama Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kampar, Eva Yuliana.

Tersebutlah pada hari Rabu (4/1) lalu, kreasi bunga-bunga yang terangkai indah itu, disaksikan Jefry bersama Eva, ketika keduanya berkunjung untuk bersilaturahmi ke Kantor DPD KNPI Kabupaten Kampar bersama.

Sejumlah anggota DPRD Kampar, seperti Ahmad Fikri dan Dewi Hadi pun, didampingi Ketua DPD II KNPI Kampar, Eka Sumahamid, ramai-ramai memberi apresiasi kepada Edi dkk.

Ketua TP PKK Kampar yang juga Wakil Ketua DPRD Kampar, setelah menyaksikan karya pemuda ini, benar-benar sangat tersentuh, serta merasa bangga dan kagum.

"Ini karya yang menarik dan harus bisa dikembangkan terus. Pemerintah pasti peduli dengan kreatifitas pemuda, dan ini juga bisa menjadi binaan atau dijalin kerjasama dengan PKK atau Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kampar," tuturnya, sembari memberi sedikit advis untuk lebih indahnya bentukan serta kelenturan bunga-bunga plastik itu.

Sementara Bupati Kampar, Jefry Noer, juga merespon positif karya kaum muda ini, dengan mengatakan, hal seperti itulah yang diharapkan.

"Kita harus menumbuhkan terus kreatifitas sebagai ciri pemuda masa kini, tidak pemalas, apalagi pengangguran. Pemalas dan penganggur itu adalah orang yang malas bekerja, sehingga dekat dengan kemiskinan," tandasnya.

Ia berharap, para pemuda, semakin mampu menunjukkan karya nyata sebanyak mungkin. "Buatlah terobosan positif dan bernilai ekonomis, sehingga tidak selalu bergantung kepada pemerintah. Dan untuk hal yang memberikan nilai positif dan membangun, pasti pemerintah memberikan perhatian serius," katanya.

Edi Bambang pun merespons hangat perhatian para petinggi Kampar itu.

"Kami menamakan kelompok ini dengan "Pemuda Daur Ulang Kreatif Nusantara 'Go Green'", katanya kepada Bupati.

Saat ini, kelompok pemuda kreatif ini diketuai langsung oleh Edi Bambang, didampingi Rudy Rahmady (Sekretaris) dan Zulfikar (Bendahara).

"Selain peminatnya banyak yang datang, kami juga sudah mulai menerima pesanan. Harga satu pot bunga warna-warni itu bervariasi mulai dari Rp500 ribu sampai Rp1.200.000. Namun kami belum fokus untuk menjualnya, baru konsentrasi melatih dan menarik minat bagi pemuda berdaya kreatif dan pengangguran yang berminat", demikian kata Rudy Rahmady menambahkan.

Menuju Pemuda Berdikari

Tujuan kelompok pemuda kreatif ini, lanjut Rudy Rahmady, pertama-tama memanfaatkan sampah non organik menjadi karya yang indah dan bermanfaat.

"Apalagi sampah non organik memang menjadi permasaalahan yang sangat dampak negatif pada lingkungan. Selain itu, juga membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran terutama di kalangan pemuda," katanya.

Kini, setelah empat bulan berproses, sudah 30 orang yang dilatih kelompok pemuda kreatif tersebut.

"Alhamdulillah Ketua KNPI, bung Eka Sumahamid memberi respon positif, sehingga kami diberi ruang khusus untuk latihan dan mengembangkan karya ini di kantor KNPI Kabupaten Kampar. Setiap hari kami melakukan pelatihan bagi siswa yang tinggal di panti asuhan putra dan akan meluas melatih siswa panti asuhan putri", ujarnya lagi.

Menjawab pertanyaan, Rudy menjelaskan, modal awalnya tak lagi mereka hitung.

"Karena dana-dana itu merupakan sumbangan dari berbagai pihak yang peduli. Itu juga kami gunakan untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan, seperti cat, kuas, dll. Kemudian ada juga bahan-bahan lainnya yang kami kumpulkan dari plastik-plastik bekas, termasuk juga bekas spanduk atau baliho yang sudah tidak dipakai lagi, ujarnya.

Menyaksikan kreatifitas ini, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kampar, Nur Adlin, pun merasa kagum dan tertarik niatnya untuk membantu.

"Terus terang, ini merupakan karya yang bernilai seni yang patut mendapat perhatian dari pemerintah dan semua kalangan. Sayang kalau ini tidak dikembangkan, dibina dan dibantu, baik finansial maupun tempat usaha," ujarnya.

Ia menyarankan, harus ada sasaran pasar, sehingga nanti bisa berkembang dengan baik, bahkan membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran juga mengurangi menumpuknya limbah non organik yang sering menjadi persoalan bagi lingkungan sehat.

Dari jumpa singkat Bupati, Ketua TP PKK, Ketua KNPI, Ketua Hipmi serta para pemuda kreatif itu, muncul sebuah harapan serta keyakinan, generasi muda memang jangan terpaku sikap santai, apalagi selalu hanya mengharap datangnya bantuan.

Semua sepakat menyatakan, kita kaum muda Indonesia harus mampu berkembang, bisa berkreasi mengembangkan diri, menuju pemuda yang bisa mandiri atau berdiri di atas kaki sendiri (Berdikari)

Oleh: Netty Mindrayani/Jeffrey Rawis