'Hitam Putih' Desember untuk Riau

id hitam putih, desember untuk riau

'Hitam Putih' Desember untuk Riau

Pekanbaru (ANTARARIAU News) - Desember 2011, menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, merupakan bulan dimana puncaknya musim penghujan, khususnya untuk sebagian besar wilayah Provinsi Riau.

Provinsi "kaya minyak" yang terbiasa dengan cuaca terik hingga berawan itu, sejak November hingga memasuki Desember 2011 mulai "diserang" berbagai bencana akibat tingginya intensitas hujan.

Dari banjir hingga tanah longsor, terbukti telah melanda beberapa wilayah di "bumi lancang kuning", terutama daratan yang berada tidak jauh dari bentangan sungai yang membelah berbagai wilayah.

Seperti yang terjadi di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar pada pertengahan November lalu. Banjir bandang atau "air bah" (sebutan masyarakat tempatan) yang disebabkan meluapnya Sungai Sebayang yang merupakan anak Sungai Kampar, membuat ribuan rumah warga yang berada didekatnya terendam dengan ketinggian air maksimal empat meter.

Bencana hebat itu juga telah membuat belasan rumah yang berada di beberapa desa di sana "hilang" tersapu derasnya arus. Bahkan dua orang dikabarkan tewas akibat "terjangan" banjir bandang yang datang secara tiba-tiba.

Banjir akibat tingginya intensitas curah hujan pada bulan yang sama hingga memasuki Desember 2011, sebelumnya juga sempat melanda Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

Untuk dua wilayah ini, sempat dikabarkan terendam banjir tahunan yang kian dahsyat. Ribuan rumah warga juga menjadi korban rendaman air yang bersumber dari luapan laut dan sungai.

Banjir Rokan Hilir

Seperti banjir yang melanda Kabupaten Rokan Hilir awal Desember lalu. Hujan yang terjadi hampir setiap hari di wilayah itu, menyebabkan sungai meluap hingga membuat fasilitas umum seperti jalan dan perkantoran bahkan ratusan rumah penduduk di tiga kecamatan seperti Kecamatan Rambah Hilir, Bonai Darussalam dan Kecamatan Kepenuhan nyaris rata terendam banjir dengan ketinggian air yang berfariasi.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Rokan Rohul Tengku Rafli Armen, yang sempat diwawancarai pewarta ANTARA kala itu menyatakan, daerah terparah terendam banjir yakni Kecamatan Bonai Darussalam.

Banjir di kecamatan satu ini dikabarkan sempat membuat beberapa akses jalan yang menghubungkan beberapa daerah dalam provinsi maupaun luar provinsi terputus.

Hasil survei Dinas Sosial setempat juga sempat menyatakan ada sekitar 1.324 rumah warga di lima desa pada Kecamatan Bonai Darussalam terendam banjir.

Rinciannya, yakni 250 kepala keluarga (KK) di Desa Sontang, 275 KK di Desa Teluk Sono, 152 KK di Desa Bonai, 457 KK di Desa Kasang Padang dan 150 KK di Desa Kasang Mungkal.

Menurut sejumlah warga dan para pejabat pemerintah setempat menuturkian, kemunculan banjir dahsyat itu disebabkan meluapnya air Sungai Batang Lubuh dan beberapa anak sungai lainnya yang melintas di perkampungan.

Banjir Rokan Hulu di Desember 2011 bertahan hingga satu pekan dan menyebabkan ratusan warga terpaksa mengingsi akibat kerawanan di masing-masing tempat tinggal mereka yang masih rawan terendam banjir susulan.

Ratusan warga ini diinapkan di tenda-tenda pengungsian yang dibangun oleh pemerintah daerah dan aktivis peduli bencana.

Banjir Dumai

Berbeda dengan banjir di Kampar dan Rokan Hulu. Di Kota Dumai, bencana satu ini menurut percakapan banyak warga di sana memang sudah terjadi turun menurun setiap tahunnya.

Daerah-daerah yang menjadi langganan banjir akibat meluapnya air laut atau yang lebih dikenal dengan "pasang keling" oleh warga tempatan yakni Kecamatan Sungai Sembilan, Dumai Timur dan Sungai Sembilan.

Banjir Dumai di bulan yang sama (Desember) tidak hanya menyebabkan ratusan rumah warga yang berada paling dekat dengan laut terendam, namun juga puluhan hektare perkebunan milik warga di sana.

"Banjir di Dumai memang selalu terjadi setiap tahunnya. Bahkan dalam setahun bisa terjadi dua sampai tiga kali," kata pemuka masyarakat di Dumai, Abrilian (54).

Namun menurutnya, banjir yang melanda di Desember "kelabu" kali ini merupakan yang pertama dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.

"Banjir biasanya hanya merendam rumah-rumah warga, tapi kali ini perkebunan dan jalanan juga ikut terendam bahkan dengan ketinggian air yang mencapai dua meter," katanya.

Bencana ini juga menyebabkan puluhan warga terpaksa mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi atau paling jauh dari muara dan aliran sungai ataupun laut.

Perbedaannya, warga-warga ini lebih bernasip malang. Mereka sempat terserang berbagai penyakit kulit hingga mengalami gatal-gatal.

Beruntung pemerintah setempat memalui Dinas Kesehatannya segera menyalurkan bantuan obat-obatan sehingga keresahan warga tidak sampai berlarut-larut.

Berkah

Rentetan kejadian bencana di sejumlah wilayah "provinsi kaya minyak" itu pastinya membuat miris perasaan setiap orang yang mendengar atau bahkan melihatnya.

Namun dibalik kisah sedih itu, ternyata Desember di tahun 2011 terbukti juga telah mendatangkan berkah bagi sebagian warga di Provinsi Riau.

Tingginya intensitas curah hujan di Desember, membuat sejumlah tanaman buah-buahan tumbuh subur, bahkan hingga mendatangkan panen yang berlimpah bagi warga.

Kondisi ini di rasakan oleh kebanyakan warga yang berada di Kabupaten Kampar. Kabupaten yang terkenal dengan perkebunan durian dan beragam buah-buahan lainnya itu, menghasilkan panen yang sangat memuaskan.

"Biasanya musim buah-buahan hanya bertahan satu bulan. Tapi tahun ini bertahan hingga dua bulan bahkan diperkirakan hingga tiga bulan," kata Suparman (43), seorang warga petani buah-buahan di Danau Bengkuang, Kampar, Riau.

Pria dengan seorang istri dan dua orang anak ini mengakui, kebun durian dan rambutan miliknya seluas dua hektar mampu menghasilkan panen hingga dua kali lipat dari biasanya.

"Kalau biasanya yang berbuah hanya sebagian dalam setahunnya, kali ini hampir merata. Kondisi ini sudah barang tentu menguntungkan saya," ujarnya.

Keberuntungan itu menurut dia, tidak hanya di rasakannya, namun juga bagi banyak para petani buah-buahan yang ada di sekitar kabupaten itu.

"Yang jelas, panen besar tahun ini sangat membantu sisi keuangan kami para petani yang memang selama ini hidup 'ngos-ngosan'," kata Suparman.

Penuh Durian

Musim durian Desember tahun ini menurut penulusar ANTARA terlihat jelas di sepanjang jalur Kota Pekanbaru-Kabupaten Kampar.

Di jalur sepanjang sekitar 60 kilometer itu, terlihat dipenuhi dengan para pedagang durian yang membuka lapak sederhana. Kondisi tersebut diimbangi dengan tingginya minat masyarakat khususnya para pengendara sepeda motor dan mobil yang berkebetulan melintas.

Mereka silih berganti menyinggahi sejumlah lapak sederhana para penjual durian tersebut.

Sejumlah pedagang menyatakan, "banjirnya" buah berduri yang identik dengan aroma semerbak itu telah berlangsung sejak dua hingga tiga pekan terakhir.

"Kebanyakan kebunnya berada di Danau Bengkuang, Kampar. Makanya banyak orang mengenal durian ini dengan sebutan durian danau atau durian Kampar," kata Nengsih, (45), pedagang durian pinggir jalan Pekanbaru-Kampar.

Nengsih membuka lapak duriannya di kilometer 18 Pekanbaru-Kampar. Di samping kiri dan kanan wanita ini, yakni berjarak sekitar 500 meter dari lapak duriannya, juga terdapat pedagang yang menjajakan buah berduri nan lezat ini. Selain itu, ada juga rambutan, nangka, mangga, manggis dan nenas.

"Setiap hari selalu ada yang membeli. Bahkan kalau beruntung, satu pembeli memborong semua durian yang saya pajang," tutur Nengsih.

Ibu tiga anak ini mengaku menjual durian yang aromanya khas dan harum itu dengan harga beragam, tergantung ukuran dan kondisi fisiknya.

Jika ukurannya besar dan tidak memiliki cacat, harganya bisa mencapai Rp25 ribu hingga Rp40 ribu per buah. Sementara untuk yang berukuran kecil hingga sedang, wanita ini mematok harga berkisar tujuh sampai Rp18 ribu per buah.

Musim durian di Desember tahun ini, tidak hanya dinikmati oleh Suparman dan Negsih. Namun banyak petani serta pedagang warga Kampar lainnya.